Seungwoo memberhentikan motornya tepat di depan gerbang rumah Dongpyo. Dan itu langsung di sambut sama bunda son karena beliau sedang menyiram tanaman miliknya di halaman depan dekat teras.
Bunda membukakan gerbang dengan senyuman lebar yang terpampang di bibirnya. Ketemu calon mantu lagi.
Lain halnya dengan Dongpyo, dia sudah misuh-misuh sendiri dalam hati merutuki Seungwoo yang masih saja memanfaatkan kejadian yang kemarin-kemarin.
Sedangkan Seungwoo sendiri terlihat santai, pamer senyum ke bunda calon pacar. Beri kesan sebaik mungkin, kasarnya sih, pencitraan.
Orang jaman doeloe bilang, dekati dulu keluarganya baru dekati anaknya. Biar urusan kedepannya nanti mulus, semulus kulitnya Dongpyo.
"Eh, ada nak Seungwoo. Masuk dulu ayo, ayahnya Dongpyo penasaran sama kamu lho." ucap bunda.
Dongpyo cemberut, anaknya sendiri tidak di sambut, bunda yang durhaka sama anaknya. Malah nyambut orang lain padahal anak sendiri ada di depan mata.
"Bunda! Kok aku ngga di sambut? Itu pelanggaran!" pekik Dongpyo, tangannya dilipat didada. "Mana tangan? Aku belum salim tau!"
Bunda menyodorkan telapak tangannya, Dongpyo dan Seungwoo pun salim.
"Udah ngga pelanggaran kan? Ayo masuk, ayah nungguin dari tadi tau. Ayahmu penasaran sama nak Seungwoo."
Seungwoo cuma mesam-mesem saja sejak tadi, apa dia akan mendapatkan lampu hijau lagi?
"Boleh, bun." ucap Seungwoo.
Dongpyo mencubit pinggangnya secara tiba-tiba membuat Seungwoo berjenggot sakit. Masih ingat, cubitan Dongpyo itu cubitan maut.
"Sshh—sakit pyo." bisiknya. Dongpyo memberi ekspresi wajah yang ngejengkelin banget pokoknya, "lo ngapain nge-iyain sih?!" bisik Dongpyo.
"Kalian ngomongin apa? Ayo cepat masuk."
Dongpyo masuk mendahului Seungwoo dan bunda, Seungwoo berjalan sambil mengusap-ngusap bekas cubitan Dongpyo yang tadi, panas cok.
[B e r a n d a l]
"Jadi ini yang namanya Seungwoo?"
Ayah Dongpyo menaruh ponselnya di meja dan berdiri menghampiri Seungwoo.
Dongpyo langsung ngacir ke kamar, mau mandi, gerah. Lumayan juga dapat duit dari Seungwoo tadi, kebetulan hari ini itu kuotanya hari terakhir, jadi harus isi lagi. Uang tabungan aman, tidak perlu di congkel untuk bulan ini.
Seungwoo salim sama ayah Dongpyo, sopan sekali pokoknya.
"Hehe, iya om saya Seungwoo."
Bunda menepuk lengan ayah, "Ganteng 'kan yah?"
"Iya ganteng, mirip seperti ayah jaman doeloe 'kan, bun?" si ayah naik turunin alisnya bikin bunda memberi gestur muntah. Sudah tua masih saja narsis.
"Makasih, om. Saya emang udah ganteng sejak masih di dalam kandungan."
"Haha, narsis juga kamu ya? Jangan panggil om, panggil ayah aja."
"Siap, yah!"
"Bunda bikinin minum dulu ya, nak Seungwoo mau minum apa?" tanya bunda.
"Apa aja boleh kok bun."
"Air got mau?"
"Hehe jangan air got juga dong bun, saya mau jus jeruk aja kebetulan cuaca lagi panas banget."

KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal | Seungpyo
FanfictionSon Dongpyo berharap masa OSIS nya cepat berakhir, karena sudah tidak sanggup lagi menghadapi seorang Han Seungwoo. [Harsh words, Non-baku, B×B!]