Bagian 2

23 1 0
                                    

Malam kini telah berganti pagi, sayup sayup matahari kini mulai menerangi bumi. Deringan alarm pastel biru membangunkan seorang perempuan cantik. Ia pun mematikan alarm tersebut dan memposisikan diri menjadi duduk mengumpulkan nyawa yang entah masih di alam bawah sadarnya lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya ia bersiap siap menuju sekolah, hari ini sangatlah indah bagi dirinya. Ia menuruni tangga demi tangga menuju ke dapur untuk sarapan bersama.

"Pagi Bun pagi yah"

Sapa perempuan tersebut kepada kedua orang tuanya.

"Ayo makan nak habis itu kita berangkat"

"Siap yah"

Merekapun sarapan bersama sebelum memulai aktivitasnya masing masing. Setelah sarapan sang ayah mengantarkan putri semata wayangnya, iya siapa lagi kalau bukan Adisha.

***

"Dahh ayah"

Ucap Adis kepada sang ayah yang hendak pergi untuk bekerja. Setelah mobil sang ayah sudah melesat jauh dari sekolah Adis lalu memasuki sekolah dan menuju kelasnya.

"Disha!!"

Baru beberapa langkah ia berjalan. Teriakan seseorang pun terdengar jelas ditelinganya hingga ia harus menoleh kebelakang memastikan siapa orang tersebut.

"Reyna"

Reyna berlari menghampiri Adis untuk pergi bersama ke kelas. Ia memang tadi yang memanggil Adis adalah Reyna. Tepat sekali setelah mereka berdua masuk ke kelas bel masuk pun berbunyi.

"Ehh Rey lo udh ngerjain tugas belum?"

"Udah dong. Ehh tapi palingan ntar pak arun lupa sama tugas yang di kasih ke kita"

"Uustt udah ngapain ngomongin pak arun bentar lagi dateng tuh orangnya"

Bertepatan dengan itu Pak Arun datang ia adalah guru Sejarah. Pak Arun terkenal dengan sikapnya yang aneh lucu dan pelupa ia juga menjabat sebagai wali kelas dari kelas XII IPA 1, yapss IPA 1 adalah kelas dari Adis dan juga Reyna.

"Pagi anak anak"

Sapa Pak Arun kepada muridnya yang dijawab dengan semangat dan juga kompak oleh siswa siswinya.

***

Pelajaran demi pelajaran sudah mereka lewati sedari tadi kini giliran bel berbunyi menandakan jam istirahat sudah datang, para siswa siswi pun sibuk berbondong bondong untuk keluar kelas entah untuk kekantin perpus atau hanya sekedar duduk duduk didepan kelas saja.

"Dis kantin yuk sekali sekali lo kan gak pernah ke kantin" ajak Reyna kepada Adis

"Hmm lo aja deh gue mending ke perpus aja"

"Aelah gak seru lo, ayolah ikut gue ke kantin gak jenuh apa lo di perpus mulu kalau gue mah udah bosen duluan di perpus" rengek Reyna.

"Hm iya deh demi lo" pasrah Adis.

"Nah gitu kek dari tadi kan gue gak capek capek buat bujuk lo"

"Jadi kekantin gak nih kalau gak gue ke perpus aja" kesal Adis-,-

"Hhe kuy lah"

Akhirnya mereka pergi menuju kantin dan duduk di kursi yang kosong, memesan makanan dan memakannya. Sementara dimeja sebrang sana ada yang memperhatikan mereka.

"Ehh curut lo ngeliatin siapa sih"

"Kepo aja lo dugong" sarkasnya dan melanjutkan aktivitas makannya.

Siapa lagi tiga cowok most wanted disekolah ini selain trio A. Yaps kini mereka sedang duduk manis dikantin memakan makanan yang dipesan dan Arbi salah satu dari trio A sedang memperhatikan Adis yang ada di sebrang sana.

"Gue tau lo masih gak bisa move on ar"

Pertanyaan Andi membuat Arbi bingung dan hanya mengangkat alisnya sebelah.

"Maksud lo apaan gue gak ngerti" tanya balik Arbi.

"Udahlah lupain"

"Tumben sepupu lo ke kantin ndi" ucap Albi tiba tiba.

"Tau" Andi hanya mengangkat bahunya acuh dan melanjutkan aktivitas makannya.

***

Kini pelajaran telah selesai dan menjelma menjadi bel pulang siswa siswi pun berhamburan keluar kelas dan pulang ke rumah masing masing. Namun, Adis kini ia tengah berada di depan gerbang menunggu sang ayah yang akan menjemputnya sementara Reyna sudah pulang karena telah dijemput.

"Hey"

Panggil seseorang dari belakang Adis yang membuat Adis berbalik dan melihat wajah sang pemanggil dengan tatapan bingung. Pasalnya disana hanya ada dirinya, apakah orang tersebut memanggilnya? Iyakah.

"Lo siapa? Tadi lo manggil gue ya?" cerocos Adis yang bingung karna orang yang didepannya ini memanggilnya sepengetahuannya ia tidak mengenal orang yang memanggilnya.

"Iya gue yang manggil lo"

Ucap orang tersebut.

"Maaf gue gatau lo siapa"

Jawab Adis bingung. Dan Adis pun ingin pergi namun langkahnya terhenti karena lelaki itu berhasil mencekal tangannya.

"Bisa tolong lepasin gak. Maaf gue gak kenal sama lo" kesal Adis karena tiba tiba tangannya dipegang oleh laki laki tersebut.

"Ehh hm maaf gu..gue refleks" ucap lelaki tersebut.

"Oke. Sekarang lepasin tangan gue"

Jelas Adis yang tengah memendam emosinya agar tidak dikeluarkannya. Yaps Adis memang tipikal orang yang gampang emosian.

"Ehh iya maaf"

Lelaki itu lalu melepaskan tangan Adis.

"Gue Arbi" jelas lelaki itu yang ternyata adalah Arbi.

Adis hanya memandang lelaki didepannya ini dan mengangguk tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Lo gak pulang?" tanya Arbi kepada Adis.

"Gue masih nunggu jemputan" jawab Adis yang terus saja memandangi jalan berharap ayahnya akan datang sekarang juga.

"Yaudah lo mau bareng gue gak" tawar Arbi.

"Gak usah gue nungguin ayah gue aja"

Dewi Fortuna sedang berpihak kepada Adis setelah ia berkata seperti itu tepat sekali mobil ayahnya datang dan ia segera masuk kedalam untuk menghindari cowok aneh yang sedari tadi mengganggunya.

"Gila kali ya tuh cowok. Aneh banget heran gue"

***********happy reading***********

Jangan lupa vote guys..
Masih pemula jadi maklumin ajalah....

Diary AdishaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang