"Masya Allah, Neng Ara-Neng Ara. Kok makin ngurusan Neng?" tanya Mbok Ipah ibu kantin sekolah. Usai menaruh mangkuk bakso pesanan Ara dan teman-temannya.
Ara tersenyum menanggapi pertanyaan Mbok Ipah.
"Aduh Mbok, kok yang ditanyain Ara doang sih? Mawar gak bakal di tanya Mbok?" keluh Mawar dengan nada manja yang membuat Nindy dan Adit bergidik menatapnya.Sedangkan Raffi dan Difa sudah sibuk dengan siomay mereka masing-masing.
"Dy, kembaran lo kesambet apaan?" tanya Adit sambil berbisik kearah Mawar.
"Gue MAWAR bukan NINDY" ketus Mawar sambil menjitak Adit.
"Sa aloh bejad amat lo jadi ciwi, akit nyaho" keluh Adit sambil memegang kepalanya yang tadi di jitak oleh Mawar. Lalu menatap Ara "Ra gue bingung dah ama abang lo, bang Davin kok bisa sih tahan ama nih ciwi atu" tanya Adit sambil menunjuk Mawar.
Mawar melotot menatap adit "Ya iyalah satu, kak Devan kan cinta nya cuman ama gue. Ya gak calon adek ipar gue Ara?" Ara mengedikkan bahu sebagai jawaban untuk pertanyaan Mawar.
"Ishhh Ra. Lo tuh, bantuin calon Kakak ipar lo nape, gue aduin ke bang Devan Nyaho" dumel Mawar yang diabaikan oleh Ara.
"Uhuhk...kh.." batuk Raffi yang setelahnya tawanya pecah
"Bwahahaha, kagak direstuin lo ama adeknya" ledek Difa sambil tertawa terbahak, membuat Mawar semakin kesal.
Sedangkan Ara hanya diam memperhatikan tingkah kelima sahabat ogebnya ini, terkadang dia bingung mengapa bisa bersahabat dengan orang seperti mereka berlima.
Tiba-tiba suasana kantin menjadi ramai oleh teriakan para siswi.
"Gila, gans bangetttt"
"Cute kyaaaa"
"Oh my gosh, jantung guee copot"
"Itu pangeran nyasar ya?"
Ya begitulah sekiranya teriakan yang didengar oleh Ara.
"Seganteng apa sih ampe pada teriak gitu, padahal kalo liat si Sean ama Adam biasa aja???" celetuk Raffi.
Mawar menggeplak kepala Raffi hingga Raffi hampir tersedak oleh siomay yang sedang dikunyahnya
"Gans banget Fi, kagak kayak elo" ucapnya tanpa merasa berdosa pada Raffi.
"Apa? Zaidan Devraffie ganteng? Ishh, lo dari mana aja baru nyadar kalau seorang Zaidan Devraffie itu gans?" bangga Raffi sambil menyugar rambutnya ke belakang.
Tampak Mawar memutar bola matanya kesal. Sedangkan Adit, Diffa, dan Nindy menahan tawa.
Difa melihat Ara yang tetap dingin, tak menggubris perdebatan antara Mawar dan Raffi.
"Ra, kata lo gimana? Gantengan gue ye kan?" tanya Difa sambil menunjuk Senja yang sedang berjalan bersama Dipta dan Randy.
Ara mengikuti arah telunjuk Nindy, tanpa disadari mereka bertatapan.
"Itu cowok yang kemaren nabrak gue kan?" batin Ara.
"Gantengan gue ye kan?" tanya Diffa dengan Pd.
"Biasa aja tuh, muka kek triplek gitu di bilang ganteng" ketus Ara sambil kembali melanjutkan makan baksonya yang sempat tertunda.
"Tuh, kan kata gue juga gantengan gue" bangga Diffa, yang langsung mendapat hadiah dari Mawar.
"Ehhh, Ra. Tentang Kak Adam, gimana lo udah putus dari dia?" celetuk Nindy. Ara diam melanjutkan makanya tanpa mejawab pertanyaan dari Nindy tadi.
Merasa pertanyaannya di hiraukan, membuat Nindy mendelik kesal "Kacang mahal ternyata guys" sindir Nindy.
Ara menghela nafas kesal sebelum menjawab, "Mau gue dah putus atau belom ama Kak Adam apa urusannya ama lo??" Tanya Ara dengan wajah sinis.
Nindy mendelikan matanya melihat sikap Ara sambil mendengus kesal.
"Ya biasa aja kali Ra, tuh mata pengen gue colok" ketus Nindy.
"Lagian lo tanya kek begituan markonahhh" ledek Adit. Membuat Nindy membelototkan matanya.
Raffi dan Difa tidak ikut menganggapi takut Nindy melakukan KDRT seperti yang di lakukan Mawar tadi.
"Betul itu bambanggg" sambung Mawar. Yang sontak membuat Nindy melayangkan jitakan penuh cinta kepada ketiga sahabatnya itu.
Sedangkan Ara?
Ara hanya diam kembali melanjutkan makannya yang tinggal sedikit, kemudian meninggalkan keempat sahabatnya yang sibuk bertengkar.
...
.
.
.Ara sedang duduk di kursi taman samping sekolah, suasana taman yang sepi sehingga menjadi tempat favorite Ara saat sedang bad mood seperti sekarang.
Brukk
Ara membalikkan badannya kearah sumber suara. Seorang cowok terduduk disamping tangga darurat dari atap, ia sedikit meringis sambil menekan bagian yang sepertinya terbentur. Ara mencoba mengabaikannya.
"Haiiii" panggil cowok itu pada Ara, tapi tak Ara gubris. Ara tetap diam dan menatap kearah lain.
"Saya boleh minta tolong?" panggilnya lagi sambil menahan rintihan.
Ara menghentikan langkahnya, menghela nafasnya kasar sambil mendelik malas sebelum akhirnya berbalik menatap cowok tersebut yang ternyata Senja.
"Apa??" ketus Ara.
"Bisa bantu saya ke UKS?" ucap senja sambil menundukan kepalanya lalu sedikit merintih.
Ara menghela nafasnya"Lo kan cowo masa minta bantuan cewek? Huh, lemah!" sinisnya lalu beranjak dari duduknya berniat meninggalkan taman.
"Maaf"
"Haaaah" teriak Ara frustasi "Napa sih harus bilang maaf segala, kan rasanya gue kejam banget" dumelnya.
Ara berbalik kemudian mendekati Senja yang masih di posisinya.
Ara berjongkok didepan Senja "Ayo" ajaknya.
Senja mendongakkan kepalanya tepat dihadapan Ara, membuat gadis itu tampak terkejut. Ara memperhatikan wajah Senja, hingga tiba-tiba Ara membelalakan matanya. Sambil menutup mulutnya, Ara terjungkal.
"Lo-"
....................
Hai Guysssss....
Gimana ceritanya?
Ada apa dengan Ara??? Kenapa dia sampai kaget gitu ya🤔???
Tunggu kelanjutan ceritanya yaaa😍😍😍. Jangan lupa buat selalu vote dan coment ceritanya❤❤❤Thank you guys, see you in the next epsisode. Stay tuned and follow along...❤❤❤😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Happy Ending {Judul sebelumnya (Senja & Ara)}
Teen FictionBukan hanya sekedar langit oranye di sore hari. Bukan hanya sekedar penghias langit di penghujung hari. Lebih dari itu semua. Dia Senjaku, apa aku boleh menjadi langitnya?.. ------------------- Follow dulu sebelum baca y...