Part 3

14.1K 848 4
                                    

Fidhel memang terlihat kuat tapi banyak orang tidak tau sebenarnya Fidhel sangat lah lemah. Dia tidak pernah mengeluh bahkan ketika tubuhnya kelewat sakit, dia tidak pernah ingin orang lain tau mengenai sakit yang di deritanya. Dia hanya diam, memendam kesakitan nya sendirian.

Detik jam menyeruak di tengah keheningan, menjadi satu satunya melodi yang mengisi kesunyian. Hanya ada suara dentingan sendok dan piring yang bersentuhan.

Fidhel sedang sarapan bersama Reno dan ayahnya, Bagas sudah berangkat kerja duluan, Bagas harus menghadiri meeting penting yang mengharuskannya berangkat lebih awal. Suasana meja makan sangat lah suram tidak ada yang berani bersuara memecah keheningan.

"Pah reno berangkat dulu" Reno pamit sambil mengecup punggung tangan ayahnya, dia berjalan duluan meninggalkan Fidhel yang sudah berdiri dan akan pamit kepada ayahnya.

"hati-hati ya, belajar yang pinter" lukman ayahnya Reno berucap dengan halus sambil mengelus kepala Reno lembut.

"Pah Fidhel mau berangkat." Fidhel munjulurkan tangannya berharap agar ayahnya membalasnya, tapi harapan Fidhel di patahkan ketika ayahnya menepis tangan Fidhel dengan kasar.

"Saya bukan ayah kamu" balas Lukman ketus dan berlalu meninggalkan Fidhel yang sudah hampir menteskan air matanya, Fidhel mendongakan kepalanya agar air matanya tidak jatuh, dia harus kuat, dia harus bisa bertahan demi kakaknya.

***
Suasana kelas sedang hening, karena semua murid sedang mencatat tulisan yang ada dipapan tulis, tapi tidak dengan Fidhel, dia malah membenamkan kepalanya di meja dengan tangan menjadi tumpuannya.
Rupanya Fidhel sedang tidur tapi sang guru tidak menyadarinya.

Pak Ahmad guru yang sedang mengajar kelas Fidhel berkeliling untuk mengawasi muridnya yang sedang mencatat atau tertidur, contohnya seperti Fidhel saat ini.

Aska yang sadar kalau pak Ahmad sudah berdiri dari bangkunya berniat untuk membangunkan Fidhel, tapi Fidhel tak kunjung bangun.

"Psstt, del bangun del" Aska menggoyangkan badan Fidhel tetapi sang empunya malah tak bergerak sedikitpun

"Fidhel, bangun del. Pak ahmad liatin lo nerus" Aska masih berusaha membangunkan Fidhel, tapi ketika Aska sedikit keras mendorong Fidhel, Fidhel justru terjatuh dan membuat seisi kelas panik termasuk Lea.

"Aska!!.. Fidhel kenapa? " tanya Lea panik

"Gue gak tau, tiba-tiba dia pingsan" suasana kelas mulai ramai gara gara insiden Fidhel pingsan. Aska dan Lea langsung membopong Fidhel ke uks tanpa di suruh pak Ahmad yang juga ikutan panik.

***

Di uks Fidhel terbaring lemah di atas ranjang, ketika Fidhel pingsan Aska langsung memanggil Reno selaku kakaknya Fidhel. Reno panik, dia takut sesuatu yang buruk menimpa adiknya, pikirannya kalut dia bahkan berlarian menuju uks hingga terkadang menabrak beberapa murid yang sedang berjalan di koridor.

Reno menggenggam erat tangan Fidhel, seolah menyalurkan kehangatan ke tubuh Fidhel. Reno ingin Fidhel tau kalo ada sosok hati yang sedang mengkhawatirkan nya, ada sosok kehidupan yang tidak akan berjalan tanpa kehadirannya. Tapi sang pemilik tangan yang di genggam tak kunjung membuka mata.

"Del lo sebenernya sakit apa?, katanya lo kuat tapi kenapa sekarang lo pingsan Del?.. " suara Reno sangat pelan, seolah tenaga nya habis untuk berbicara hanya karena melihat adiknya yang terbaring lemah dan enggan membuka mata

Sosok yang dinantikannya pun membuka mata pelan, Reno yang melihat itu segera mendekat dan mengelus rambut adiknya pelan.

"Del bagian mana yang sakit? "

"Gak ada yang sakit bang, Fidhel cuman ngantuk, soalnya semalem main game sampe tengah malem jadinya ketiduran. " dusta Fidhel panjang lebar

"Tidur apanya!!, bahkan lo sampe jatuh di kelas tadi Del, Aska sama Lea bahkan membopong lo, KEK GITU LO BILANG TIDUR!?.." suara Reno meninggi. dia takut, takut jika adiknya tidak sebegitu percaya kepadanya sehingga tidak pernah menceritakan penderitaan nya selama ini.

"bang jangan teriak-teriak ntar di sangka kita lagi ngapa ngapain." jawab Fidhel begitu santai

***
Setelah sedikit mendingan Fidhel sekarang sedang berjalan di lorong koridor sekolah. Reno sudah memaksa nya untuk pulang, tapi Fidhel tetap bersikeras meyakinkan kakaknya kalau dirinya sudah tidak apa-apa.

Saat asik berjalan Fidhel melihat sosok cewek yang tak lain adalah Lea sedang kesusahan membawa setumpuk buku, Fidhel pun langsung menghampiri nya berniat membantunya.

"kalo gak kuat ngapain bawa banyak-banyak" Fidhel langsung mengambil setengah dari setumpuk buku yang sedari tadi di bawa Lea dengan kesusahan

"ga usah bantuin Del, lo kan lagi sakit. Gue bisa kok balik kesini lagi buat ngambil setengah bukunya"- Lea

"udahlah tenang aja, gue udah sembuh. Lagian juga gue mau sekalian ke perpustakaan" jawab Fidhel sambil tersenyum yang langsung membuat pipi Lea bersemu merah, bahkan detakan jantungnya terdengar sangat keras, berdekatan dengan Fidhel memang tidak baik buat kesehatan jantung Lea.

Setelah sampai di perpustakaan Lea menaruh setumpuk buku dan merapikannya di rak begitupun dengan Fidhel. Tidak ada yang berani memecah keheningan, mereka larut dalam pikirannya masing-masing.

"Lea ntar lo pulangnya bareng siapa?" Fidhel memecah keheningan yang sedari tadi menyelimuti nya. Sedangkan yang di tanya malah gugup, jarang sekali Fidhel mau mengajaknya bicara, bahkan menatap muka Fidhel saja Lea tidak berani.

"G-gue pulang sendirian naik bis del" jawab Lea terbata

"Gue temenin ya"

Sontak Lea langsung tersenyum manis menampilkan cantik lesung pipinya, dia tidak menyangka orang yang sudah lama ia kagumi akhirnya ingin mengajaknya pulang bersama.

"Emangnya lo gak keberatan? "Lea berbicara sangat pelan seolah lidahnya kaku karena dia di tatap oleh sosok manusia tampan yang sedang tersenyum manis kepadanya.

"Buat cewek cantik kayak lo mana ada kata keberatan"

Lea langsung menunduk menahan malu, dia harus menyembunyikan mukanya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Lo lucu kalo lagi blushing" Fidhel malah membuat Lea menahan mati-matian agar pipinya tidak semakin memerah.

"ish apaan sih del, bercandaan lo gak lucu."-Lea

"yaudah berarti ntar jadi ya kita pulang bareng? " tanya Fidhel memastikan

Lea hanya menjawab pertanyaan Fidhel dengan anggukan lalu pergi meninggalkan Fidhel sendirian, Lea sudah tidak kuat jika harus berlama-lama bersama Fidhel, jantungnya selalu ingin meloncat dari tempatnya jika Fidhel tersenyum kepadanya.

"Lea lea, lo emang lucu" Fidhel hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum ketika melihat Lea yang melenggang pergi begitu saja. Fidhel suka jika pipi Lea sedang bersemu merah karnanya, Fidhel suka melihat Lea yang tersenyum dan menampilkan lesung pipi karnanya, Fidhel suka kalo Lea berada di dekatnya, bagi Fidhel menggoda Lea adalah hobi baru yang sekarang Fidhel sering melakukannya.



Tbc.

FIDHEL√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang