Chapter 14 Anak Kecil Bersayap

710 114 33
                                    

Cinta itu seperti panas dan dingin, air dan api, gelap dan terang. Kau tak akan mendapatkan salah satu tanpa memiliki keduanya.

🍁🍁🍁

Mika menatap langit yang seperti merindukan hujan, mendung. Tapi wajah Mika cerah. Randy menyambanginya di kelas tadi. Mengajak jalan-jalan di taman kampus. 

Hidung Mika nyaris terantuk ke punggung lelaki itu saat Randy berhenti mendadak. Oh, ini jalan setapak tempat pertemuan pertama mereka.

Randy menoleh ke belakang, wajahnya panas. Padahal cuaca sejuk bukan main, tidak seperti biasa. Dia memandangi wajah Mika, rambutnya yang mendesir tertiup angin. Sedangkan darah Randy juga berdesir-desir. Agak lama mereka saling bertatap. Sebelum akhirnya Mika menunduk.

Mika mengangkat wajahnya, bibirnya terbuka sedikit. Seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi tidak jadi. Angin melayangkan rambut Mika. Mika menarik nafas. Kesemuanya menjadi perhatian Randy.

"Ada apa? Nggak suka berjalan-jalan di sini?" Lelaki itu bersuara.

"Suka," jawab Mika.

"Memikirkan sesuatu?"

"Nggak."

Ah, Randy memandangnya. Mika segera mengalihkan lagi pandangannya ke bawah. Mika ingin terus terus berdekatan dengan lelaki itu, dia merasa nyaman sangat nyaman. Siang ini Randy mengajaknya jalan-jalan, nanti malam Randy mengajaknya nonton. Karena ini hari off-nya. Mika akan bersama lelaki itu seharian dan semalaman. Bayangkan. Jantungnya berdetak keras dan semakin cepat.

Mereka masih berdiaman, Mika menatap lagi sosok itu, tinggi dan beraroma khas laki-laki. Bahkan berbeda dengan aroma Matt atau papanya. Aroma Randy berbeda, Mika sangat sangat menyukainya. Mika baru menyadari kalau ini pertama kalinya dia begitu dekat dengan lelaki, lelaki yang disukainya.

Tubuh itu mendekat, nafasnya bahkan terasa di wajah Mika.

"Bagaimana kalau aku menciummu di tempat ini?"

Mika terperangah. Antara kaget dan merasa salah dengar dengan pernyataan lelaki itu. Mika membisu padahal perasaannya meluap. Sedangkan Randy juga merasakan hal yang sama, lagi-lagi dia merasa tak sadarkan diri. Ataukah itu hanya alasan Randy agar tak merasa bersalah atas perasaan yang mendominasi logikanya?

"Mau jadi kekasihku?"

Angin menggoyang-goyangkan ranting pohon di sekitar mereka, Mika merasa tubuhnya gemetar. Tampaknya Randy mengetahui itu dia memegang bahu Mika lembut. Randy juga merasa tubuhnya menggigil. Kalimat itu harusnya dia ucapkan di sebuah tempat romantis seperti kafe atau restoran berkelas. Dengan gaya candle light dinner agar sesuai dengan pembawaan Mika. Bukan disini? Di sini? Seperti gaya mahasiswa akhir bulan, nggak bermodal! Tapi tempat ini punya arti besar karena menjadi tempat pertemuan pertama mereka.

Mika semakin dekat dengan tubuh Randy. Merasa tetesan air menerpa wajahnya. Oh gerimis. Mika masih diam, dia tak bisa mengucapkan apa-apa. Susah payah Mika lalu mengangguk. Dia melirik Randy, lelaki itu tersenyum, matanya yang hitam seperti menikam jantung Mika dengan pisau lipatnya, ya pisau lipat itu yang selalu Randy bawa, membuatnya lemas. Mika berusaha menahan wajahnya tetap tenang padahal dadanya berdebar-debar keras. Randy menelusupkan jarinya ke jari Mika, menggenggam tangan gadis itu erat dan membawanya ke bawah naungan pohon, menghindari rintik hujan

🍁🍁🍁

Di akhiri rintikan hujan, Mika tersenyum sendirian, sedangkan Randy tersenyum diam-diam. Randy mengantar gadis itu pulang, nanti kalau hujan berhenti dia akan menjemput Mika lagi. Mereka akan nonton dengan kata lain berkencan. Masih terasa kehangatan tangan Randy di tangan Mika. Pertama kalinya dia merasakan tangan itu menggenggamnya erat seperti tak mau dilepaskan.

Cinta Dalam Sekoci (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang