Iya,dia menoleh.Tapi menoleh untuk menoleh lagi....
Dia mengacuhkanku,lalu masuk ke dalam rumah bersama William.Sederhana,aku hanya ingin pulang.
Sampai di kamar,langsung kumainkan notebook-ku. Main internet,maksudku. Beberapa saat,muncullah pemberitahuan pesan masuk di emailku. Dari si bodoh,rupanya.
Kubaca sebentar,dan......
Apa aku tak salah baca?
Dia ingin membunuhku?
Aku tau kau ini memang aneh,Eve.Tapi,leluconmu yang satu ini sangat tak menyenangkan.Tidak lucu.
Tapi,kemudian,ia mengirim pesan lagi. "Aku tak bercanda."
Haruskah kuanggap hal ini sebagai peristiwa misterius?
Hah! Siapa yang percaya? Baik,aku abaikan. Bukankah lebih baik jika aku berkirim pesan dengan Vanilla? Good idea!...
Hari libur. Aku rindu Vanilla. Jika harus ke rumahnya,itu akan merendahkan harga diriku. Pasti akan memalukan jika aku jujur pergi ke sana tanpa suatu alasan yang jelas. Kerja kelompok? Kami tak sekelas. Belajar bersama? Bibi pasti mengiraku anak bodoh yang setiap hari mengkonsumsi telur besar di kertas ulangan. Aku harus bagaimana?
Entah mengapa,aku menyambar motorku,kemudian mengenakan helm. Aku pergi tanpa sepengetahuan Ibu.Tak tahu karena apa lagi,aku sampai di depan rumah Evellyn. Aku berdiri di depan pintu,lalu mengetuknya.
"Masuklah,pintu tak dikunci.Maaf,aku tak bisa menyambutmu,"suara baritone menjawab ketukanku. Suaranya lembut,tapi tetap terdengar olehku. Dengan ragu,kubuka pintu.
Ah! Rupanya ini yang membuatmu tak bisa membukakan pintu,hm?
Lihat,William yang ada di sofa ruang tamu. Dia yang berucap padaku tadi. Lalu,Eve? Oh,gadis itu duduk di pangkuan William dan terisak.
Menyadari bahwa aku yang datang,William menidurkan Evellyn yang masih menangis di sofa. Kemudian,tiba-tiba,William memukulku.
"Keberadaanmu hanya akan membuat Eve semakin sedih. Pergi!" ujarnya,masih dengan intonasi baritonenya yang lembut.Tenang saja,aku bakal pergi.Tapi aku tak rela jika ia memukulku.Aku hendak memukulnya,tapi ada yang menamparku.
"Brengsek!"Eve orangnya.
"Oke. Ini mudah untukku. Selamat bersenang-senang." Aku berbalik pergi. Kukendarai kembali motorku, lalu pergi menuju taman kota. Hanya ingin jalan-jalan.
Sesampainya di sana, kuparkirkan motorku di tempat parkir yang sudah disediakan, kemudian aku duduk di bangku taman. Aku duduk sendiri, hanya ditemani lampu-lampu yang tidak dihidupkan-tentu saja, ini masih pagi. Aku melamun, benar-benar kosong pikiranku.
Tapi tiba-tiba ada seseorang yang duduk di sebelahku. Entahlah, aku tak peduli. Aku masih sibuk mengamati bunga-bunga. "Inikah sambutanmu? Kupikir kau tak tertarik."
Oh, Vanilla! "Hei-oh maaf aku tak melihatmu. Mengapa kamu ke mari?" "Jadi,tidak boleh kalau ke sini tanpa alasan? Kau sendiri mengapa?" 'Hah, betul juga. Sama sepertimu-tanpa alasan."
Hening. Sungguh keadaan yang mencanggungkan. Hingga aku melihat mobil es krim keliling lewat, aku menawarkan, "Mau es krim?" Vanilla mengangguk senang.
Aku bergegas ke sana diikuti Vanilla. Aku tak membeli apapun, kecuali satu-es krim cone untuk Vanilla. "Haha, seperti namaku!" Ia menjilat es krim rasa vanila yang berada di atas rasa coklat dan stroberi. "Hm, iya. Vanilla itu putih polos, tapi rasanya manis," balasku. Kami pun tertawa riang bersama.
TBC~Abby : maaf lama update, lg sibuk di dunia nyata (-_-'') maaf jg cuma sedikit. Mungkin kalian bisa minta banyak sama Arabella. Ga nyangka fanfic abal ini udah dibaca 170-an readers (ini bkn prestasi yg membanggakan,tp saya udh seneng banget. Jg walaupun nggk ada yg coment, saya masih bersyukur masih ada yg mau baca :3 #curhat) okeh, ane pamit dulu. See ya! :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Drizzle Song
FanfictionFanfic collab tentang cinta dan intrik yang mendominasi. Enjoy, happy reading! Don't forget to vote and comment!