3. Hidden

1K 127 4
                                    

Draco bangun keesokan paginya di kamarnya di asrama Slytherin. Kepalanya masih terasa berat dan pening, dan perutnya berjungkir-balik akibat Firewhiskey. Dia berlari terburu-buru ke kamar mandi di kamarnya dan mengeluarkan apa pun yang ada si perutnya. Firewhiskey memang memberikan pengaruh buruk pada peminumnya. Draco mengingat mengingat alasan untuk dirinya minum kemarin malam, dia juga dapat mengingat samar kejadian-kejadian setelahnya.

Dia bergerak mengambil sepucuk surat di meja samping tempat tidurnya. Pada hari Sabtu pagi lalu McGonagall telah memanggilnya ke Ruang Kepala Sekolah untuk menyerahkan surat itu padanya. Dia membaca isinya:

Untuk Mr. Draco Malfoy

Kami selaku pihak Auror Kementrian Sihir dengan hormat meminta Anda, Mr. Draco Malfoy, tersangka atas kasus keanggota Pelahap Maut, untuk datang ke persidangan lanjutan pada Sabtu satu minggu mendatang pukul sebelas.

Anda sangat diharapkan untuk datang mengingat seberapa pentingnya kasus ini. Putusan Anda akan diberikan pada hari yang sama atas permintaan Professor Minerva McGonagall, Kepala Sekolah Hogwarts, dikarenakan posisi Anda yang masih seorang siswa di Sekolah Sihir Hogwarts, dan untuk menghindari perhatian lebih banyak atas kasus ini.

Kepala Departemen Auror,

Kingsley Shacklebolt

Draco memasukkan kembali surat itu ke amplop yang membungkus sebelumnya. Kepalanya lebih berdenyut dari sebelumnya. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan mendapatkan segelas air untuk dirinya.

Ini masih pagi buta, dan para Slytherin masih asik mer ngkuk di balik selimut mereka yang hangat. Draco berjalan melewati sofa-sofa di tengah ruang rekreasi, dia menemukan seseorang di bawah cahaya hijau remang di sana.

"Aku punya ramuan pereda di kamar," Theodore Nott berbicara dari bukunya. "kau bisa mengambil—"

"Aku tidak memerlukan apa pun darimu, Nott!"

Dia menyeringai mendongak pada Draco dan menurunkannya kembali pada bukunya. "Dapat ku asumsikan bahwa kau belum mengatakan padanya," katanya santai. "Yeah, dia tidak akan bersikap seperti kemarin jika kau sudah." dia meringis.

Draco menaikkan alisnya, menyernyit mengingat-ingat sesuatu. "To the point, Nott!" dia benci itu. Ketidaktahuan. Helaan napas menjeda.

"Granger," katanya penuh kemenangan. Nott menyeringai mendapatkan ingatan di otaknya. "Ah, kau mabuk!" dia berseru. "Kau cukup banyak minum dari botol-botol sialan itu untuk tidak menyadari apa yang kau lakukan, bukan?"

Bukanlah pagi yang menyenangkan dengan gelombang mual dalam perut ketika kau bangun, dan tentunya percakapan seperti ini lebih tidak diharapkan dalam agenda yang buruk.

"Damn it!" dia akhirnya meledak. Air mukanya naik ke matanya yang masih merah menyala setelah tidurnya. Dia menjatuhkan tubuhnya di sofa dan menenggelamkan dalam-dalam kepalanya di sana. Marah. "What are you fucking talking about!"

"Oh, calm down, Malfoy!" ekspresinya tidak suka dengan penghinaan yang dilontarkan kepadanya. Dia menarik napas, "Itu hanya..." menghadap Malfoy. "...kau mabuk berat, dan Granger menemanimu menuju asrama. Selesai." Nott menyeringai geli mengingat kejadian semalam. Tidak pernah berpikir dalam hidupnya akan melihat Malfoy dan Granger berjalan dalam satu frame yang sama.

Theodore Nott juga baru mengetahuinya, Malfoy terlalu mabuk untuk menyimpan apa pun darinya. Dia telah mengetahui perihal surat Kementrian kepada Draco, dia sendiri juga diminta hadir dalam persidangan ayahnya Senin mendatang.

Wajah Draco mengeras, apa dia benar-benar melakukan hal itu semalam. Sudah pasti, tentu saja itu benar. Sudah seminggu penuh ia menghindari Granger, dan itu hanya dipatahkan dalam waktu semalam. Oh, Merlin, dia hanya ingin untuk menjauhi Granger selama sisa tahun, ia tidak ingin apa pun lagi darinya, itu semua karena Draco tahu semuanya akan sia-sia belaka. Dia akan semakin sulit menjaga perasaanya jika dia selalu berkeliaran di sekeliling Granger seperti seorang pelacur setiap malamnya. Ini tidak akan pernah berhasil.

Dia tahu, Draco tahu dia menyukai Granger. Sejak Granger pertama kali mengajaknya berbicara di Hogwarts Express menuju satu September awal tahun ajaran ketujuh mereka—atau lebih lama daripada itu—dia menyukai Granger. Hari itu Draco duduk sendirian dalam kompartemen. Dia sangat terkejut melihat Granger yang berjalan mondar-mandir di depan kompartemen yang ia tempati sendiri, dan dia sendirian tanpa Potter dan Weasley mengekor. Granger mengetuk pintu kompartemennya kala itu, dengan canggung. Dia membukakaknnya pintu lebih kepada rasa terganggu oleh suara ketukannya, dan di sanalah Granger bertanya apakah dia dapat duduk bersamanya karena semua kompartemen dalam kereta sudah penuh. Granger gugup, dia tahu itu, dan tidak ada dari mereka yang berani menatap mata satu sama lain. Itu adalah hal teraneh yang pernah dia alami untuk membiarkan Granger duduk di satu kompartemen bersamanya. Jika itu dia di tahun kedua atau ketiganya, maka itu akan menjadi bahan penghinaan yang akan dipilihnya untuk seorang Mudblood kecil menjengkelkan. Dia menyukai Granger. Draco Malfoy menyukai Hermione Granger.

"Wha-what?!"

Tapi dia tidak pernah mengakuinya. Takut.

Draco takut bukan hanya kepada Granger, tapi lebih terhadap dirinya sendiri. Dia bukanlah orang baik, seorang mantan Pelahap Maut tidak akan pernah benar-benar dapat menjadi orang baik—setidaknya itu yang Draco pikirkan. Itu terbukti sekarang dengan surat dari Kementerian yang dia dapatkan. Bagaimana jika Kementrian memutuskan dia bersalah? Bagaimana jika para Dementor itu akan menyeretnya dari ruang sidang ke Azkaban? Bagaimana, bagaimana jika dia tidak akan pernah lagi bertemu Granger setelahnya? Itu... mimpi buruknya selama seminggu terakhir ini.

"Kau mendengarkanku dengan cukup baik, Draco." kata Theo. "Jujur, aku masih terkejut saat kau mengatakan memiliki pertemuan kecil menyenangkan dengannya. Tapi aku lebih terkejut dia akan mengantarkanmu semalam." dia mengaku, menyeringai geli. "Aku tidak menyangka kau akan mau disentuh seorang Mud—"

"Jangan memanggilnya seperti itu!" Draco langsung berdiri, bibirnya berkedut, tangannya mengepal marah.

Seringai Theo melebar, itu membuatnya semakin tertarik. "Why, Draco?" dia bertanya main-main. "Kau tahu kita dibesarkan untuk itu. Untuk membenci mereka." dia melihat tangan dan wajah Draco yang kontras merah menahan amarah. "Kau sendiri yang mengajariku kata-kata itu, bukan?" menekan yang selanjutnya, "Filthy Little Mud—"

"Silencio!" Draco bergumam, tongkatnya tidak tahu sejak kapan sudah digenggamnya. "Kau beruntung aku tidak menggunakan mantra kutukan padamu," dadanya naik-turun tidak terkendali. "tapi kau tidak akan ragu melontarkan salah satu dari mereka jika kau mencoba mengatakannya lain kali!"

Bukan Theo, dia marah pada dirinya sendiri.

Astronomy Tower | Dramione FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang