Si Bodoh

173 12 5
                                    

Nur Afifah

Anisyah Mila D.

Selly Ayu A.

Maulida Khumairoh


Namaku Gendisha Prameswari. Aku biasa dipanggil Gendis. Aku lahir bukan dari keluarga kaya. Ayah ibuku hanyalah seorang petani. Aku bersekolah di SMAN 1 Warureja, lebih tepatnya di kelas XII IPS 1. Aku ingin menjadi pengacara, tetapi itu mustahil bagiku. Mana mungkin si bodoh ini bisa jadi pengacara? Akan kuceritakan kisahku.

Saat sang raja langit mulai menduduki singgasananya, aku berangkat ke sekolah dengan sepeda tuaku. Aku harus mengayuh sepedaku hingga berkilo-kilometer untuk bisa sampai di sekolah. Terkadang aku terlambat dan itu pun terjadi saat ini.

"Assalamualaikum, maaf, Pak. Gendis terlambat," ucapku.

"Waalaikumsalam, Gendis... Gendis..., kamu tuh, ya, terlambat lagi? Mau sampai kapan kamu seperti ini terus?" kata Pak Toni dengan nada tinggi. Pak Toni adalah guru ekonomi di sekolahku. Beliau memang galak.

"Sekali lagi maaf, Pak. Tadi malam habis hujan, jalannya licin, jadi Gendis harus hati-hati sekali, Pak. Takut nanti jatuh, kotor semua," ucapku.

"Ya sudah, silahkan kamu duduk," perintah Pak Toni.

"Terima kasih, Pak," ucapku.

Aku pun duduk di tempat dudukku paling belakang.

"Baik, anak-anak, tugasnya silahkan dikumpulkan!" kata Pak Toni.

"Baik, Pak!" teman-temanku serentak.

Padahal aku sama sekali tidak mengerjakan tugas, belajar pun tak pernah.

"Gendis, kamu tidak mengerjakan tugas lagi? Dasar bodoh! Pemalas!" bentak Pak Toni.

"Maaf, Pak," ucapku.

Saat pelajaran berlangsung, aku sering dimarahi guru karena kebodohanku. Guru-guru kadang memanggilku Si Bodoh. Ya, aku akui memang aku bodoh. Aku beda dari teman-temanku, aku lain dari yang lain. Bahkan aku pernah tidak naik kelas. Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi.

"Farah, tolong jelasin materi yang tadi dijelasin pak guru, dong, aku gak paham," kataku.

"Eh, eleh, aku juga gak paham, apalagi kamu," seru Farah.

Farah itu temanku, pintar, tetapi agak sombong.

"Sita, Sita, tolong jelasin materi yang ini, dong," ucapku.

"Aku gak tahu," jawab Sita.

Di Sita, temanku yang judes. Ya, begitulah teman-temanku.

Bel masuk berbunyi, dan lagi-lagi, aku pun dimarahi. Sampai akhirnya terdengar suara bel pulang. Itulah keseharianku di sekolah. Sering dimarahi guru dan dicueki teman-temanku. Itulah yang membuatku malas belajar dan malas bersekolah. Namun, sekarang akan kucoba hilangkan rasa malas itu karena sebentar lagi UN, aku harus rajin belajar.

Sejak saat itu aku menjadi anak yang rajin. Hari-hariku kuhabiskan untuk belajar. Akan kuubah sifatku, akan kuubah takdirku, akan kutunjukkan jati diriku, dan akan kulenyapka kata 'Si Bodoh'. UN sudah di depan mata. Aku pun mengikuti UN dengan sungguh-sungguh. Sampai akhirnya, hari yang mendebarkan pun tiba, pengumuman hasil UN. Kutatap lembaran hasil UN-ku dengan mata yang berbinar. Tak kusangka, aku mendapat nilai terbaik! Bukan hanya aku yang terkejut, orangtuaku, teman-temanku, bahkan guru-guruku tak menyangka, Si Bodoh ini bisa menjadi siswa lulusan terbaik.

"Selamat, Gendis! Kamu sangat membanggakan, kamu dapat nilai terbaik, kamu jadi siswa lulusan terbaik di sekolah ini," kata kepala sekolah.

"Terima kasih banyak, Pak!" ucapku.

"Saya ada hadiah buat kamu, kamu dapat beasiswa kuliah di Universitas Negeri Semarang dengan program studi Hukum!" kata kepala sekolah.

"Wah! Beneran, Pak? Ini saya gak lagi mimpi, kan?" tanyaku.

"Iya, benar, kamu gak lagi mimpi. Jadi, manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, lupakan masa lalumu dan fokuslah mengejar cita-citamu," kata kepala sekolah.

"Sekali lagi terima kasih, Pak, selalu doakan yang terbaik untuk saya, Pak," ucapku.

"Hey, teman-teman! Lihatlah Si Bodoh, Gendis! Sekarang jadi siswa lulusan terbaik! Selamat, ya, Gendis!" kata Sita.

"Selamat, ya, Gendis! Maafin juga sikapku yang dulu," kata Farah.

"Terima kasih, teman-teman! Ya! Aku sudah melupakan itu, kok!" ucapku.

Hari itu adalah hari yang sangat menyenangkan bagiku, aku dapat mengubah takdirku. Aku berpesan pada kalian, jangan pernah kalian malas belajar. Kejarlah mimpi-mimpimu dan jadikan cacian orang lain menjadi motivasi kalian untuk menjadi yang lebih baik ke depannya.

Diary ExposeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang