Sekolah Neraka

105 9 1
                                    


Ana Anifah

Nurul Hakiki

Sinta Rahmawati

Yuyun Stevani


Hai, namaku Arini Sabrina, biasa dipanggil Arin. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah baru. Ya, aku pindah sekolah baru karena ayahku dipindah tugaskan ke kota Bandung. Dulu, kami tinggal di Kota Jakarta. Entah kenapa setelah pindah ke Bandung, rasanya sangat malas ingin berangkat sekolah. Kata ayahku, sekolah baruku merupakan sekolah favorit yang ada di kota Bandung, entahlah aku tidak tertarik dengan sekolah tersebut.

"Arin, cepat turun! Nanti nasi gorengnya dingin!" itu suara mamaku yang menggelegara sampai ke kamarku.

"Iya, Ma, sebentar Arin sedang beres-beres buku," ucapku pada Mama. Setelah selesai dengan masalah buku, aku segera turun menuju ke dapur untuk segera sarapan.

"Selamat pagi Ma,Pa," sapaku pada kedua orang tuaku itu Papaku

"Selamat pagi juga putri cantik Papa" jawab Papa sambil tersenyum kearahku. Ku dudukkan tubuh ini di depan Papa dan Mama, setelahnya hanya suara piring dan sendok yang beradu.

"Sudah siap berangkat sekolah barumu Arin?" tanya Papa padaku,aku hanya mengangguk,kemudian ku dengar Papa menghela nafas.

"Papa tahu kamu tidak ingin sekolah disana Arin. Tapi,ini demi kebaikan kamu juga Arin" ucap Papa padaku.

"Iya Pa, Arin tahu."

"Ayo berangkat Arin!" ucap Papa

"Iya, Pah!"

Aku segera masuk kedalam mobil Papa, dalam perjalanan aku membayangkan seperti apa sekolah baruku itu, apakah murid-murid disana sama seperti di sekolah lamaku.

"Sudah sampai Arin," Papa membuyarkan lamunanku.

"Iyah pah,Arin masuk dulu yah" jawabku, sebelum aku turun dari mobil ku sempatkan bersalaman dengan Papa.

"Belajar yang rajin ya, putri cantik Papa," aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Papa. Setelah itu, kulangkahkan kakiku menuju ke gerbang sekolah baruku. Tak ku sangka ternyata sekolah baruku lebih besar dari sekolah lamaku, gerbang sekolahnya saja sangat tinggi, mungkin tingginya sekitar 4 meter.

"Selamat pagi!"

Tidak ada respon.

"Ehem, selamat pagi!"

"Oh iya, selamat pagi juga, Pak!"

Ternyata sedari tadi ada orang yang berbicara denganku, kulihat dari atas sampai bawah ternyata orang itu seorang guru,ku lihat nametag yang tertempel disebelah dada kanannya tertulis nama 'BUDIMAN'.

"Halo, nama saya Budiman, saya guru BK disini. Apakah kamu murid baru?" sapa Pak Budi padaku.

"Ya Pak,nama saya Arini Sabrina Bapak bisa panggil saya Arin," jawabku kepada Pak Budi.

"Baik Arin, Bapak yang akan mengantarmu ke kelas barumu, karena Bapak kepala sekolah sedang ada kepentingan," ujar pak Budi padaku.

Kulihat Pak Budi orang yang ramah dan sepertinya dia orang yang dekat dengan muridnya.

"Baik, Pak," jawabku.

"Baiklah Arin, ikuti Bapak."

Kemudian aku mengikuti Pak Budi dari belakang, kuedarkan pandanganku ke sekolah baruku ini. Sungguh aku tercengang melihat fasilitas sekolah ini, mulai dari lapangan upacara yang luas, lingkungan sekolah yang bersih, aula yang besar, dan juga ada gedung olahraga yang besar di samping aula. Ku akui sekolah ini sekolah elit, sekolah yang hanya menampung orang-orang berduit. Saat aku melewati koridor kelas, suasana sepi, tidak ada tanda-tanda kehidupan. Mungkin semua murid sudah masuk ke kelas masing-masing mengingat jam pelajaran sudah dimulai. Tak terasa aku sudah sampai di depan kelas baruku, tertulis kelas XI MIPA 1, sama seperti kelasku dulu. Kemudian Pak Budi mengetuk pintu kelas.

Diary ExposeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang