empat belas

1.2K 161 13
                                    

nara baru aja sampe di depan gerbang rumahnya. terus langsung tarik nafas dan memberanikan diri buat masuk ke dalam rumah.

"kamu mikir gak dampak buat si youn dan nara apa? saya gamau-"

nara buru-buru lari masuk ke kamar. gamau denger kelanjutan kalimat mamihnya. iya, dia capek. ini udah seminggu sejak mamih sama papih pulang dari itali, dan yang dilakuin mamih papihnya selalu bertengkar. nara ngga tau pasti apa yang terjadi di itali. ngga mau tau juga karna nara udah pusing duluan.

"kok bengong?"

nara melonjak kaget begitu denger suara tepat di sisi wajahnya. "anjing kaget gue!"

"hehehe." hangyul cengengesan terus balik rebahan lagi di kasur nara.

"kok lo bisa masuk ke kamar? ngga kuliah?" tanya nara seraya ikut ambil posisi buat rebahan juga.

"apa sih yang tuan muda hangyul gabisa?"

"sombong." sahut nara lalu menoleh ke arah hangyul. "gyul."

hangyul yang lagi natap langit kamar nara noleh.

"boleh peluk ga?"

tanpa menjawabnya, hangyul langsung membawa tubuh nara lebih dekat dengannya, mendekap sosok yang sekarang terlihat rapuh di matanya itu. "nangis aja, ra."

"siapa coba yang mau nangis, orang mau minta peluk aja."

"terus ini kaos gue basah gegara apa anjir? iler?" ujarnya seraya mencoba untuk melihat bajunya.

"diem, ngga usah liat-liat!" cegah nara.

hangyul tertawa kecil, "semangat ya bocil." ujarnya disertai usapan di pucuk kepala nara, yang tentu saja menghasilkan degupan kencang dari jantung perempuan itu.

"makasih ya, gyul."

hangyul mengangguk seraya mengeratkan dekapannya. boleh ngga, hangyul minta waktu berhenti untuk saat ini?

****

"nara,"

"ra,"

"shutttt!!" ujar hangyul begitu pintu kebuka dan menampilkan sosok bang uyon disana.

"anjing! sia nanaonan, koplok!!???" omel uyon dengan suara tertahan. asli udah mau nendang hangyul banget dia.

hangyul yang lagi meluk nara cengengesan. "tadulu marah-marahnya ih, molor nih adek lo."

"nenek-nenek juga tau adek gue lagi molor." omel uyon. "ini gimana ceritanya lo bisa meluk adek gue, hah?"

"adek lo yang minta peluk bang, yaallah."

uyon memicingkan matanya terus natap hangyul curiga. "sering ya lo tidur di kamar adek gue!?"

"hah?"

"brisik!" nara ngomel dan malah makin ngeratin pelukannya.

"ra, anjir, ada bang uyon gila. lepas." bisik hangyul.

uyon ngehela nafas. "yaudah lah sana lanjut cuddle aja lo. gue balik juga cuma mau cek keadaan dia doang sebenernya."

"gila bang, lo ngasih lampu ijo ke gue?"

"jangan macem-macem lo anjir."

hangyul cengengesan lagi. "ngga janji."

"ai sia!" uyon udah ambil ancang-ancang.

"iya kagak lah gila, belom macem-macem juga yang ada udah di geplak duluan gue ama adek lo."

uyon ngangguk setuju. "yaudah gue balik kantor lagi. jagain tuh si kucrit."

"santai."

"anjeng." umpat uyon terus akhirnya berlalu keluar kamar.

hangyul menghela nafas. lalu tangannya bergerak untuk merapihkan rambut nara. "gue gatau inti masalah keluarga lo apa, tapi gue mohon kuat ya ra. gue bakal selalu ada buat lo, kayak lo yang selalu ada buat gue."

****

author note:
makasih banyak buat semuanya yang udah luangin waktu untuk baca, vote dan komen sampai cerita ini bertengger di peringkat #3 x1. huhuhu. luv u all❣

bolehkan, tinggalin jejak lagi? hehehe biar aku semangat🌠 see u!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

n e i g h b o a r d • hangyulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang