BAGIAN 5

900 32 0
                                    

Rangga memandangi dataran rumput luas yang membentang di depannya. Padang rumput ini dikelilingi bukit yang menjulang tersaput awan. Kembali dipandangi daun lontar yang masih berada dalam genggamannya. Dari tulisan yang tertera pada daun lontar itu, mengatakan kalau dirinya ditunggu di padang rumput ini.
"Pintar sekali dia memilih tempat...,” gumam Paman Bayan Sudira, seolah-olah berbicara untuk dirinya sendiri.
Rangga menatap dalam-dalam wajah Paman Bayan Sudira. Yang ditatap buru-buru membungkukkan tubuhnya memberi hormat Rangga kembali mengalihkan pandangannya pada padang rumput di depannya.
"Apa maksud kata-katamu, Paman?" tanya Rangga tanpa menoleh.
Belum sempat Paman Bayan Sudira menjawab, tiba-tiba terdengar suara mengaum yang sangat keras menggetarkan. Paman Bayan Sudira menggeser kakinya mendekati Pendekar Rajawali Sakti. Sudah bisa diketahui, siapa yang bakal datang menemui mereka.
Sementara Rangga mengedarkan pandangannya berkeliling. Auman itu demikian keras dan mengejutkan. Namun sukar diduga, dari mana datangnya.
Belum lagi Rangga bisa menentukan arah datangnya suara tadi, mendadak saja beberapa mata tombak hitam meluncur deras ke arahnya. Begitu cepat dan tiba-tiba, sehingga membuat Pendekar Rajawali Sakti dan Paman Bayan Sudira terperangah sejenak. Namun dengan cepat mereka berlompatan, lalu berputaran di udara menghindari hujan mata tombak hitam itu.
"Hhh! Siapa kau!? Keluar....!"  seru Rangga keras, begitu kakinya mendarat di tanah.
Teriakan Rangga begitu keras dan menggema terpantul bukit yang mengelilingi padang rumput ini. Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Rangga mengerahkan aji 'Pembeda Gerak dan Suara', tapi tetap saja tidak terdengar suara yang mencurigakan. Bahkan semua pohon dan rerumputan bergerak wajar. Sama sekali tidak   mengisyaratkan ada sesuatu.
"Lebih waspada, Paman," bisik Rangga memperingatkan.
"Ya...," Paman Bayan Sudira hanya bisa mendesah saja.
"Auuum...!" kembali terdengar auman yang panjang bergema.
Belum lagi suara auman itu hilang dari pendengaran, tiba-tiba saja muncul seekor harimau yang sangat besar. Begitu besarnya sehingga hampir menyamai seekor anak sapi. Harimau itu menggerung-gerung sambil mencakar-cakar tanah berumput. Sepasang matanya merah menyala menatap tajam pada Pendekar Rajawali Sakti.
“Ghrauuughk...!" harimau itu menggeruk dahsyat, hingga menggetarkan bumi.
Tiba-tiba saja binatang buas itu melompat cepat sambil memamerkan kuku-kukunya yang mengembang lebar. Rangga benar-benar terperangah melihat harimau yang begitu besar, dan kini melompat hendak menerkamnya. Begitu cepatnya harimau itu menyerang, tahu-tahu tubuh Pendekar Rajawali Sakti terpental ke belakang terterjang binatang itu. Dua batang pohon hancur terlanda tubuh Rangga.
Namun dengan cepat, Pendekar Rajawali Sakti itu beranjak bangkit. Dan kembali dia terperangah, karena harimau itu sudah melompat lagi hendak menerkamnya. Cepat-cepat Rangga melompat ke samping dan bergulingan di tanah beberapa kali. Terkaman harimau itu mengenai tempat kosong. Binatang itu menggeram keras, langsung berbalik menghadap Pendekar Rajawali Sakti kembali.
"Edan! Binatang macam apa ini...?!" gumam Rangga. Harimau itu sudah kembali melompat menerkam. Tapi kali ini Rangga sudah mempersiapkan jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali'. Dia berdiri tegak menanti serangan itu. Dan begitu harimau itu sudah demikian dekat...
“Yaaah...!"
Rangga mengayunkan pukulan mautnya, dan mendarat telak di wajah harimau itu. Pukulan itu demikian keras sehingga membuat harimau tersebut terpental jauh ke belakang. Raungannya begitu keras. Di luar dugaan, harimau itu masih bisa bangkit kembali dengan tegak! Bahkan kembali melompat menyerang dengan ganas.
"Hup!"
Rangga melompat ke atas, lalu menukik deras mempergunakan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Tepat ketika harimau besar itu berada di bawahnya, dilancarkannya dua kali tendangan disusul satu pukulan bertenaga dalam penuh ke tubuh binatang buas itu.
"Grhaaauuugh... !" harimau itu meraung keras.
Hanya dua kali dia berguling di tanah, lalu bangkit kembali. Rangga yang sudah berdiri tegak, jadi melangkah mundur beberapa tindak. Pukulan dan tendangannya yang sangat dahsyat, begitu telak mengenai sasaran.  Tapi harimau itu masih tetap tegar. Tidak terdapat luka sedikit pun di tubuhnya. Rangga sendiri jadi bingung.  Padahal, tadi sudah dikerahkan tenaga dalam penuh, tapi harimau itu tidak terpengaruh sedikit pun.
"Dia Tidak bisa dibunuh, Rangga," kata Paman Bayan Sudira yang sejak tadi hanya menonton saja.
"Apa...?” tanya Rangga.
Belum juga Paman Bayan Sudira menjawab mendadak.... · "Ha ha ha...!"
Suara tawa itu bergema seolah-olah datang dari segala penjuru. Belum lagi hilang suara tawa itu, tiba-tiba muncul seorang laki-laki bertubuh tinggi besar. Hampir seluruh wajahnya tertutup cambang dan kumis tebal.   Sepasang matanya bulat seperti mata kucing, berwarna kuning.

24. Pendekar Rajawali Sakti : Kemelut Pusaka LeluhurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang