lupa

31 7 0
                                    

Matahari mulai terbit di ufuk timur, dengan malu-malu ia mulai menyinari buminya. Pagi ini cerah,  angin berhembus pelan, embun menghiasi dedaunan yang ada di taman itu.

Seorang gadis cantik sedang berjogging  di sebuah taman dekat rumahnya. Sudah 3 kali ia mengelilingi taman yang bisa dibilang cukup luas.

Lelah,  itu yang ia rasakan. Hingga ia memutuskan untuk beristirahat..  Kemudian ia berhenti berlari dan mampir di sebuah warung kecil.

"Bu, air mineralnya satu" katanya. Nafasnya masih terengah. Jantungnya berdetak cepat. Dan badannya sudah mulai lemas. Sungguh, ia sudah sangat lelah.

Kemudian sang penjual memberikan sebotol air mineral yang  akhirnya dibayar oleh gadis itu. Ia pun langsung duduk disebuah bangku taman yang ada didekat warung tersebut, lalu segera diminumnya air mineral yang baru  saja ia beli, tampaknya ia sudah sangat kehausan.

Tiba-tiba saja handphonenya berdering, sepertinya ada panggilan masuk. Gadis itu langsung berhenti minum dan segera mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Terlihat di layar ponsel bahwa seseorang sedang menelponnya dengan kontak bernama Sindy. Gadis itu pun segera menjawab telpon tersebut.

"Hannaaaaa..... " Tiba-tiba seseorang yang sedang menelponnya itu berteriak membuat gadis yang bernama Hanna itu  sedikit refleks menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Aduuhh... Gak perlu teriak-teriak kali, gue denger.."  protes Hanna yang kembali mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Lagian Lo kemana sihh, kok belum dateng, gue sama Neysa dari tadi nungguin lo... Lo lagi perjalanan ke sini kan, ke rumah Neysa.?" Kata sindy.

Mendengar ucapan sindy membuat Hanna  ingin menepuk dahinya karena ia baru teringat bahwa hari ini mereka bertiga membuat janji untuk mengerjakan tugas sekolah bersama di rumah Neysa, dan Hanna malah asik berjogging di taman.

"Oh iya... Gue lupa Sin, kalo hari ini kita bakal kerja kelompok di rumahnya Neysa. Eeehh.. sumpah gue lupa, maaf ya.. " kata Hanna merasa bersalah.

"Ya ampun... Terus sekarang Lo lagi dimana?"

"Gue lagi di taman, gue lagi jogging." Kata Hanna tertawa pelan ia menahan malu, Hanna benar-benar sangat lupa.

"Hah, serius Lo lagi jogging?" Sindy menghela napas, sedikit geram dengan tingkah sahabatnya itu. "Ya udah, udah selesai kan Lo joggingnya? Buruan kesini!." Lanjutnya dengan nada jutek.

"Iya iya, gue kesana, tapi gue mandi dulu ya bentar, soalnya badan gue lagi  keringetan nih jadi bau.. Nah abis itu gue kesana. Ok?"

"Hemm..." Jawab Sindy singkat.

Hanna segera mematikan sambungan telpon tersebut, kemudian memasukan ponselnya ke dalam saku celananya. Dan berdiri lalu berjalan pergi, kearah pintu keluar taman.

♡♡♡

Hanna sedang berdiri di depan cermin sambil mengikat rambut panjangnya itu. Lalu  ia mengambil tas selempang berwarna merah muda yang tergeletak di atas tempat tidur, dan ia mengalungi tas itu dibahunya, kemudian bergegas pergi keluar kamar dan berjalan menuruni anak tangga.

"Mah... Mah.." dipanggilnya sang ibu tercinta, Hanna berniat meminta izin untuk pergi ke rumah Neysa.

"Iya.. kenapa?" Teriak sang ibu dari arah dapur, Hanna pun segera menghampirinya.

"Mah, aku mau pergi kerumah Neysa, ada kerja kelompok" katanya sambil memeluk sang ibu dari belakang yang tampaknya sang ibu sedang mencuci tangannya.

"Loh, kamu udah mau pergi, kan kamu belum makan, sayang" kata sang ibu berbalik menghadap Hanna yang kemudian melepas pelukannya.

"Tapi temen Hanna udah nungguin Hanna dari tadi, janjiannya juga udah dari sejam yang lalu," kata Hanna sambil  melirik jamnya yang sudah menunjukkan pukul 09.35.

"Seenggaknya kamu makan dulu ya, sedikit aja, mamah masak pastel loh.."

Mendengar kata pastel Hanna langsung senang, dia memang suka dengan pastel apalagi jika isiannya  adalah bihun.

"Hah pastel, dimana Bu.." kata Hanna  kegirangan sambil menatap kearah meja makan disampingnya, dan disanalah, ia menemukan sewadah besar pastel bertumpuk. Lalu tangannya mengambil pastel tersebut dan melahapnya.

"Bu, sisain ya pastelnya , jangan dihabisin, kalo perlu jangan sampai ketauan sama kak Iqbal." Kata Hanna dengan keadaan mulutnya yang penuh dengan pastel.

Hanna mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Iqbal Ramadhan. Hanna hanya berbeda 2 tahun dengan kak Iqbal, Kini kak Iqbal baru saja menempuh pendidikan kuliahnya.

"Hei.. gak boleh serakah gitu dong.. mamah kan masaknya banyak, gak usah takut kehabisan. Kalo perlu kamu bawa beberapa sana, nanti makan dirumah Neysa." Kata sang ibu sambil mengelus-elus kepala sang anak.

"Ok mah.." kata Hanna sambil mengacungkan jempolnya.

Yey, untuk part pertama akhirnya selesai ... semoga suka:)

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang