Dimas

14 2 0
                                    

Dimas dan teman-temannya yaitu, Devan dan regi sedang duduk santai di sebuah cafe kecil, mereka sedang membicarakan tentang pertandingan basket yang akan di adakan malam ini.

Tidak, Dimas tidak menyimak apa yang sedang dibicarakan kedua kawannya itu, ia sedang asik memegang ponsel. Sesuatu sedang ia pandangi.

"Gimana kalau entar malem, gue samper Lo." Ucap Devan kepada regi yang kemudian ia menoleh ke seberang mejanya yaitu Dimas.

Devan sempat berpikir, apakah Dimas dari tadi mendengar apa yang diucapkannya? atau ia sedang fokus kepada ponselnya?
"Dim?" panggil Devan.

Dimas tak menjawab, ia malah senyum-senyum sendiri memandangi ponselnya, sepertinya dimas tak mendengar panggilan devan. Devan bingung, ia menoleh kepada regi yang juga menoleh kearahnya. Devan  Memberikan pertanyaan lewat isyarat dengan menggerakkan kepalanya dan melirik Dimas, tanda pertanyaan, 'dimas kenapa sih?'.

Dan regi menggeleng, ia juga tidak tau apa yang terjadi dengan sobat karibnya itu.
Devan memajukan wajahnya ke telinga regi.

"Dimas kenapa ngapa dah? Kok dia kayak orang gila gitu, senyum-senyum sendiri" ucapnya berbisik kemudian terkekeh dan menjauhkan wajahnya dari telinga regi.

"Kayaknya, ada sesuatu tuh di handphonenya. Yuk ambil, kita liat, dia lagi ngapain" ucapnya berbisik kepada Devan.

Devan mengancungkan jempolnya, tanda setuju atas rencana regi. Lalu mereka memandang Dimas yang masih fokus terhadap ponselnya tersebut. Tangan devan mengambil ancang-ancang untuk merampas ponselnya Dimas.

Saat dimas sedang asik dalam lamunannya menatap ponsel,  tiba-tiba..

Srekk

"Ahh, apaan sihh! siniin gak handphone gue!!!" Kata dimas yang berteriak marah sambil memberikan tangan agar kawannya itu mau mengembalikan ponselnya, namun tidak. Devan dan regi malah tertawa dan melihat apa yang dari tadi sedang dimas perhatikan.

Terlihat dalam layar kaca ponsel ialah Poto hanna. Devan dan Dimas tertawa, karena ternyata Dimas masih saja menyukai cewek itu. Padahal sudah jelas-jelas Hanna tak sedikitpun meresponnya, namun hal itu tak mematahkan hati Dimas, ia malah berusaha lebih keras lagi walaupun ia tau, hasilnya tetap sama. Hanna tidak akan merespon perasaannya.

"Eehhh, Dimas, ck ck ck" kata regi berdecak sambil menggelengkan kepalanya setelah ia melihat ponsel Dimas yang berisikan Poto Hanna. "Lo kenapa sih dim?  masih... aja suka sama nih cewek,  Padahal dia sedikitpun gak suka sama Lo."

"Tau dim, padahal masih banyak cewek di luar sana yang lebih cantik daripada Hanna. Move on dong... Gue cariin deh, cewek secantik Hanna." Kata Devan yang kemudian ia mengembalikan ponsel kepada dimas.

Dimas segera mengambil ponselnya secara kasar dari tangan devan, lalu segera ia masukan kedalam saku celananya, wajahnya menjadi tampak murung, karena sahabatnya itu selalu saja menyuruh Dimas untuk move on dari Hanna.

"Kalian tuh, harusnya dukung gue, bukannya malah nyuruh gue untuk move on. Lo kira gampang buat move on" ucapnya tegas "Hanna emang gak suka sama gue. Tapi dengan hal itu yang membuat gue semangat dan  berusaha terus untuk bisa ngedapetin hatinya." Lanjutnya mulai serius, "lagian, gue suka sama Hanna, bukan karena dia gadis yang cantik, tapi karena dia emang bisa bikin hati gue nyaman, walau dengan kejutekannya, ataupun keterpaksaannya buat jalan sama gue"

Devan dan regi saling menatap tak percaya dengan semua kalimat yang telah Dimas ungkapkan. Sungguh dimas ialah cowok yang seharusnya Hanna pilih. Karena ia dapat mempertahankan dan memperjuangkan perasaanya selama ini. Walau ia tau Hanna tak menyukainya.

"Udahlah, kalian tuh emang gak ngerti perasaan gue!" Katanya melengos lalu menyantap segelas kopi hangat.

"Jangan ngambek gitu lah dim, gue cuma kasian aja sama Lo. Tapi gue kagum deh, sama perjuangan lo" kata Devan berusaha menghibur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang