pemakaman

16 2 0
                                    

Hanna menatap kosong kearah keranda  kedua orangtua dihadapannya yang berlapis kain hijau dengan kalimat 'lailailallah'  dipenuhi oleh rangkaian bunga mawar dan melati.

Banyak orang disekelilingnya sedang melantunkan ayat suci Alquran, disana agak bising. Namun rasanya, Hanna merasa sepi dan sunyi. Kehidupannya seolah tak lagi sama. Karena orangtuanya meninggalkan dia begitu saja.

Seseorang berpakaian hitam memeluknya dari belakang, Hanna menoleh. Dan ternyata itu adalah Sindy, ia sedang menenangkan hati Hanna.

"Gue, akan selalu ada disisi Lo.." bisik sindy.

Hanna hanya terdiam dan kembali menatap keranda didepannya.

Jam di dinding menunjukan pukul 10.30. akhirnya acara pemakaman akan dimulai, semua orang mengangkat keranda tersebut dan membawanya ke luar. Tepat di halaman rumah Hanna ialah 2 buah  ambulance untuk membawa jenazah ke pemakaman.

"Lailailallah... lailailallah..." Semua orang melantunkan kalimat itu sambil memasukan keranda ke dalam ambulance.

Hanna berjalan perlahan ke luar rumah dan menuruni 2 anak tangga, ia dirangkul oleh kedua sahabatnya. Hanna  melihat  kak Iqbal, Aska, om jefri, kak Dika dan warga lain yang ikut membantu memasukan keranda ke dalam ambulance.

"Mah, pah.. mungkin, ini terakhir kalinya mamah sama papah ada di rumah ini. Setelahnya mamah sama papah akan ada di surga terindah."  Ucap Hanna dalam hati.

Ia kembali meneteskan air mata.

♡♡♡

Matahari hampir berada di tengah-tengah, cahayanya begitu menyilaukan menusuk mata. Namun Hanna tetap berada di sana, termasuk kak Iqbal, om Jefri, Tante Nisa, Sindy, Neysa, dan juga Aska.

Semua para warga yang membantu prosesi pemakaman telah pulang. Hanna dan iqbal duduk diatas tanah kering yang sedikit berumput. Mereka berdua saling merangkul menatap batu nisan orangtuanya.

Tante Nisa berjalan dan jongkok disebelah Hanna, "Iqbal, Hanna.. kita pulang yuk," ucapnya pelan.

"Hanna gak mau pulang, Hanna mau disini dulu nemenin mamah sama papah!" ucapnya tegas.

Semuanya saling menatap, bingung apa yang harus mereka lakukan agar Hanna mau pulang.

"Hanna, yuk kita pulang, biarin mamah sama papah disini kapan-kapan kita kesini lagi" kata Iqbal.

"Kakak tuh gak ngerti banget sih, kalian kalo mau pulang ya pulang aja!!! Nanti juga Hanna bakal pulang kok!" Teriak Hanna.

"Yaudah, kalo gitu kakak sama yang lain pulang ya."

Hanna hanya terdiam tidak menjawab, mereka semua pun akhirnya pulang meninggalkan Hanna sendirian di sana. Semuanya kecuali Aska, ia berdiri diam dibelakang Hanna. Menatap Hanna yang terduduk di antara makam orangtuanya.
Tak lama, suara isak tangis terdengar.

"Mamah.. papah.. Hanna kangen..." Ucapnya lirih sambil menangis.

Aska menghampiri dan duduk disebelah Hanna, membuat ia menoleh, bingung mengapa ia ada disini. Karena ia kira Aska juga pergi meninggalkannya sendirian di pemakaman. Tetapi ternyata tidak, Aska malah menemaninya di pemakaman.

"Kok, Lo disini?" Katanya sambil mengusap pipinya yang basah, tangisnya pun mulai mereda.

Aska terdiam sejenak "gue mau nemenin Lo." Jawabnya sambil tersenyum menatap Hanna.

Hanna terdiam menatap Aska, mereka saling berpandangan.

"Aska.. gue sayang sama Lo, terimakasih karena Lo udah hadir dalam duka gue, nemenin gue dalam posisi rapuh kayak gini..." Ucapnya dalam hati.

'Gue.. suka sama aska!!'

Lagi, suara itu terdengar lagi dipikiran Hanna. Membuat ia menggeleng pelan,
"Hanna Lo gak boleh suka sama Aska.. Lo harus inget sahabat Lo. Dia juga suka sama aska"

Aska bingung melihat Hanna yang menatapnya terus. Lalu ia memegang pipi hanna, tiba tiba tangannya ditepis.

"Jangan pegang-pegang gue, sana Lo pergi! Gue lagi mau sendiri!" Kata Hanna tegas  yang matanya mulai berkaca-kaca.
Aska menatapnya heran, Hanna tidak biasanya seperti ini.

"Gue bilang pergi! Gue mau sendiri!" Teriak Hanna sambil menangis, pikirannya kacau. Kesedihan sedang menggenangi pikirannya. Disisi lain ia membutuhkan Aska agar hatinya tenang dari semua duka yang terjadi namun disisi lain ia harus menjauhi Aska agar Neysa tidak cemburu kepadanya.

Hanna menangis kencang, ia sangat kacau. Aska sungguh ingin menangis melihat Hanna yang seperti itu. Ia memeluk Hanna, tanpa sadar Hanna membalas pelukan Aska. Ia menumpahkan semua kesedihannya. Pelukan Aska sangat hangat dan nyaman.

Aska mengusap punggung Hanna, berusaha untuk menenangkannya tetapi hal itu membuat Hanna tersadar dan mendorong tubuh Aska. Ia berusaha menjauh darinya.

"Ngapain Lo megang-megang  gue, gue bilang pergi, gue gak mau liat Lo disini!"
Aska hanya terdiam melihat Hanna yang meneriakinya. Hanna berdiri dari duduknya.

"Pergi!! Gue gak mau Lo ada disini!!" Katanya sambil menangis menunjuk pintu gerbang pemakaman.

Mau tidak mau, Aska harus pergi. Sepertinya Hanna sangat serius, Aska berdiri dan berjalan perlahan melewati Hanna. Sebenarnya ia tak mau meninggalkan Hanna sendirian di sana.

Hanna menatap kepergian Aska, sungguh ia tak mau bersikap seperti ini kepada sang pangeran hatinya. Namun, hal inilah yang bisa membuat Aska, pergi dari hadapannya.

Hanna terus menatap Aska yang mulai menjauh, ia benar-benar pergi dari tempat pemakaman itu. Hanna kembali meneteskan air mata, ia pun duduk kembali di antara dua makam orangtuanya.

"Mah..pah... Hanna sayang sama Aska.." katanya lirih, ia menutup wajahnya dan menangis.

"Hanna bingung harus bagaimana...." Ucapnya seolah sedang bercerita kepada kedua orangtuanya yang mungkin bisa mendengar ceritanya.

"Hanna suka sama Aska," katanya terisak,  "tapi Neysa juga..." Lanjutnya, tangisnya semakin pecah.

Hanna menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Ia menumpahkan semua kesedihannya, andai saja orangtuanya tidak pergi, pasti hatinya tidak bertambah kacau.

♡♡♡

Wajib komen, vote, and share cerita ini...
Semoga gak bosen yaww
...❤️...

HannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang