🍃🍃🍃Aku merasakan kehangatan menyeruak ke sekujur tubuhku saat kedua tangan mungilnya memeluk pinggangku erat. Aku tidak bisa membayangkan jika pelukan itu akan sukar atau bahkan tidak bisa kudapatkan lagi dalam waktu dekat.
Aish, mataku berembun lagi. Beruntung Sooyoung berada dibelakang kemudi sepeda, jika tidak pasti dia akan memakiku karena melihat mataku berair.
“Bisakan kau mengayuhnya lebih pelan lagi? Aku benar-benar ingin menikmati udara musim semi tahun ini..”
Sooyoung mengutarakan keinginannya sembari memeluk pinggangku semakin erat.
Jujur saja, kalimat terakhir yang Sooyoung ucapkan berhasil membuat hatiku mencelos.
Aku menarik nafas perlahan, mencoba meringankan dadaku yang rasanya amat begitu sesak mengingat bagaimana rahasia yang Sooyoung simpan rapi selama setahun lebih terkuak dua minggu yang lalu.
🍃🍃🍃
Saat lift mendarat dilantai dua aku buru-buru berlari ke ruangan yang aku tuju berada. Tentu saja setelah bertanya pada resepsionis dilantai pertama.
Aku sudah berada didepan ruangan dengan nama pasian yang aku cari. Aku menyembulkan kepalaku kedalam, mencoba melihat situasi. Tentu saja dengan nafasku yang masih memburu.
Aku melihat seorang perempuan paruh baya lengkap dengan kuciran asal pada surainya tengah duduk dikursi sisi ranjang. Dia membelakangiku, tapi aku bisa melihat ia tengah menagis karena gerakan punggungnya yang naik turun.
“Bibi Jeon—,”
“Ah, Sungjae-ya.. Kau sudah datang?,” dia membalikkan badan sembari mengusap air yang membasahi pipinya dan menatapku dengan sorot matanya yang sendu.
Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam, sepelan mungkin pastinya.
“Bagaimana keadaan Sooyoung, bibi?”
Ya, saat ini Sooyoung sahabatku tengah tak sadarkan diri diatas ranjang rumah sakit. Aku masih tidak mengerti dengan situasi yang tengah kuhadapi. Tiga puluh menit yang lalu, bibi Jeon yang notabenenya adalah ibu Sooyoung menghubungiku dengan menangis sesegukan. Dia bilang Sooyoung masuk rumah sakit karena penyakitnya kambuh.
‘penyakit?, kambuh?’ sejauh perjalananku menuju rumah sakit hanya dua kata bernada pertanyaan itu yang memenuhi otakku.
“Bisakah kita bicara diluar?,” bibi Jeon menggiringku keluar, membuyarkan tatapan ibaku pada Sooyoung yang tertidur dengan salah satu tangan yang tengah menyatu pada selang infus juga alat bantu pernapasan yang menutup mulut dan hidungnya.
***
Aku menyandarkan tubuhku, mencoba mencari kekuatan dibalik dinginnya tembok rumah sakit.
Perlahan tubuhku merosot, apa yang baru saja bibi Jeon katakan berhasil membuat duniaku hancur seketika.
“Sungjae-ya, maaf—”
“Aku benar-benar minta maaf padamu,”
“Harusnya aku tidak mengabulkan permintaan Sooyoung untuk menyembunyikan penyakit yang dideritanya, agar kau bisa mempersiapkan diri untuk ini,”
“Dokter bilang, sangat tipis harapan untuk Sooyoung,”
“Sekali lagi aku minta maaf karena tidak bisa menjaga Sooyoung agar tetap bersamamu,”
![](https://img.wattpad.com/cover/201336491-288-k224640.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BBYU On The Shot
Teen FictionBbyu dalam 'shot' yang tidak tentu. 💌I hope you enjoy this story💌 ©2019 ▪2009