☔🌧🌧☔Hari sudah mulai gelap. Seorang lelaki berjalan melewati persimpangan yang tak jauh dari tempat tujuannya. Tangan kirinya mendekap kertas karton yang berisi beberapa keperluan dapur apartemennya, sementara tangan kanannya ia gunakan untuk memegang payung berwarna biru tua yang terpaksa dibeli saat berbelanja tadi.
Iya, hari ini hujan turun. Tepatnya ini hujan pertama yang turun di awal musim semi. Tidak begitu deras.Tapi entahlah, rasanya ia ingin cepat sampai ditempat tujuan. Terlihat dari gelagatnya, ia sedikit risih harus bertemu hujan hari ini. Ya--, tapi memang selalu begitu perasaannya saat bertemu hujan. Bagaimana tidak, jika semua hal yang berbau hujan selalu membuatnya mengingat kembali masalalu setahun lalu.
Sedikit membuat dadanya sesak, apalagi aroma tanah yang menguar karena rintikan hujan.
"Berhentilah, bodoh!" umpatnya sedikit frustasi saat sampai didedan pintu. Buru-buru dia lipat payung yang baru saja ia gunakan dan menyimpannya sembarang.
Belum sempurna gerakannya membuka pintu, seorang laki-laki dengan badan sedikit gempal menggunakan apron berwarna hitam menghampiri dari dalam.
"Kau sudah datang?" yang berkewajiban menjawab hanya mengangkat sebelah alis, 'Aneh. Tidak biasanya dia langsung menyambutku saat aku datang,' batinnya mengatakan.
"Wae?" tanyanya balik, "Aniyo.. " lelaki dengan badan sedikit gempal menjawab dengan cengengesan sambil merebut kertas karton yang ada dalam dekapan lawan bicaranya.
"Sungjae-ya, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.." ucapnya setengah berbisik. Mungkin dia tidak ingin ada pengunjung yang mendengar perkataaanya. Wajar saja, keadaan cafe hari ini cukup sepi. Hanya ada empat meja yang terisi oleh pengunjung.
Dia menunjuk kearah belakang badan lelaki yang dia panggil Sungjae dengan dagunya. Sungjae hanya bisa menautkan kedua alisnya, bingung. Seoalah mengetahui kebingungan yang tengah terekspresi, dia mengatakan sesuatu dengan mode masih setegah berbisik, "Dia datang.."
Sungjae buru-buru membalikkan badan.
Terlihat seorang perempuan dengan rambut yang tergerai sampai punggung duduk sendiri membelakanginya. Perempuan tersebut tengah mengarahkan pandangannya ke kaca yang berada di sisi kanannya. Dia sedang memperhatikan--, hujan."Sooyoung?" gumam Sungjae lirih. Entahlah, yang Sungjae yakini perempuan yang berada didepanya itu adalah Sooyoung. Sekalipun hanya punggungnya dan pantulan wajahnya dicermin yang samar-samar terlihat.
Beberapa detik Sungjae seperti orang bodoh karena tak bergeming dari tempatnya berdiri. Ia benar-benar bingung dengan apa yang harus dilakukan. Sampai laki-laki berbadan gempal yang masih berada sampingnya tadi menyadarkannya, "Kau tak ingin menemuinya? Apa kau akan membiarkan dia lepas kembali karena kebodohanmu itu, eoh?" Sungjae menelan salivanya sendiri, susah payah.
"Changsub hyung--" Sungjae mengarahkan pandangannya kearah lelaki yang baru saja ia panggil hyung. Dia menganggukkan kepala mantap.
Seperti tersihir, Sungjae melangkahkan kakinya mendekati perempuan yang ia yakini Sooyoung tadi. Dan bahkan kini tangannya sudah berada diatas bahu kiri perempuan tersebut.
"Sooyoung-ah." entahlah, Sungjae seperti tidak punya keberanian meninggikan sedikit volume suaranya hingga apa yang baru saja ia ucapkan lebih mirip suara seseorang yang tengah tercekik.
Sooyoung, perempuan tersebut memutar kepalanya. Sejurus kemudian pandangan mereka berdua bertemu.
Mata itu, Sungjae masih ingat bagaimana begitu hangat mata itu mentapnya--, dulu.
"Eohh."
KAMU SEDANG MEMBACA
BBYU On The Shot
Teen FictionBbyu dalam 'shot' yang tidak tentu. 💌I hope you enjoy this story💌 ©2019 ▪2009