Thirdty Sixth

898 99 7
                                    

Reader POV

Aku duduk di sampingnya.

Di kursi samping ranjangnya.

Kakinya patah dan sedang masa rehabilitas.

Setelah aku menceritakan apa yang terjadi selama aku hilang.

Itu terjadi, saat aku nekat berniat menyerahlan diriku.

Lalu menyusun semua rencana.

Saat aku jatuh, itu darah palsu dan di bawah sudah ada kasur empuk yang tertutup tanah dan bunga.

Aku sempat pingsan saat jatuh karena ketakutan yang aku rasakan.

Lalu aku kenal dekat dengan Jinguji-sensei karena aku berobat padanya soal traumaku yang kini membaik.

"Kalau soal aku tidak dapat kabarmu, itu ide Jinguji-sensei, Levi"

"Si dokter sialan itu?"

Aku balas dengan anggukkan, "tapi itu untuk kebaikkanku karena traumaku kembali dan itu parah katanya"

Aku harap dia tidak marah.

"Hm, begitu", syukurlah dia tidak marah.

"Aku histeris saat bangun, aku melihat Jinguji-sensei dan lainnya yang cowok. Kadi yah...Jinguji-sensei menyarankanki rehab juga, sampai aku sembuh"

Aku tidak mendapat informasi apaun tentangmu.

Ternyata kau juga.

"Rencanamu sembrono sekali"

"Ma-maaf! Habis itu mendadak!"

Senyumnya aku lihat lagi.

Sentuhan tangannya mendarat di kepalaku dan mengusapnya.

Meski kini wajahmu penuh bekas luka, itu tidak akan membuatku merasa jijik padamu.

Aku senang akhirnya bertemu denganmu lagi.

Oh, sebelum aku kelupaan sesuatu!

"Dan satu lagi yang belum aku beritahu padamu", aku menggenggam tangan kanannya yang di atas kepalaku. "A-apa ini waktu yang pas ya?"

Dan menggiringnya perlahan.

Levi POV

Tanganku di bawanya menuju ke perutnya.

Deg!

Seolah ada sengatan listrik mengenai tanganku.

Mungkinkah?

Mataku kembali menatapnya yang kini tersenyum lembut padaku.

"Hehe, terasa tidak?", candanya.

"Ini...di sini--"

"Iya, hehe...awalnya aku khawatir saat menjalankan rencana, takut 'dia' kenapa-kenapa. Tapi syukurlah, 'dia'...kuat seperti ayahnya"

Aku hampir tidak peecaya dengan ini.

Tidak kelihatan karena pakaiannya selama ini.

"Sudah...berapa lama?"

"Hm...tiga bulan? Kalau aku tidak salah ingat"

Sudah selama itu?

"Eh, ada apa?", [Name] bahkan masih terkejut saat aku peluk.

"Kenapa menyembunyikannya selama ini?"

"Maaf aku tidak bermaksud"

Aku mengelus perutnya dengan tangab kananku dan tanganku satu lahi memeluknya.

Aku bisa rasakan jemari kami saling mengunci.

Ah, perasaan hangat ini rasanya seperti sudah lama sekali.

Bibir kami bertemu sejenak, lalu aku menarik kepalanya agar dahinya bertemu dengan dahiku.

Napas hangatnya meneepa mukaku.

"Terima kasih, [Name] dan maafkan aku"

"Untuk apa?"

"Maaf aku...sempat berpikir menyerah untukmu, membawamu dalam bahaya..."

Dan maaf aku pernah membencimu.

"Levi, aku selalu memaafkanmu"

Kau selalu terlalu baik.

Aku membawanya ke dalam ciuman lagi.

Bibir yang menyatu.

Aku bahagia sekarang.

Sret.

"Oh, maaf apa aku mengganggu moment kalian?"

Sialan kau Erwin (҂⌣̀_⌣́)

"Baguslah kau datang merusak semuanya, ketuk dulu bisa tidak?"

"Aku sudah ketuk tadi, kau saja tidak dengar Levi"

[Name] berdiri tapi aku menahannya agar tetap di sini.

Dia malu? Pastinya.

Kalau tidak, kenapa mukanya merah sekarang?

"Konnichiwa, [Name]"

"Ko-konnichiwa"

Salahku menikmati ciuman tadi dia jadi begini.

Dan Erwin kemari hanya untuk pamit lalu pergi (҂⌣̀_⌣́)

Sialan kau Erwin (҂⌣̀_⌣́)

The Dragon BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang