|R&R| 2.Teman?

51 5 1
                                    

Reya berjalan tak tentu arah, ia pun bingung harus kemana dirinya, yang jelas adalah ia sakit dengan semua perkataan Rean tadi. Rasanya masih membekas. Untuk apa Rean bersikap seperti itu? Agar ia tahu bahwa Rean sangat membencinya? Tidak perlu Reya sudah tahu bahwa Rean membencinya.

Reya melihat taman yang cukup sepi, ia pun melangkahkan kakinya kesana, menikmati angin yang berhembus menerpa wajahnya. Ia tersenyum getir.

"Ketahuilah gue lebih milih untuk diam daripada menjelaskan, biarlah sandiwara ini terus berlanjut sampai semuanya terkuak dengan sendirinya" Gumamnya lirih.

Ia duduk di salah satu kursi panjang di taman itu membuka tasnya dan mencari handphonenya.

Saat ia buka handphonenya ia terkejut bukan main. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Rean beberapa pesan dan chat yang masuk ke ponselnya.

Untuk apa Rean mencarinya? Bukankah ia yang bilang sendiri ia tak mau ambil pusing soal dirinya. Dan lalu apa dia bilang? Orang tuanya selalu marahin ia kalau Reya tak bersamanya? Yang benar saja.

Keluarga Reya sudah ia anggap tiada. Orang tuanya yang sibuk dengan kepentingan masing masing membuat anak seusia Reya harus menempat di apartemen. Bukankah ia seperti anak yang terbuang?

Reya pernah disuruh untuk tinggal bersama Rean karena orang tua mereka memang sudah dekat sedari masa SMA, bahkan yang lebih parahnya lagi adalah, entah kenapa ia dilahirkan berbarengan. Maksudnya Rean dua hari dilahirkan dan lahirlah Reya. Umur mereka hanya terpaut dua hari maka dari itu keluarga mereka memberikan nama yang hampir mirip pada keduanya.

Alfreandra Putra Mahesa

Alfreya Ramdhania Putri

Hampir mirip bukan? Sudahlah kita kembali pada Reya.

Reya selalu berharap orang tuanya memikirkan Reya, tapi semuanya hanya angan. Dan Reya harus segera sadar dari pikirannya itu. Karena semua itu hanya mustahil.

Ada satu hal yang selalu ia yakini yaitu adalah kebahagiaan akan datang pada mereka yang mau bersabar. Maka dari itu Reya bersabar menghadapi semua ini.

"Reya?"

Reya menoleh ke belakang untuk mengetahui siapa yang memanggilnya. Ia pun tersenyum.

"Lo lagi ngapain disini? Sepi gini juga kalo diculik gimana Re?" Tambah orang itu.

"Gue lagi ngadem disini Dav, enak banget udaranya" Jawab Reya sambil memejamkan kedua matanya, berusaha membohongi Davin agar ia tak tau apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Ohh jadi lagi ngadem? Udah ngademnya? Gue anter pulang ayo" Tanpa menunggu persetujuan Reya, Davin langsung menarik Reya, Reya pun memilih untuk menurut saja.

"Ke apart atau kerumah Rean lagi?" Tanya Davin.

Satu hal, beberapa waktu kemarin Davin dan Rean berselisih hingga terjadi perkelahian, masalahnya adalah saat itu Reya disuruh untuk kerumah Rean oleh orang tuanya Rean, hingga Rean berinisiatif untuk mengantar Reya, namun saat di parkiran Reya juga diajak pulang oleh Davin. Terjadilah pertengkaran membuat Reya malu setengah mati dengan ogah ogahan ia memilih untuk  pulang bersama Davin dan bukan pulang ke apartnya melainkan ke rumah Rean.

"Ke apart gue aja" Jawab Reya. Ia sebenarnya sangat malas untuk pulang, karena yang ia temui pasti hanya kesepian.

•••

"Sampe kapan lo mau ngedekem disini hah?!" Aji mulai kesal karena sedaritadi mereka hanya duduk didepan pintu apartemen Reya.

Dia Aji Darmawan teman satu satunya Rean yang paling mengerti Rean walaupun otaknya kadang sengklek.

Rean&Reya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang