« L. M - fIveteeN »

2.9K 366 47
                                    


Happy reading :)

.


"Karena aku lebih menyayangimu daripada istriku sendiri."

Itu terus berputar dalam otaknya. Ingin sekali Lisa abaikan namun tak bisa. Sebenarnya apa maksud Suga, semalam?

"Yak! Lalisa kau mau pelanggan melayangkan protes karena kau terlalu lama mengantar pesanan?" suara Seokjin menginterupsi. Lelaki itu masuk ke pantry, menggantikan Jhope untuk memasak.

"Sabar, oppa. Aku akan keluar ini,"

Lalisa akhirnya membawa nampannya. Mengantar pesanan ke meja nomor 3. Setelahnya, duduk di kursi kasir bersama Jihyo. "Kau berhutang cerita padaku, Lice."

Oh, ya ampun!

Lisa lupa. Haduh, kenapa juga sampai kepergok oleh Jihyo waktu itu? Ck, pikirannya semakin bercabang sekarang.

Hah, haruskah di ceritakan?

Tapi rasanya, memalukan.

Lisa menunduk.

"Tapi jika kau memang tak mau menceritakannya, tidak masalah. Itu hakmu, privasimu." Jihyo tersenyum. Dia baik sekali. Saking baiknya membuat Lisa tak tega harus mengingkari janji.

"Aku akan menceritakannya, eonni. Di perjalanan pulang nanti, okay? Kau akan menginap di tempatku malam ini 'kan?" Lisa terlihat senang di akhir kalimatnya.

Jihyo mengangguk. "Um! Baiklah, nanti ya?" lalu Lisa juga mengangguk.

"Yak, kalian merencanakan apa? Kenapa tak mengajakku?" sahutan itu berasal dari Jimin.

"Berisik. Tak perlu tahu,"

Jimin yang mendengar jawaban Lisa barusan lantas menjentikkan jari. "Ah, aku tahu. Kalian pasti tengah membicarakan aku 'kan? Oh ya ampun, fans ku ini.... "

Bug.

"Diamlah bantet."

"Ahahahaha." tawa pingkal itu mengudara. Jihyo bahkan memegang perutnya karena melihat wajah kesakitan Jimin setelah Lisa memukul lengan lelaki itu cukup keras. Terlebih dengan bubuhan sebutan 'bantet'. Sungguh hiburan gratis baginya.

"Makanya jangan over begitu jika di depan Lisa." celetuk Jihyo setelah Lisa meninggalkan mereka berdua.

"Over bagaimana sih? Aku kan hanya bicara kenyataan kalau aku punya banyak fans."

Jihyo berdecak. Jengah dengan si bantet yang selalu tingkat percaya dirinya itu, over.

"Bagaimana Lisa akan membalas perasaanmu jika kau saja menyebalkan begitu."

Boom!

Jimin tertegun. Apa katanya? Dia bilang apa barusan? "Noona kau-"

"Aku tahu kau menyukai Lisa."

"Kok bisa?" konyol. Itu pertanyaan konyol.

"Menurutmu? Aku tidak selamban itu untuk memahami cara kau menatapnya. Bersama dengannya di setiap waktu yang kau bisa dan selalu memprioritaskan dia. Bagaimana aku tak tahu, eh?"

Selepas mengatakannya, Jihyo pergi. Meninggalkan kasir untuk mengambil secangkir kopi.

Sedangkan Jimin, "Dia sangat peka atau aku yang terlalu kentara?" menggumam tak jelas dengan otak yang tak henti berpikir keras.

Ya ampun, itu bukan hal yang perlu kau pusingkan Jimin-ah. Apa salahnya jika Jihyo mengetahuinya? Tahu sendiri bagaimana gadis itu menghormati privasi orang lain.

L. M 🍒 [Love too Much x Lalisa Manoban]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang