6| Snooper

5 2 1
                                    

Pulang sekolah, Scarlett berjalan ke gerbang sekolah dengan handphone yang menempel di telinganya.

"Tunggu bentar ya Lett. Ban mobil gue bocor." Scarlett memutar bola matanya kesal.

"Jangan lama-lama." Scarlett memutuskan sambungan teleponnya dengan Alfi, lalu duduk-duduk di bangku panjang yang ada di sebelah gerbang sekolah. Untuk membunuh waktu, ia menjelajahi sosial medianya.

Gerakan jempolnya berhenti ketika sebuah 3 SMS dari nomor tak dikenal masuk. Ia mengernyitkan alisnya, lalu dengan ragu membuka SMS itu.

Unknown Number : photo

Unknown Number : scarlett, is that you?

Unknown Number : sndirian kah? Boleh gue temenin?

Bahu Scarlett menegang. Foto tersebut adalah foto dirinya saat ini, duduk di samping gerbang sekolah. Ia melihat fotonya kembali, dan langsung mencari orang yang memotretnya berdasarkan sudut pandang dari fotonya.

Penguntit? Gila gue harus gimana? Tiba-tiba ucapan Alfi muncul di kepalanya.

"Lo itu artis, pasti di antara fans-fans lo itu ada yang gak bener. Kalo lo ketemu fans kayak gitu, lo harus cari temen yang bisa dipercaya buat nemenin lo."

Scarlett mencari-cari orang yang dimaksud Alfi. Sial, sekolahnya sudah sepi. Hanya ada beberapa orang yang ia tidak kenal. Scarlett menyeka keringat dinginnya. Gimana nih?

Kling!

Scarlett membuka SMS dari nomor tak dikenal itu.

Unknown Number : gue kesana. Jgn coba2 buat kabur klo gmau gue apa2in

Gila. Scarlett tidak tahu harus apa. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Alfi. Dengan tergesa ia mencari kontak Alfi dan meneleponnya.

"Nomor yang anda hubungi sedang berada di panggilan lain."

"Alfi b*ngsat." Serunya. Pokoknya, dia harus lari ... SEKARANG!

Scarlett berlari menyusuri taman sekolahnya yang luas, namun sepi itu tanpa ada ide harus kemana. Kepalanya benar-benar blank karena panik. Nafasnya sudah berat, jadi ia bersembunyi di sebuah kelas yang kosong.

Scarlett mengintip lewat jendela kecil yang ada di pintu. Orang itu pasti melihat ia berlari. Dalam hati ia berharap-harap orang itu tidak akan mencarinya.

Doanya tidak terkabul. Seorang laki-laki dengan hoodie hitam dan masker berjalan pelan di depan kelasnya, seperti mencari-cari sesuatu. Scarlett menahan nafasnya tegang.

Orang itu membuka handphone-nya dan tiba-tiba, ringtone handphone Scarlett berbunyi dengan cukup keras hingga orang itu menoleh ke pintu kelas tempat Scarlett bersembunyi. Scarlett terkejut bukan main dan segera men-silent handphone-nya. Dengan gerakan tanpa suara, Scarlett bersembunyi di salah satu meja kelas.

Orang itu membuka pintu kelas, mengeluarkan suara yang menyayat hingga Scarlett menahan nafasnya tegang. Scarlett menurunkan tasnya dan tangannya mencari-cari benda yang mungkin berguna.

Sebuah semprotan merica. Bagus sekali. Dengan gemetar Scarlett menggenggam semprotan itu dengan keras. Ketika orang itu sudah 3 meter di dekatnya, Scarlett menghela nafas panjang. Dengan nekat, ia keluar dari persembunyiannya dan menyemprot mata orang itu.

"Eh?" Cicit Scarlett ketika menyadati semprotan itu sudah kosong. Orang itu tertawa pelan sesaat dan langsung mencengkeram kedua tangan Scarlett.

"Tolong!" Teriak Scarlett. Orang itu langsung mengeluarkan pisau dari sakunya, lalu menaruhnya tepat di depan lehernya. Scarlett menahan nafas syok.

"Jawab pertanyaan gue." Ucap orang itu dingin dan tajam. Scarlett menutup matanya takut. "Apa lo jadian sama Ares?"

Scarlett menatap mata orang itu ngeri. Dengan susah payah ia menjawab. "Gue gak pacaran sama dia. Plis lepasin gue."

Tekanan pisau pada leher Scarlett makin terasa dan Scarlett rasanya ingin pingsan di tempat saja. Bahkan rasanya kulit lehernya sudah tersayat tipis.

Dari balik maskernya, Scarlett bisa melihat orang itu menyeringai. "Dikira gue bisa diboongin? Ayolah. Makin lo boong, makin dalem ni pisau ke leher lo."

Badan Scarlett gemetar. Kakinya terasa lemas, sampai-sampai Scarlett berlutut di lantai. Orang itu mendekatkan wajahnya pada Scarlett, lalu membisikkan, "Lo itu cuma milik gue seorang."

Scarlett meneteskan air matanya, ketakutan setengah mati. Pikirannya sudah mengucapkan ratusan wasiat. Orang itu menyeka air mata Scarlett dengan tangannya.

"Jangan nangis, sayang. Gue gak bakal nyakitin lo, kok." Scarlett langsung mengata-ngatainya dalam pikirannya. Berbagai swear words ditujukan padanya, walaupun hanya di dalam pikirannya.

Tangan orang itu mengelus rambut Scarlett lembut, lalu tangannya turun ke wajah Scarlett yang ketakutan. Mengusap pipinya pelan, dan mengelus bibir Scarlett yang gemetar. Sejak tadi, Scarlett ingin sekali menendang bagian sensitifnya, namun kakinya sejak tadi diduduki oleh orang itu.

Ternyata, Dewi Fortuna masih berpihak padanya. Sebuah kaki dengan cepat menghantam kepala bagian kanan orang itu, hingga orang itu tersungkur di lantai. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Scarlett langsung bangkit dari tempatnya dan bersembunyi di balik orang yang telah menyelamatkannya, Ares.

"Plis ya, kalo mau mesra-mesraan jangan disini. Yang jomblo merasa tersinggung." Ucap Ares dingin. Orang itu membuka hoodie dan maskernya. Scarlett dan Ares terkejut bukan main. Abie?

Dengan cepat Ares mencengkeram kerah Abie, dan Ares meninju pipinya berkali-kali hingga keluar darah dari ujung bibirnya. Namun, Abie tidak kalah akal. Ia menendang bagian sensitifnya hingga Ares melepaskan kerahnya. Abie langsung mengambil sesuatu di atas meja dan melarikan diri dari kelas itu.

Scarlett langsung menghampiri Ares. "Lo gapapa?"

"Liat sendiri dong. Dikira cowok digituin gak kenapa-kenapa?" Ucap Ares kesal. Scarlett malah tertawa. Ares yang melihat tawa Scarlett hanya tersenyum miring. Ia pun berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas.

"Tunggu!" Ucap Scarlett menahan Ares. Ares menoleh sedikit. "Makasih." Tak menjawab, Ares lanjut berjalan keluar kelas, menjauh dari pandangan Scarlett.

Kling! Sebuah notifikasi muncul di handphone Scarlett. Nama Alfi muncul di bagian atas layarnya.

Manajer gblk : gc ke parkiran.

Scarlett menghela nafas. Ia menenteng tasnya di tangan dan berjalan ke parkiran. Matanya masih was-was mencari keberadaan Abie, namun nihil.

Sebuah limusin terpakir di parkiran sekolah. Scarlett langsung duduk di passenger seat lalu memandang Alfi yang duduk di kursi supir. Gue kasih tau gak ya soal tadi? Mungkin gak usah. Bisa-bisa gue gak dikasih sekolah lagi.

"Apa lo liat-liat? Gue tau gue ganteng." Ucap Alfi. Scarlett memukul bahu Alfi kencang. "Eh santai dong mba!"

Scarlett hanya tersenyum tipis. Ia langsung duduk diam dan memikirkan kejadian tadi. Mentalnya masih shock.

--------------------------------------------------------------

-author P

Beautiful GoodbyeWhere stories live. Discover now