Will You Be Mine?

320 9 2
                                    

Dirga memberhentikan mobilnya di sebuah taman. Taman itu belum pernah Mey kunjungi sebelumnya. Di dekat taman itu terdapat sebuah danau dengan air yang jernih dan berwarna biru. Sangat indah. Bahkan ikan - ikan di dalam danau terlihat sangat jelas. Mey begitu terkesima dengan pemandangan di depannya. Benar - benar menyejukkan mata. "Wow, ini indah banget" pujinya. Dirga tersenyum. "Kamu suka?" tanya Dirga. Mey mengangguk. Mereka lalu duduk pada bangku taman ddi tepi danau. 

"Kamu kenapa bisa tau tempat ini?" tanya Mey penasaran. Dirga melihat Mey sekilas kemudian kembali menatap danau di depannya. "Orang tuaku sering ngajak aku kesini waktu kecil" jawab Dirga. Mey mengangguk - angguk paham. "Dulu saat mama masih ad, beliau sering mengusulkan untuk piknik disini. Mamaku juga pernah cerita kalo papa melamar mama disini" Dirga mulai bercerita. Sementara Mey mencoba untuk mendengarkan. 

"Setiap kali aku kangen sama mama, aku selalu kesini. Dan semua rasa kangen aku sama mama bisa terobati" Dirga masih bercerita. Tanpa sadar bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Ia segera menghapusnya. Dirga terkekeh. "Aku malah curhat" ucapnya. Mey tersenyum sembari mengusap pundak Dirga. "Gak apa - apa kok. Aku mau dengerin cerita kamu" sahut Mey. Dirga menatap Mey lamat - lamat. Sungguh, andaikan Mey itu benar - benar miliknya, ia ingin memeluk Mey. Dirga juga ingin mencium lembut bibir yang selalu menyunggingkan senyum padanya. Seandainya itu benar - benar terjadi, ia tak akan melepaskan mey. Ia tak akan membiarkan Mey lari dari hidupnya. 

Dirga meraih tangan Mey yang sedari tadi mengelus - elus pundaknya. Mey terkesiap. Ia tak tau harus seperti apa. Ia hanya terdiam menatap Dirga tak percaya. "Mey!" ucap Dirga kemudian. Mey menelan ludahnya. Ia bahkan tak mampu menjawab panggilan Dirga. Jantungnya kini telah berpacu dengan keras. Mey hanya tersenyum canggung. "Mey, aku__" Dirga bingung harus bagaimana mengatakan perasaannya yang sebenarnya. 

Mey mengerutkan keningnya. Ia masih menunggu kata - kata Dirga. Tangannya mulai berkeringat karna gugup. Dirga memalingkan wajahnya sejenak. Lalu kembali menatap Mey. Ia berdeham untuk menetralkan rasa gugupnya. "Mey, aku suka sama kamu" ucap Dirga dengan sekali hentakan. Mey membelalakan matanya. Ini sungguh gila. Ia belum dapat mencerna semua kata - kata yang Dirga ucapkan. Dirga menunduk malu. "Aku gak tau sejak kapan perasaan ini tumbuh. Tapi aku benar - benar suka sama kamu, Mey" ucap Dirga. 

Dirga kemudian meraih tangan kiri Mey yang sedari tadi meremas ujung baju mey karna kegugupannya. "Mey izinkan aku buat jagain kamu. Izinkan aku buat bahagiain kamu" ucap Dirga lagi. Mey belum menjawab. Lidahnya kelu. Ia tak mampu mengatakan apa pun. 
"Mey, will you be mine?" tanya Dirga. 
Mey benar - benar tak bisa menjawab apa pun. Ia masih mencari kata - kata dalam fikirannya untuk menjawab pernyataan Dirga. Satu hal yang Mey tau, Dirga begitu memperhatikan dirinya. Bahkan saat Dirga menyatakan perasaannya, Mey merasa sangat bahagia. Apa ia benar - benar jatuh cinta pada Dirga?

"Aku__" Mey berusaha membuka suara namun masih tergagap. Dirga masih menunggu jawaban Mey. Namun ingatan tentang Gilang kembali menghantui Mey. Di saat Mey ingin mengiyakan pertanyaan Dirga, memory tentang Gilang kembali membuatnya mundur. Mey menarik kedua tangannya yang masih Dirga genggam. Ia lantas berdiri. Dirga terkejut. Apakah Mey menolaknya?

"Aku__aku belum_ belum bisa terima cinta kamu" ucap Mey. Dirga ikut berdiri. "Aku perlu waktu buat berfikir." lanjutnya. Dirga menunduk. Ia kecewa, benar - benar kecewa. Tapi ia segera menyadarkan dirinya bahwa Mey belum menolaknya. Mey hanya mengatakan bahwa ia perlu waktu untuk berfikir. Dan Dirga seharusnya memahami itu kan? Dirga berusaha untuk  tersenyum. "Gak apa - apa Mey. Aku bakalan nunggu jawaban kamu kok" ucap Dirga. Ada kekecewaan yang tercetak jelas di wajah Dirga. Mey merasa sangat bodoh karna ia sudah mengucapkan kata - kata itu. 

Mey tau bagaimana rasanya menunggu. Itu sangat menyebalkan. Dan sekarang, ia membiarkan seseorang menunggu untuk jawaban perasaannya. Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Mey saat ini. Apa sesulit itu menerima Dirga, sementara selama ini Dirga selalu baik padanya, selalu memperhatikan dirinya. Bahkan ada rasa senang ketika Dirga menyatakan cinta untuknya. Lalu apa yang sebenarnya Mey inginkan? Gilang, bayangan pria itu terus saja menari - nari di dalam kepala Mey. Mey ingin melupakan Gilang. Tapi entah bagaimana caranya. Setiap kali ia ingin menghapus kenangan bersama Gilang, rasa sakit itu kembali muncul. 

****

Mey masih memikirkan apa yang harus ia jawab pada Dirga. Siska melipat lengannya di dada dan menatap Mey tak percaya. Ya, Mey menceritakan semuanya pada Siska. Dan tentu saja Siska mengomelinya sepanjang waktu. "Gue gak habis pikir sama loe, Mey" gerutu Siska. Mey hanya diam seraya menopang dagunya. 
"Dirga kurang baik apa coba sama loe?" tanya Siska kesal. Ia berdecak karna Mey tak menggubrisnya sama sekali. Siska memijit pelipisnya yang pening. Entah kenapa drama percintaan Mey harus serumit ini dan Siska juga harus terlibat di dalamnya. 

"Sekarang gue tanya sama loe, loe suka sama Dirga?" tanya Siska. Mey kini menatap Siska sendu. "Gue gak tau Sis, gue bingung." jawab Mey lirih. Siska menghela nafas. "Mey, Dirga itu cowok yang baik. Dia selalu merhatiin loe, ngejaga loe. Bahkan dia ajak loe ke tempat romantis buat bikin loe senang. Terus loe malah nolak dia" omel Siska panjang lebar. 

"Gue gak nolak dia Sis, gue cuma minta waktu buat jawab pertanyaan dia" bela Mey. 
"Mey, loe nyuruh dia nunggu itu sama aja loe nolak dia. Dia pasti bakalan mikir, kalo loe beneran suka sama dia gak mungkin loe minta waktu. Loe pasti langsung jawab. Ya kan?"

Kadang omongan Siska selalu benar. Bodohnya Mey yang malah menyuruh Dirga menunggu hanya karna bayang - bayang masa lalunya. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia menceritakan semuanya pada Siska agar Siska bisa memberinya solusi tapi sahabatnya itu malah mengomel dan menyalahkannya terus - terusan. 

Siska menepuk bahu Mey pelan. "Loe harus bisa yakinin hati loe buat lupain Gilang. Dan loe harus bisa yakinin perasaan loe kalo selama ini loe suka sama Dirga. Mey, Gilang cuma masa lalu buat loe. Dan loe gak boleh inget - inget dia lagi" ucap Siska. Mey menghela nafas. Entah kenapa semuanya terasa berat untuknya. Ia sendiri tak tau apa yang mengganjal dalam hatinya selama ini. Siska benar, Dirga sangat baik dan selalu memberinya perhatian yang tak pernah ia dapatkan dari pria mana pun. Termasuk Gilang. Ia merasa bersalah karna harus membiarkan Dirga menunggu. Sementara ia sendiri menyadari bahwa ia sudah jatuh cinta pada Dirga. 

"Gue bakalan nemuin Dirga besok" ucap Mey yakin. Siska tersenyum dengan lebar. Lalu memeluk sahabatnya itu. "Gue yakin loe bisa bahagia sama Dirga Mey" ucap Siska kemudian. Mey hanya  menatap ke atas langit biru yang bergitu cerah lewat jendela kamarnya. Kemudian ia pun tersenyum. Entah untuk apa.


Maaf ya ceritanya kependekan untuk episode ini.
Intinya Mey benar - benar menyesal telah menolak Dirga.
Ehh, bukan. hahah kok nolak sih? Maksudnya menyuruh Dirga menunggu. 


Terimakasih yang sudah membaca ceritaku sampai episode ini. 
Jangan lupa kritik dan sarannya ya!!

IN MEMORY ( Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang