Mey memutuskan untuk menemui Dirga hari ini. Sudah seminggu lebih ia menghindari Dirga. Namun hari ini ia berniat akan memberikan Dirga jawaban. Ia tau, Dirga mungkin sudah lelah menunggunya. Dan itu adalah penyesalan terbesar bagi Mey.
"Dirga!" panggil Mey ketika Dirga keluar dari kelasnya. Dirga menoleh. Dan dia senang karna Mey memanggilnya. Dirga pun segera menghampiri Mey. "Mey, kamu ngapain disini?" tanya Dirga. "Eumm.. Aku nyari kamu. Bisa ngomong sebentar?" tawar Mey. Dirga pun mengangguk.
Mereka lantas pergi ke kantin.Dirga memesan minuman begitu juga Mey. "Kamu mau ngomong apa?" tanya Dirga. Mey menggigit bibirnya. Ia bingung harus mengatakan apa pada Dirga. "Aku mau ngomong tentang jawaban yang kamu tunggu selama ini" jawab Mey. Dirga terkejut. Selama seminggu ini Mey terus mengabaikannya. Mengabaikan telpon dan juga pesan darinya. Apa hari ini ia akan mendengar penolakan dari Mey?
Minuman yang mereka pesan pun datang. Dirga segera menyeruput minumannya. Ia ingin menetralkan kegugupannya. Apa pun yang Mey katakan, ia akan berusaha menerima. Walaupun akhirnya Mey menolaknya. "Aku jawab iya" ucap Mey. Dirga membelalakan matanya. Apa tadi ia salah dengar? Mey menjawab iya?
"Kamu bi__bilang apa?" tanya Dirga meyakinkan bahwa ia tak salah dengar. "Aku bodoh Dirga, udah biarin kamu nunggu. Aku bodoh udah abaikan kamu yang selalu perhatiin aku. Aku juga bodoh karna udah bohongin perasaan aku sendiri kalo__ kalo aku juga suka sama kamu Dirga" ucap Mey. Dirga tak menyangka jika perasaannya selama ini terbalas. "Jadi__ kamu__ kamu mau jadi pacar aku?" tanya Dirga bersemangat. Mey pun mengangguk. "Yess,, yes yes yes" Dirga bersorak senang. Ia meraih tangan Mey yang tertaut di atas meja "Makasih Mey. Aku janji, aku bakal selalu jagain kamu. Aku bakal selalu ada buat kamu. Dan apa pun yang terjadi aku gak bakalan pernah tinggalin kamu" ucap Dirga tulus. Hati Mey berdesir hangat mendengar ucapan Dirga. Kata - katanya begitu tulus membuat Mey begitu terharu. Mey hanya menanggapi dengan anggukan.
Tak ada yang membuat Dirga bisa sebahagia ini. Ingin rasanya ia mengatakan pada dunia bahwa kini gadis yang ia cintai telah menerima cintanya. Mey dan Dirga berjalan sembari berpegangan tangan. Hal yang wajar di lakukan oleh sepasang kekasih. Senyuman tak pernah hilang dari wajah Dirga maupun Mey. Rasanya seperti mimpi bagi Dirga untuk memiliki Mey. "Mey, aku gak mimpi kan ini?" tanya Dirga. Mey menatap Dirga bingung. "Kalo emang mimpi, aku gak mau bangun dulu Mey. Aku mau kayak gini terus sama kamu" ucap Dirga. Mey terkekeh. Ia mencubit pinggang Dirga hingga Dirga meringis kesakitan. "Gak mimpi kan?" tanya Mey sambil terkekeh.
Dirga mengusap - usap pinggangnya yang perih akibat cubitan Mey. "Kok malah di cubit sih?" tanya Dirga. "Ya kan kamu tadi nanya, kamu mimpi atau gak? Ya aku cubit lah. Kalo sakit berarti kamu gak mimpi" jawab Mey. "Kenapa gak di cium aja?" tanya Dirga dengan nada jahil. "Iss,, maunya" protes Mey sembari memukul lengan Dirga.
Mereka berhenti tepat di depan kelas Mey. Karna Mey ada mata kuliah terakhir hati ini. Dirga masih menggenggam tangan Mey. Rasanya tak rela untuk melepas Mey walaupun hanya beberapa jam. "Ciee,, yang udah jadian." celetuk Siska ketika melihat Mey dan Dirga berpegangan tangan.
"Isss,, apa sih Sis? Sirik aja" balas Mey. Siska hanya tertawa lalu melangkah masuk ke kelasnya.
"Aku masuk dulu ya" pamit Mey pada Dirga. Dirga mengangguk" Entar sore aku kesini lagi" ucap Dirga. Mey tersenyum dan mengangguk. Mey pun melambaikan tangan lalu masuk ke kelas. Juga Dirga yang segera melangkah menuju tempat praktek mengingat hari ini ia ada jadwal praktek.****
Hujan turun dengan deras. Ini hujan pertama di bulan Maret setelah kemarau yang cukup panjang. Rintik - rintik hujan turun membasahi area kampus Tri Sakti. Begitu menyejukkan hati. Dirga segera berlari menuju kelas Mey. Pasti Mey tengah menunggunya sekarang. Gara - gara dosen praktiknya yang memberi ceramah panjang lebar, hingga membuat Dirga terlambat 10 menit menjemput Mey di kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN MEMORY ( Lengkap )
RomanceSemua orang pasti memiliki kenangan dan juga masa lalu. Entah itu sedih atau pun senang. Itu adalah hal yang sangat sulit untuk di lupakan. Seperti itulah yang Ameyra Larasati rasakan. Ia begitu sulit melupakan setiap kenangan di masa lalunya. Akank...