Satu bulan sudah Dirga tinggal di Bali. Banyak hal yang ia lakukan selama sebulan ini. Di sini juga ia mendapat banyak sekali teman yang selalu setia menghiburnya. 2 hari lagi, ia akan kembali ke Jakarta. Kerinduannya akan kota tempat kelahirannya membuat ia ingin segera pulang. Namun satu hal yang masih mengganjal di hatinya, ia belum sanggup untuk bertemu dengan Mey. Sampai hari ini, ia masih sangat merindukan gadis itu. Namun ia sadar bahwa hubungan mereka telah berakhir.
"Kamu kenapa lagi?" tanya Toni, salah satu temannya di Bali. Saat ini, Dirga dan teman - temannya sedang nongkrong di tepi pantai Sanur. "Gak apa - apa. Gue cuma gak ikhlas aja ninggalin kalian semua" ucap Dirga. Semua teman - temannya tertawa. "Kita masih berada di Indonesia, kamu bisa kapan aja dateng kesini" sahut Rian. Dirga tersenyum.
"Dan ingat, kalo kamu ke sini. Bawa cewek yang bikin kamu galau itu" ucap Susi. Dirga hanya tersenyum tipis. "Dia gak akan pernah ikut ke sini sama gue." ucap Dirga lirih.
"Lho kenapa?" tanya Rian.
"Dia udah jadi milik orang lain" jawab Dirga. Teman - temannya terdiam. Mereka bisa merasakan bagaimana penderitaan Dirga saat ini. Walaupun mereka baru mengenal Dirga selama sebulan, namun mereka sudah menganggap Dirga seperti saudara. Tania menghampiri Dirga, lantas menepuk pundak Dirga. Dirga mendongak. "Tenang, jodoh itu gak akan pernah kemana - mana Ga. Yang penting, kamu harus optimis" ucap Tania lembut. Dirga melirik ke 3 temannya yang lain. Mereka tersenyum dan mengangguk. Dirga pun akhirnya ikut tersenyum.
2 hari berlalu dengan cepat. Kini saatnya Dirga untuk pulang. Dirga tak memberitahukan siapa pun atas kepulangannya. Termasuk ayahnya. Ia ingin memberikan kejutan untuk ayahnya. Dirga di antar ke Bandara oleh ke empat temannya itu. "Jangan lupa kabarin kalo sudah sampai" ucap Rian. Dirga mengangguk. "Thanks ya semua" ucap Dirga. "Semangatt ya kawan" ucap Susi. Dirga hanya tersenyum dan mengangguk. Ia lantas masuk ke dalam Bandara. Sesekali ia memutar tubuhnya, lantas melambai kepada keempat sahabatnya itu.
Hanya butuh 1 setengah jam untuk sampai di Jakarta. Dirga segera memesan taksi, lantas melaju menuju rumahnya. Sampainya si rumah, terlihat rumah dalam keadaan sepi. Dirga pun segera mengetuk pintu. Tiba - tiba pintu terbuka. Irwan keluar dengan jas yang sangat rapi. Dia terkejut mendapati putranya tengah tersenyum di ambang pintu.
"Dirga," serunya.
"Hay pa!' sapa Dirga seraya tersenyum. Irwan lantas memeluk putranya. "Kamu kok gak bilang kalo pulang hari ini?" tanya Irwan seraya melepaskan pelukan mereka. "Kejutan" jawab Dirga riang. Irwan hanya tertawa.
"Papa mau kemana rapi begini?" tanya Dirga.
"Papa mau ke rumah Gilang. Dia mau tunangan besok" jawab Irwan.
Dirga sungguh terkejut. "Tunangan?" pekiknya.
"Iya tunangan. Kok kamu kaget gitu sih?"
"Ahh, gak apa - apa pa. Ya udah, Dirga masuk dulu ya. Dirga capek"
"Ya udah, kalo gitu papa berangkat dulu ya?"
Dirga hanya terseyum dan mengangguk. Satu lagi kenyataan yang harus ia terima. Gilang akan bertunangan. Dan ia yakin, wanita yang akan bertunangan dengan Gilang adalah Mey. Hatinya semakin hancur. Kini Dirga tak punya alasan untuk mengharapkan wanita itu lagi. Ia benar - benar telah kehilangan Mey. Dan Mey benar - benar telah melupakan dirinya.
****
Hari ini adalah hari pertunangan Gilang. Hari dimana ia harus menyaksikan pahitnya kisah cinta antara dirinya dengan Mey. Dirga sejujurnya enggan untuk datang, namun ayahnya terus memaksanya. Dan tentu saja ia juga tak mungkin menolak mengingat Gilang adalah sepupunya sendiri.
"Dirga, udah siap!" teriak Irwan di lantai bawah.
"Iya pa, ini Dirga turun" sahut Dirga dari kamarnya. Ia tengah berdiri di depan cermin. Melihat pantulan dirinya yang begitu menyedihkan. Ia menghela nafas berat lantas melangkah turun dari kamarnya.
"Ayo pa" ajak Dirga. Irwan mengangguk. Lantas mereka melangkah menuju mobil.
Sesampainya di rumah Gilang, Dirga dan ayahnya turun dari mobil. Dirga terdiam sejenak mengamati suasana rumah Gilang yang penuh dengan hiasan. Sempat terbesit dalam fikirannya, seharusnya ini menjadi pesta pertunangannya dengan Mey. Namun ia segera menjauhkan fikiran itu dari kepalanya. Irwan menepuk pundak Dirga. Dirga menoleh. "Ayo masuk!" ajak Irwan. Dirga hanya tersenyum lantas mengikuti langkah ayahnya masuk ke dalam rumah Gilang.
Di dalam rumah Gilang, ternyata telah banyak tamu yang datang. "Papa kesana dulu ya" ucap Irwan yang akhirnya di balas anggukan oleh Dirga. Dirga terdiam mematung. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Kepalanya tiba - tiba berdenyut sakit.
"Hay Ga!" sapa Siska.
"Hay" jawab Dirga singkat.
"Loe kapan balik?" tanya Siska.
"Kemarin" ucap Dirga. Siska hanya ber - oh saja.
Tak berselang lama, Gilang turun dari kamarnya diikuti oleh Mey di belakangnya. Pemandangan yang benar - benar menghancurkan hatinya. Dirga mencoba bersikap biasa - biasa saja. Ia lantas menghampiri Gilang dan Mey yang tengah asyik mengobrol dengan para tamu lainnya. Mereka tak menyadari kehadiran Dirga.
"Gilang!" panggil Dirga. Gilang dan Mey menoleh bersamaan ke asal suara.Gilang begitu senang mendapati Dirga yang ternyata datang di hari istimewanya. Sementara Mey hanya terdiam.
"Hey Ga. Wah, kapan balik loe?" tanya Gilang.
"kemarin." jawab Dirga. Sementara Mey hanya menunduk.
"Selamat ya atas pertunangan kalian. Gak nyangka, secepat ini loe tunangan" ucap Dirga seraya melirik ke arah Mey.
Gilang hanya terkekeh. "Makasih Ga. Oh ya, nanti gue kenalin loe sama calon tunangan gue"
Dirga mengerutkan kening bingung. Bukankah Gilang bertunangan dengan Mey. Lalu mengapa Gilang ingin memperkenalkan Dirga dengan calon tunangannya? Apa Gilang tengah mengejeknya?
Dirga hanya tersenyum tipis. Gilang melirik Mey yang masih terdiam. Ia paham akan situasi ini. Ia ingin membiarkan Dirga dan Mey mengobrol berdua. "Oh ya, gue nyambut tamu yang lain dulu ya" pamit Gilang. Ia menepuk pundak Mey pelan membuat Mey terperangah. Kini Mey dan Dirga tengah berdiri berhadapan. Namun dari mereka tak ada yang berbicara.
Dirga berdeham lantas mengulurkan tangannya. Mey mengerutkan keningnya bingung. "Selamat atas pertunangan kamu" ucap Dirga datar. "Tunangan?" tanya Mey heran. Dirga hanya tersenyum lalu menarik kembali tangannya yang sedari tadi terulur.
"Kamu sama Gilang cocok kok" ucap Dirga. Alis Mey tertaut. Namun ia akhirnya menyadari sesuatu. Dirga salah paham tentang pertunangan ini. Mey tersenyum. "Gilang gak tunangan sama aku" ucap Mey. Kini alis Dirga yang tertaut bingung.
Mey lantas mengarahkan pandangannya pada seseorang yang turun dari tangga. Dirga mengikuti arah pandang Mey. "Dia yang akan tunangan sama Dirga" ucap Mey. Dirga terkejut sekaligus senang. Ternyata ia salah paham. Ia fikir yang akan bertunangan dengan Gilang adalah Mey.
"Ga, ini kenalin calon tunangan gue" ucap Gilang.
"Dirga" ucap Dirga seraya mengulurkan tangannya.
"Wulan" sahut Wulan, menjabat uluran tangan Dirga.
Acara pun segera di mulai. Semuanya berjalan dengan lancar. Sesekali Dirga mencuri pandang ke arah Mey. Ia tersenyum mengingat kebodohannya, Ia fikir acara ini untuk Gilang dan Mey. Betapa konyol fikirannya. Dirga mendekat ke arah Mey. Mey terkesiap melihat Dirga yang telah berdiri di sampingnya. Dirga tersenyu. Dan Mey juga membalas dengan senyum. Sejujurnya Mey ingin sekali memeluk Dirga saat ini. Ia sangat merindukan mantan kekasihnya yang masih sangat ia cintai itu. Namun ia terus menahan dirinya. Berada di dekat Dirga seperti ini saja sudah cukup baginya.
Wah, ternyata Dirga slah paham..
Btw, makasih buat yang masih setia sama cerita ini.
Tapi sebentar lagi ceritanya bakalan selesai.
Huhu,, sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN MEMORY ( Lengkap )
RomanceSemua orang pasti memiliki kenangan dan juga masa lalu. Entah itu sedih atau pun senang. Itu adalah hal yang sangat sulit untuk di lupakan. Seperti itulah yang Ameyra Larasati rasakan. Ia begitu sulit melupakan setiap kenangan di masa lalunya. Akank...