Ragu

314 10 0
                                    

 Dirga tampak gelisah. Ia berusaha untuk tidur namun matanya urung untuk terpejam. Dirga melirik jam weker di atas nakas. Pukul 01.30, tapi mata Dirga belum juga mengantuk.  Ingatannya kembali pada obrolannya bersama Mey tadi sore. "Mey udah punya pacar Ga, apa lagi yang mau lo lakuin?" dia bertanya pada dirinya sendiri. Dirga menegakkan tubuhnya. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. 
"Dia sayang banget sama pacarnya sampe rela nunggu pacarnya balik lagi" celetuknya. Entah kenapa pikirannya penuh dengan Mey dan Mey. Bahkan ia sampai tak tidur hanya karna memikirkan Mey, gadis yang diam - diam telah menyelinap masuk ke dalam hatinya. Iya, Dirga jatuh cinta pada Mey. Entah bagaimana takdir mempertemukannya dengan Mey. Mengenal gadis itu lebih dekat hingga timbul perasaan yang tak bisa Dirga jelaskan.

Ia bahagia berada di dekat Mey. Memandang senyum gadis itu, menggenggam tangannya, semua membuat Dirga bahagia. Namun semua itu pupus ketika Dirga tau Mey memiliki seorang pria dalam hatinya, seseorang yang jauh namun Mey rela menunggu selama apa pun itu. Apa harus ia melupakan perasaannya?

Dirga tak bisa menerima semua ini. Ia tak ingin peduli kalau Mey milik pria lain. Jika saja takdir memberinya kesempatan untuk memiliki Mey, Dirga tak akan membiarkan Mey menunggu. Dirga akan selalu menemaninya setiap waktu. Oh takdir macam apa ini? Dirga mengacak - acak rambutnya frustasi. Ia kembali merebahkan tubuhnya, Dirga ingin tidur sekarang. 

****

"kkkrrriinnggggg"alarm pada jam weker membuat Dirga harus terbangun dari tidurnya. Ia mengerang malas sembari meregangkan badannya. Dirga berusaha membuka matanya yang masih sangat berat. Dia melirik jam weker tersebut lalu mematikan alarmnya. Pukul 06.00 ternyata. Dan Dirga hanya tidur 3 jam karna semalam ia baru bisa terlelap pukul 03.00.

Dirga beranjak dari tempat tidurnya. Ia berdiri di depan cermin memperhatikan patulan dirinya. Matanya terlihat sayu, mungkin karna kemarin ia tak bisa tidur. "Ayolah Ga, loe pasti bisa ngelewati semuanya. Semangat!!" seru Dirga pada pantulan dirinya di cermin. Dirga melangkah gontai menuju kamar mandi. Setelah mandi, Dirga mulai bersiap untuk pergi ke kampus. 

Dirga turun dari kamarnya. Terlihat Bi minem, pembantunya sedang menyiapkan sarapan. "Den Dirga, sarapannya sudah siap" kata Bi Minem sopan. Dirga hanya meraih sepotong roti dan meneguk susunya hingga tandas. "Makasih Bi" ucap Dirga. Lalu berlari menuju mobilnya. Dirga memang jarang sekali sarapan di rumah. Ayah Dirga jarang ada di rumah karna beliu sering pergi ke luar kota. Dan semenjak ibunya meninggal, Dirga jadi merasa kesepian di rumahnya sendiri. 

Dirga melajukan mobilnya menuju rumah Mey. Dirga ingin mengajak Mey berangkat bersama ke kampus. Dirga tau, ia tak boleh terlalu mengikuti hatinya karna Mey milik sesorang. Ah ya, Dirga sendiri bahkan belum bisa mengerti itu. Yang ia tau, ia hanya ingin berada di dekat gadis itu. Walaupun bukan sebagai kekasih, setidaknya sebagai teman bisa kan?

Kini mobilnya telah terparkir rapi di halaman rumah Mey. Dirga segera keluar dari mobil lalu melangkah menuju rumah Mey. Dirga mengetuk pintu rumah Mey. Beberapa menit kemudian pintu pun terbuka. Terlihat Irma tengah berdiri di depan pintu dengan senyum cerahnya. "Eh Dirga" seru Irma riang. "Pagi tante" sapa Dirga seraya mencium punggung tangan Irma. 
"Tumben kesini pagi - pagi" kata Irma. Dirga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia merasa salah tingkah. "Mau ajak Mey berangkat bareng tante" sahut Dirga. 

"Aduh, Mey baru aja berangkat sama Siska" kata Irma tak enak. 
"Oh gitu. Ok deh tante. Kalo gitu Dirga susul Mey aja" sahut Dirga. Ada kekecewaan dari raut wajahnya. Namun ia berusaha untuk bersikap biasa - biasa saja.
"Iya, kamu hati - hati ya Ga"
"Iya, permisi tante" pamit Dirga lalu beranjak menuju mobilnya. Ia pun melajukan mobilnya menuju kampus. Padahal ia ingin sekali berangkat bersama Mey, tapi ternyata Mey sudah berangkat bersama Siska. Mungkin memang nasib Dirga yang tak bisa bersama Mey. 

****

Mey sedang duduk di koridor kampus seraya membaca buku novel yang Dirga pinjamkan padanya. "Lagi baca apa loe?" tanya Siska bingung. Mey menunjukkan buku novel tersebut. Siska membelalakan matanya. "Demi apa loe lagi baca novel?" tanya Siska tak percaya. Mey terkekeh. "Kenapa?" Mey balik bertanya. "Sejak kapan loe suka baca fiksi kayak gini?" tanya Siska lagi. Mey mengedikan bahunya. 
"Sejak gue liat Dirga baca ini" jawab Mey sekenanya. Siska memicingkan matanya menatap Mey heran. "Serius?" tanya Siska. 
"Apa sih Sis?"
Siska kini tersenyum jahil. "Loe suka ya sama Dirga?" goda Siska. Mey menggeleng. 
"Nggak, gue gak suka sma dia" jawab Mey. 
"Ciee.. kalo suka bilang aja lagi" goda Siska lagi. Mey berdecak. "Apaan sih?" gerutunya.

Siska terkekeh melihat pipi Mey yang bersemu merah. "Ciee,, langsung merah pipi loe" goda Siska. Mey langsung menangkup kedua pipinya. "Ihh, gak ada Sis" ucap Mey. 
"Mey, loe dengerin gue" Siska mulai terlihat serius. Mey memperhatikan temannya berbicara.

"Gue yakin loe bisa lupain Gilang melalui Dirga. Ini saatnya buat loe move dari dia" ucap Siska serius. Wajah Mey seketika berubah muram. "Gue gak bisa Sis. Dan gue gak mungkin jadiin Dirga pelarian gue. Dan belum tentu juga Dirga suka sama gue" sahut Mey.

Siska menepuk jidatnya. "Loe gak peka banget ya. Udah jelas - jelas Dirga itu suka sama loe Mey. Ya ampun, hati loe udah ketutupan cinta buta si Gilang ya" omel Siska. Mey hanya diam. Ia masih mencoba mencerna ucapan Siska tadi. "Gue tau loe mulai tertarik sama Dirga. Loe bisa lupa sama Gilang pas loe lagi sama Dirga. Mey, loe lupa. Loe udah banyak nolak cowok yang deketin loe cuma karna si Gilang. Tapi loe sendiri biarin Dirga masuk ke hidup loe gitu aja. Inget" ucap Siska panjang lebar. Mey kembali terdiam. Benar kata Siska. Ia baru sadar bahwa selama ini ia membiarkan seorang pria dekat dengannya. Ia membiarkan Dirga masuk ke dalam hidupnya. Tiap kali Mey bersama Dirga, ia bahkan lupa ada Gilang di hidupnya. Apa benar ia tertarik pada Dirga? kenapa Mey menjadi sangat ragu dengan perasaannya sendiri?

"Gue harap loe bisa yakinin perasaan loe sendiri Mey" ucap Siska lalu pergi meninggalkan Mey yang masih terdiam. 

IN MEMORY ( Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang