Gelisah

234 9 0
                                    

Mey tak mampu memejamkan matanya. Ia terus saja terbayang foto Gilang bersama seorang wanita. Siapa wanita itu? Apa dia kekasih Gilang? Lalu untuk apa ia menghubungi Mey? Apa ia ingin menunjukan bahwa ini alasan kenapa ia tak pernah menghubungi Mey selama ini? Begitu banyak pertanyaan yang tak mampu terjawab oleh hatinya.

Entah kenapa pikiran Mey penuh oleh sosok pria di masa lalunya itu. Hingga larut malam dirinya belum mampu untuk tidur. Mey melirik jam weker di atas nakas tempat tidurnya. Pukul 23.10. Hampir tengah malam. Kenapa Gilang harus muncul lagi ke dalam hidupnya? Baru saja ia merasakan kebahagian bersama orang yang ia cintai. Dirga, oh tidak. Sekarang Mey melupakan Dirga. Ia meraih ponselnya. Dan benar saja, terdapat banyak pesan juga panggilan tak terjawab terpapar di layar ponselnya. 

Gilang mengacaukan semuanya. Ia bahkan sampai lupa pada sosok Dirga. "Huh, sial." serunya. Pasti Dirga begitu mencemaskannya sekarang. karna sejak tadi Mey sama sekali tak melirik ponselnya. Jadi ia tak tau jika Dirga terus menelpon serta mengiriminya banyak pesan. "Bodoh.. bodoh.. bodoh'" upatnya pada diri sendiri. Entah apa yang harus ia jelaskan pada Dirga besok? 

Mey meletakkan kembali ponselnya. Ia berusaha untuk memejamkan matanya. Dan membuang semua fikiran tentang Gilang. Lalu rasa kantuk mulai menghampirinya. Matanya terasa berat lantas Mey pun tertidur. 

****

Dirga mempercepat langkahnya menuju pintu utama rumah Mey. Sejak pulang dari kampus, Mey sama sekali tak menjawab telpon atau pun membalas pesan darinya. Sungguh membuat Dirga khawatir. Karna itu, pagi - pagi sekali mobilnya sudah terpakir rapi di halaman rumah Mey. 

Dirga segera mengetuk pintu. Tak berselang lama, pintu pun terbuka. Terlihat Irma telah berdiri di ambang pintu dengan senyum merekahnya melihat sosok Dirga. "Pagi tante" sapa Dirga sopan. "Pagi Ga. Wah pagi sekali kamu kesininya. Mey kayaknya baru bangun deh" sahut Irma. 

"Iya tante. Gak apa - apa. Dirga tunggu aja." ucap Dirga. "Ya udah. Ayo masuk!" ajak Irma. Dirga pun masuk. "Duduk dulu Ga." seru Irma seraya menujuk ke arah sofa."Makasih tante" ucap Dirga  lantas duduk di sofa ruang keluarga Mey. "Ya udah, Tante tinggal dulu ya. Mau siapin sarapan" pamit Irma. Dirga hanya mengangguk. 

Tak berselang lama, Mey turun dari kamarnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati Dirga sedang duduk sembari membaca koran di ruang keluarganya. "Dirga!" seru Mey. Dirga menoleh ke asal suara. Ia lantas berdiri dan menghampiri Mey. "Kamu kok pagi - pagi udah disini?" tanya Mey heran. "Aku sengaja kesini pagi - pagi karna aku khawatir sama kamu" jawab Dirga lirih. "Khawatir?" Mey masih belum paham. 

"Kamu gak angkat telpon aku. Kamu juga gak balas semua pesan yang aku kirim Mey" tutur Dirga. Mey baru ingat. Ia menepuk dahinya. "Maaf Ga, aku gak liat hp dari kemarin. Soalnya aku gak enak badan gitu. Jadi langsung tidur" dusta Mey. Mey terpaksa berbohong. Ia tak mungkin mengatakan yang sejujurnya kalau ia semalaman memikirkan pria lain. Pria yang pernah ada di masa lalunya. Dirga menghela nafas lega. "Ya udah gak  apa - apa." ucap Dirga. Sejujurnya Dirga belum bisa menerima alasan Mey. Entah kenapa ia merasa Mey sedang membohonginya. Namun ia mencoba untuk tetap percaya. 

"Mey, ajak Dirga sarapan sama - sama yuk!" panggil Irma dari arah ruang makan. "Ayo Ga!" Mey menarik tangan Dirga. Dirga hanya mengikuti saja. Irma mulai menyiapkan sarapan untuk Mey juga Dirga. "Om kemana tan?" tanya Dirga sembari duduk di kursi meja makan. "Om lagi ada dinas ke luar kota. Besok baru balik" jawab Irma. Dirga hanya ber - Oh saja. 

Irma lantas duduk. Begitu juga Mey duduk di sebelah Dirga. "Tante seneng deh liat kalian kayak gini. Serasi banget" celetuk Irma di sela - sela sarapan mereka. "Ma!" Mey memperingati. Namun Irma berusaha tak mengacuhkan protes putrinya. "Kenapa? Emang mama salah?" tanya Irma. Mey berdecak kesal. Namun Ia kembali fokus melahap sarapannya. Sedangkan Dirga hanya tersenyum mendengar perdebatan kecil antara ibu dan anak ini. "Lagian Dirga memang anaknya baik , sopan, ganteng lagi. Gak kayak si Gilang itu" ucap Irma lagi. Mey pun membelalakan matanya. Ia tak menyangka mamanya kembali mengungkit nama itu. "Gilang?" seru Dirga merasa penasaran. 

"Iya, Gilang. Dia itu__" 

"Ma, udah!" bentak Mey sekaligus menyela ucapan Irma. Irma langsung Diam. Mey sangat Heran, kenapa mamanya selalu saja membandingkan Dirga dengan Gilang. Jelas saja mereka gak sama. "Aku udah selesai sarapan. Ayo berangkat Ga" ucap Mey dingin. Ia berdiri lantas berjalan mendahului Dirga. Dirga ikut berdiri kemudian berpamitan pada Irma. Lalu segera menyusul langkah Mey. 

Suasana di dalam mobil berubah menjadi hening. Tak ada yang memulai percakapan, baik Dirga maupun Mey. Mey sibuk dengan fikirannya tentang Gilang. Sementara Dirga masih memikirkan tentang ucapan mama Mey tadi. Nama Gilang seperti familiar di dalam otaknya. Rasanya seperti nama...

"Dirga!" ucap Mey akhirnya. Membuat lamunan Dirga buyar.  Dirga melirik Mey sekilas. Lalu kembali fokus pada jalanan. "Maaf ya, soal yang kemarin" ucap Mey. "Kemarin?" tanya Dirga bingung. "Iya yang kemarin, aku gak kasih kamu kabar semalemam" jawab Mey. 

"Ohh, ya itu? Gak apa - apa kok. Aku ngerti." sahut Dirga. Mey jadi tambah merasa bersalah. Dirga selalu  mengerti dirinya. Sementara ia malah menyakiti Dirga dengan diam - diam memikirkan lelaki di masa lalunya itu. Dirga meraih tangan kanan Mey dengan tangan kirinya. Lalu menggenggamnya erat. Sementara tangan kanannya masih fokus memegang kemudi. Tentu saja Mey terperangah. "Aku gak akan bisa kehilangan kamu Mey." ucap Dirga lirih. Ia tak tau mengapa perasaannya begitu gelisah. Hingga kata - kata itu keluar begitu saja dari mulut Dirga.

Mey menatap Dirga sendu. Ia tak tau harus menjawab apa. Entah kenapa perasaannya pada Dirga menjadi kacau setelah ia menerima pesan dari Gilang. Mey mencoba memaksakan senyumannya. "Aku gak akan pernah ninggalin kamu" ucap Mey akhirnya. Ia mencoba untuk meyakinkan Dirga. Juga meyakinkan hatinya sendiri bahwa sekarang ia telah memiliki seseorang yang sangat mencintainya dengan tulus. Dirga tersenyum. Ia merasa tenang ketika Mey mengucapkan itu. Ia yakin bahwa Mey tak mungkin meninggalkannya. Walaupun kini nama Gilang telah berada di antara hubungan mereka. 


Aduhh, kok Mey jadi labil ya?
Kan dia sendiri yang bilang kalo cinta sama Dirga?
Menurut kalian gimana?

Jangan lupa follow akun aq ya guyss!!
Dan jangan lupa vote and coment untuk cerita ini!
Thank you!!!                                                                                                         


IN MEMORY ( Lengkap )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang