03

17.7K 1K 80
                                    

Bel pulang sekolah terdengar seantero sekolah. Para siswa masing-masing keluar dari kelas dengan ransel yang sudah tersampir di bahu mereka.

"Balik gak bang?" Tanya El.

"Kagak, gue mau latihan basket bareng Dirgham."

"Oh, gue duluan kalo gitu." El menepuk bahu sang abang. Baru dua langkah El berjalan, Al lebih dulu memanggilnya.

"Lo pulang bareng siapa? Tasha?"

"Iya."

"Oh, hati-hati." Al mengulum senyum nya, begitupun dengan El yang mengacungkan kedua ibu jari nya.

"Siap!" Setelahnya, El berlalu meninggalkan Al, Deon, Dirgham, serta Rayhan yang masih berada di dalam kelas.

"Gue mencium aroma-aroma kecemburuan disini guss." Ujar Deon tiba-tiba.

"Paan sih lo!"

"Ya elah Al. Kita kenal sama lo dan El udah lama. Kita tau kalo sebenernya lo suka sama Tasha. Iya kan?" Tanya Dirgham.

"Kalo kalian tau, gue minta tolong sama kalian buat rahasi'in semua ini. Jangan sampe El tau."

Deon menepuk bahu Al, "Iya Al kita paham posisi lo. Yang sabar ya, kan Siti masih ada." Ujar Deon dengan diiringi tawa di akhir.

"Asem!"

•••••

"Makasih ya kak Al.....Eh, kak El maksud aku." Tasha tersenyum kikuk menatap El yang masih duduk di motor besar nya. Sial. Kenapa harus keceplosan segala sih!

"Ternyata lo masih belum bisa bedain mana gue, mana abang gue ya." Ujar El seraya tersenyum.

Bukan belum bisa bedain. Emang pikiran aku lagi mikirin kak Al terus. Jadi ya begini. Batin Tasha.

"I..iya. Muka kak Al sama kak El mirip banget sih." Alibi Tasha.

Sebenarnya, sejak awal kenalan pun Tasha sudah tahu mana yang Al dan mana yang El. Tidak sulit menurut Tasha untuk membedakan wajah Al dan El.

Dari bibir. Tasha membedakan Al dan El dari bibir. Jika bibir Al terlihat tipis, maka berbeda dengan bibir El yang terlihat sedikit tebal.

"Ya udah, gih masuk." El mengacak rambut Tasha gemas.

"Iya kak. Kakak mau mampir dulu?"

"Nanti aja, gue datengin rumah lo sama bonyok gue."

"Kok sama orang tua kakak? Kenapa?"

"Ya kan gue mau lamar lo." Balas El seraya tersenyum menggoda.

Tasha tersenyum, "Kakak bisa aja. Ya udah, kalo gitu aku masuk duluan ya. Makasih, kakak hati-hati."

Sepeninggal Tasha, El hanya mampu berdecak kagum melihat kecantikan dan kepolosan gadis itu.

•••••

19.00.

El berdiri di atas balkon kamarnya sambil menikmati angin malam yang menyapu permukaan kulit nya.

Di tangan kanan nya, terlihat jelas sebuah ponsel yang menampilkan gambar seorang gadis cantik tengah berpose.

Terlihat menggemaskan!

"Tasha Tasha, gemes banget sih. Jadi pengen cium."

"Apanya yang dicium?"

"Bibir nya....Eh?" El tersadar. Ia segera menoleh kesamping, dan mendapati sang ayah yang berdiri di sana.

"Masih kecil! Gak boleh mikirin cium-cium segala!"

El seketika berdecak, "Alah. Kayak dulu daddy gak aja."

"Hah?"

"Kata mom, daddy dulu mesum kan ke mom?"

"Kalo daddy gak mesumin mom kamu, mana mungkin sekarang kamu, Al, sama Asgar ada di dunia."

"Iya juga sih. Tapi.."

"Udah ah, ngapain juga bahas-bahas masalah mom sama daddy. Kepo kamu!" Edsel menjeda, "Siapa Tasha? Pacar kamu?"

"Proses dad, doa'in aja." El tersenyum lebar.

"Proses proses, emang Tasha mau sama kamu?" Cibir Edsel seraya tersenyum.

"Ya elah. Anak nya mau berjuang, dukung kek, apa kek. Malah di jatohin."

"Baperan kamu! Udah cepet, mom sama yang lain udah nunggu di bawah. Kita makan malam."

•••••

Setelah selesai makan malam, keluarga kecil Edsel memilih berkumpul di ruang keluarga untuk sekedar mengobrol sambil menonton televisi.

Di atas sofa, Freyya tampak duduk menyenderkan punggungnya, dengan kedua paha nya yang dijadikan bantalan oleh Asgar. Sementara di sebelah kiri nya, El dengan nyaman menyenderkan kepalanya pada bahu Freyya.

Al sibuk bermain game pada ponsel nya. Dan Edsel merajuk di sofa sebelah.

"Ngapa dad? Tuh muka udah kayak sempak basah. Lecek." Kekeh Al.

"Diem lo!" Ujar Edsel galak.

"Shit! Gila, galak juga beruang."

"Gak usah ngatain daddy, dosa."

"Daddy kurang belaian tuh mom!" Tambah El.

Sementara Freyya, ia hanya mampu mengulas senyum nya. Kurang belaian apa? Setiap malam saja Edsel masih meminta jatah.

"Meong..meong.."

Suara kucing tiba-tiba saja terdengar. Al tersenyum ketika kucingnya datang menghampiri, sementara El mulai was-was.

Alih-alih Al ingin mengambil Memet, Memet malah berjalan menuju sofa yang ditempati oleh Freyya, Asgar, dan juga El.

"Meong.."

"AKH!!!" El mengangkat kaki nya tinggi-tinggi ketika merasakan bulu-bulu halus mengenai kulit kaki nya. "ANJIR! SIALAN! BEGO! MONY.."

"EL!" Edsel menatap El tajam. Sementara El tidak perduli. Ia segera memeluk Freyya.

"Mom! Jauhin kucing nya!"

Sejak tadi Asgar dan Al sudah tertawa terpingkal melihat ekspresi lucu El.

"Bang ambil kucing nya, kasian El."

Al menurut. Ia segera menggendong Memet dan mengusap-usap bulu nya dengan sayang.

"Sialan lo bang! Awas aja, kali ini gue bakalan rendem noh si Memet di bathtub!"

•••••

Spam next dung, wkwk

About The Love Of The Twins : Al dan El [Akan Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang