10

17.8K 833 123
                                    

"Hei."

El menyikut lengan seseorang yang tampak begitu serius menundukkan kepala nya membaca sebuah buku.

"Kak El." Tasha tersenyum membalas senyuman El.

"Ngapain sendirian disini?"

"Baca buku."

"Iya maksud gue kenapa sendiri? Coba lo minta gue buat nemenin, pasti gue temenin."

"Aku lagi mau sendiri aja kak." Balas Tasha sekena nya. Ia kembali menunduk, mengalihkan pandangannya pada buku novel yang tengah ia baca.

El menatap wajah Tasha dari samping dalam diam. Cantik. Terlihat damai. Rambut panjang sepunggung nya dibiarkan tergerai oleh gadis itu.

"Kak El ngap..."

Ucapan Tasha terhenti ketika melihat El tersenyum memandanginya.

"Kak?" Tasha menggerakkan tangan nya didepan wajah El.

"Kak El? Ngelamun?"

Plak!

"Auuh! Kok di tampar Sha?" El meringis memegangi pipi kanan nya yang baru saja mendapat tamparan ringan dari Tasha.

"Kak El serem senyum-senyum sendiri!"

El menyergitkan dahinya, "Gue? Senyum-senyum sendiri?"

"Iya."

"Masa sih?"

"Iya ya ampun, ngapain aku bohong."

"Lo cantiknya kebangetan sih, dunia gue sampe teralihkan."

Tasha menggelengkan kepalanya mendengar gombalan receh yang keluar dari mulut kakak kelasnya ini.

Seandainya, yang berbicara seperti ini bukan El.

"Sha? Kok malah gantian lo yang ngelamun?" El menyenggol lengan Tasha, membuat gadis itu tersadar kemudian tersenyum kaku.

"Aku gak ngelamun kok."

"Terus kenapa tiba-tiba diem? Aneh tau ga."

"Masa aku tiba-tiba joget? Makin aneh lah."

El tersenyum mendengar penuturan Tasha. Tangan kanan nya refleks terangkat dan mengacak gemas puncak kepala gadis itu.

Dibalik rak-rak buku perpustakan, seseorang melihat dan mendengar percakapan keduanya. Ia sejak tadi hanya diam. Seakan menjadi penonton tanpa bayaran.

Sesak sih, tapi harus bagaimana lagi? Anggap saja ia pecundang yang tidak berani menampilkan wujudnya untuk memberitahu bahwa ia cemburu.

*****

"DADDY KAMBEK!!"

Empat orang yang sedang menikmati makan malam itu seketika menoleh kearah pintu masuk dapur.

Freyya tersenyum melihat kedatangan suaminya, sementara si kembar dan Asgar malah geleng-geleng kepala. Dasar bapak lebay!

"Malam sayang." Edsel mencium pelipis Freyya, dan Freyya mencium punggung tangan nya.

Edsel beralih mencium kening Asgar. Namun, ketika dirinya hendak mendaratkan ciuman pula pada kening si kembar, si kembar malah menjauhkan wajahnya.

"Kenapa?" Edsel menyergitkan dahinya.

"Gak mau di cium, kita udah gede!"

"Iya, lagian geli tuh sama kumis daddy!"

Edsel dan Freyya terkekeh bersamaan. Edsel memegang bawah hidungnya. Tidak ah, kumis nya tipis kok.

"Aku buatin coklat hangat mau?" Tanya Freyya pada Edsel.

"Boleh yang." Edsel duduk di kursi kosong samping Freyya, sementara Freyya beranjak untuk membuatkan Edsel coklat hangat.

"Yang? Yang haus yang haus! Hahaha!"

Al tertawa dengan disusul pula dari tawa kedua adiknya.

"Diem kamu!"

"Daddy, sok romantis!" Tukas Asgar yang mulai meredakan tawa nya.

"Dari dulu daddy emang romantis, bahkan sampe sekarang pun masih. Tapi mommy kalian tuh, susah banget kalo daddy ajakin buat..."

"Gausah kotorin otak mereka." Celetuk Freyya yang tiba-tiba saja datang membawa segelas coklat hangat untuk Edsel.

"Buat apa dad?" Tanya El yang mulai kepo.

"Buat...AWWWH!" Edsel sontak menjerit ketika cubitan pedas pada lengan dan tatapan tajam sang istri menghunus matanya.

Al, El, dan Asgar hanya cekikikan melihat wajah sang ayah yang memelas akibat ulah bunda nya itu.

"Ayo lanjut makan malam."

*****

Freyya menutup pintu toilet kamarnya dan menemukan sosok Edsel yang tampak serius menonton acara televisi dengan ditemani berbagai cemilan disamping nya.

"Sel."

Edsel menoleh. Lantas senyuman itu terukir saat mendapati sang istri yang baru saja mengganti pakaiannya dengan piyama tidur.

"Sini sayang." Edsel menepuk-nepuk paha nya.

"Gamau."

Freyya menggeleng. Ketika dirinya hendak mendudukkan bokongnya di samping Edsel, dengan cepat Edsel menarik pinggang Freyya hingga membuat wanita itu duduk di pangkuan nya.

"Kebiasaan!" Freyya mencebikkan bibirnya sebal seraya menepuk kedua bahu Edsel.

Edsel hanya terkekeh. Ia mengecup bibir ranum sang istri dengan gemas.

"Bikin adik buat anak-anak yuk?" Goda Edsel dengan seringai nya.

"Gamau! Kamu ga tau aja ya ngurusin mereka kalo mau berangkat sekolah, kek udah ngurusin anak TK!"

"Nambah satu doang kok yang." Rayu Edsel seraya menyelipkan anak rambut dibelakang telinga Freyya.

"Nanti aja, biar Asgar SMA." Balas Freyya asal.

"Kelamaan yang ya ampun."

"Biarin!"

"Ayolah!!" Edsel kembali mengecup bibir Freyya. Namun, kali ini Freyya menolak. Ia memilih menyembunyikan wajahnya pada bahu Edsel dengan kedua tangan yang sudah melingkar di leher lelaki itu.

Edsel seketika tersenyum lebar. Sesekali Freyya memang harus di paksa. Eh, memang setiap kali juga bukan kah Edsel selalu memaksa Freyya jika soal membuat 'adik?'

"Eh! YAAMPUN SEL, TURUNIN!"

Freyya terpekik ketika Edsel tiba-tiba saja berdiri. Untung saja tangannya sejak tadi sudah melingkar di leher Edsel.

"Sttt, jangan berisik yang. Nanti anak-anak ke-ganggu."

Edsel membaringkan tubuh Freyya secara perlahan diatas tempat tidur. Freyya menatap Edsel dengan sebal.

"Pokok nya aku gamau!"

"Et, kamu mau durhaka sama aku?"

Tuh kan. Kalau Edsel sudah membawa nama 'durhaka' mana bisa Freyya menolak jika begini.

"Aku udah kunci pintu nya kok, kamu gak perlu khawatir." Edsel mengelus pipi Freyya yang sampai saat ini pun masih terasa lembut dan mulus. Sedangkan bibirnya mulai menyapu bibir Freyya dengan lembut.

Freyya hanya pasrah dibawah kukungan Edsel.

Ya sudah lah..

*****

Tuh yang kangen sama Edsel dan bininyaa😂
Sabar ya, Edsel emang gitu hehe.

Jangan lupa vote and comenttt bbyy

About The Love Of The Twins : Al dan El [Akan Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang