02

21.6K 1K 64
                                    

Al dan El melambaikan tangan nya seraya tersenyum genit menanggapi beberapa siswi yang menyapa mereka.

Tak heran jika kedua cucu dari pemilik sekolah itu di idam-idamkan oleh kaum hawa. Bukan hanya karena mereka tampan, melainkan karena mereka pula memiliki otak diatas rata-rata.

Jika Al lebih menyukai basket, berbeda hal nya dengan El yang sangat menyukai musik. Maka tak heran jika mereka berdua menjabat sebagai kapten basket dan ketua ekskul seni musik.

"Hai kak Al."

Lambaian tangan mereka terhenti. Mereka berdua sama-sama menoleh ke sumber suara. Dan seketika saja El tersenyum manis ketika mendapati seorang gadis cantik yang berdiri dengan anggunnya. Buru-buru El langsung membenarkan letak rambut serta baju seragam nya yang sengaja ia keluarkan.

"Hai Sha." Balas El.

Tasha Alodie, gadis cantik bersurai panjang yang kini menginjak kelas sebelas. Tasha menjabat sebagai ketua PMR. Wajah cantik dengan lesung pipi di kedua pipinya menjadi ciri khas seorang Tasha.

"I..iya kak." Tasha menatap Al dengan tatapan sendu. Yang di sapa siapa, yang jawab siapa. Heuh.

"Gue ke kelas duluan El, Sha."

"Yoi bang."

"Iya kak."

"Yaudah yuk, gue anterin lo ke kelas." Ujar El, kemudian menggenggam tangan Tasha dan membawa nya pergi.

Dibalik dinding pembatas, tanpa mereka sadari ada seorang cowok menatap kepergian mereka dengan tatapan sendu.

"Sakit, tapi gak berdarah."

•••••

Kedatangan Al di kelas disambut oleh suara teman-teman nya yang saling bersahutan. Pagi-pagi begini, kelas sudah ramai bak pasar tradisional.

Al segera berjalan menuju meja nya, menyimpan ransel. Kemudian berjalan menghampiri ketiga sahabat nya yang duduk di meja belakang.

"Al."

Al, Deon, Dirgham, dan Rayhan ber-higfive. Mereka saling melempar senyum.

"El mana? Kok gak bareng lo?" Tanya Dirgham.

"Biasa."

Mereka yang mengerti apa maksud Al, hanya mampu mengangguk. Kemana lagi El, jika bukan ngapel?

"Stt, stt, Siti hampirin kita!" Bisik Deon, ketika matanya menangkap sosok gadis berbadan gempal berjalan menghampiri mereka dengan tangan membawa kotak bekal berwarna pink.

"Selamat pagi Al sayang!!!"

"Eh!" Tubuh Al terhuyung menyamping ketika Siti bergelayut manja di bahu kirinya.

"Sit, berat banget elah!" Al segera menjauh diri dari Siti. Dan Siti segera mengejar, kemudian kembali bergelayut di bahu Al.

Al menghela nafas. Perasaan semalam ia mimpi indah, namun mengapa pagi-pagi ia di gelayuti oleh gajah montok seperti ini?

"Siti tadi pagi buatin nasi goreng kesukaan Al!"

Sejak kapan gue suka nasi goreng lo. Asin! Kagak ada enak-enak nya.

"Al, kok diem aja!!!"

"Lo berat Sit, beneran."

"Jadi maksud Al Siti gendut?!"

"Ya ampun Siti, Siti. Lo gak punya kaca ya di rumah?"

"Al jahat! Nanti Siti kasih tau bapak kalo Al ngatain Siti gendut!"

Glek. Al menelan saliva nya takut. Tidak. Jangan sampai ia bertemu lagi dengan ayah Siti. Bisa-bisa ia di bogem lagi.

"Eh? Jang..jangan dong. Siti gak gendut kok, cuma gemuk aja. Ya gak bro?"

"IH TUH KAN! AL JAHAT!" Siti menghentak-hentakkan kakinya di ubin. Kedua mata nya mulai berkaca-kaca.

Al mengacak rambut nya frustasi. Salah lagi.

Sementara ketiga sahabat nya hanya mampu tertawa melihat adegan Al dan Siti.

"Boong Sit, beneran boong. Siti kan cantik, masa nangis? Jangan nangis ya?"

Mendengar itu, sontak Siti langsung menghapus airmata nya yang hampir keluar. Ia tersenyum lebar menatap Al.

"Beneran Siti cantik?"

"Iya."

Senyuman Siti semakin mengembang.

"Tapi boong."

Deg.
Siti melebarkan matanya. Kotak bekal yang ia pegang siap melayang di kepala Al.

"ALDITHHHHHHHH!!!!"

•••••

Al dkk baru saja keluar dari musholla setelah melaksanakan sholat Dzuhur. Jangan salah. Walaupun ibarat kata mereka itu tergolong siswa-siswa yang jahil, namun mereka tidak pernah lupa dengan kewajiban nya.

"AL!!!"

Al dkk memberhentikan langkah, dan bersamaan memutar tubuh kebelakang.

"Ya Allah, Siti lagi!" Decak Al, membuat El, Deon, Rayhan, dan Dirgham tertawa.

"Hayu ah kita tinggalin, capek gue sama Siti." Ujar Al.

"Lo gak kasihan Al?" Goda Deon.

"Diem lo ah, buruan. Nanti keburu Siti meluk-meluk gue lagi."

Akhirnya mereka pun mengiyakan ucapan Al. Mereka segera memutar tubuh dan berlari meninggalkan Siti yang masih tampak kesusahan berlari.

"ALDITH! TUNGGUIN SITI!"

Al dkk mempercepat lari nya.

Rofftoop.
Tempat itu yang menjadi tujuan mereka.

Sesampai di rofftoop, Al dkk segera memasuki salah satu ruangan yang tersedia disana. Mereka menghempaskan tubuh mereka di sebuah sofa hitam sambil mengatur nafas.

"Huh, gila tuh Siti. Demen banget kayak nya ke lo bang." Ujar El seraya tersenyum.

"Amit-amit."

"Jangan begitu, siapa tau lo sama Siti jodoh." Ujar El, lagi.

"Sialan, durhaka lo sama gue!"

"Ya gak papa kali Al. Kan enak tuh pas malam pertama. Empuk-empuk gimana gitu." Tambah Rayhan.

"Dih ogah! Tipe calon bini gue itu seksi, bukan modelan kayak si Siti."

"Siti juga kan seksi." Ujar Deon.

"Ah bacot! Ngapa kita malah bahas si Siti."

•••••

Ig : @elsaam__

About The Love Of The Twins : Al dan El [Akan Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang