Labirin

6 1 0
                                    

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"-Angel dengan nada bimbang
"Yah, satu-satunya adalah memasuki pintu ini."-Rowen
"Jam berapa sekarang?"-Angel
"05.10 p.m."-Rowen melihat jam tangannya.
"Baiklah,"-Angel, "kita harus pulang sebelum matahari terbit."

Angel dan Rowen berjalan memasuki pintu itu. Gelap. Tiba-tiba cahaya obor menyala seperti sebelumnya. Semakin lama semakin banyak cahaya obor yang menyala. Mereka sudah sampai diujung. Jalannya bercabang kanan dan kiri, terdapat papan kayu tua di depan mereka.

Rules
1. Dilarang menggunakan mantra untuk mencari jawaban
2. Dilarang merusak sesuatu

Clues
1. Kanan-kiri-kiri-kanan-kanan-kiri-kanan
2.Petunjuk yang diberikan berlawanan
3. Sesuatu yang berujung belum tentu itulah ujungnya

"Clue yang diberikan berlawanan?"-Rowen menyipitkan matanya, "apa maksudnya?"
"Kanan-kiri-kiri-kanan-kanan-kiri-kanan, berlawanan..., itu berarti kiri-kanan-kanan-kiri-kiri-kanan-kiri?"-Angel
"Oh iya benar sekali,"-Rowen mencubit pipi Angel, "tetapi apa kau tau? Clue yang diberikan ini tidak terlalu membantu kita dalam memecahkan pertanyaan yang akan diberikan nanti,"
"Memang,"-Angel "tolong ingatkan aku clue tentang arah ini"
"Tentu"

Mereka akhirnya berbelok ke kiri. Berjalan terus dan belok ke kanan. Mereka menemukan perempatan dan berbelok ke kanan. Mereka menemukan jalan buntu.
"Apa?"-Angel terkejut, "apa kita salah arah?"
"Tidak, sesuatu yang berujung belum tentu itulah ujungnya"-Rowen mengingatkan
"Tapi kita dilarang merusak sesuatu!"-Angel frustasi, "apa arah selanjutnya?"
"Kiri,"-Rowen "tapi aku ragu kalau ini adalah jalan buntu"
Rowen mengambil pedang dari sabuk kiri nya dan menggesek-gesekkannya di dinding itu.
"Empuk"-Rowen menggumam.
"Apa?"-Angel tidak mendengar Rowen.
"Dinding ini rasanya empuk,"-Rowen memasukkan pedangnya dan menyentuh dinding itu. Angel juga menyentuh dinding itu. Empuk seperti bantal kapuk raksasa. Rowen meninju dinding itu dan tetap saja tidak terbuka.
"Bagaimana ini?"-Rowen khawatir.
"Tunggu dulu!"-Angel mengamati dinding itu, "ada yang berbeda dari dinding ini."
"Apa?"-Rowen
"Pola nya,"-Angel menggeser satu bata dengan mudah. Dinding itu menggeser terbuka. Obor-obor kembali menyala.
"Ayo kita berjalan lagi,"-Angel menggenggam tangan Rowen. Rowen masih tidak menyangka betapa cerdas adiknya ini.

Mereka berjalan lagi dan menemukan pertigaan.
"Kemana sekarang?"-Angel
"Kiri"
Mereka berbelok ke kiri dan terus berjalan.
"Tunggu,"-Rowen terengah-engah, "aku lapar."
"Ah serius? Kenapa harus sekarang,"-Angel cemberut. Ia melepaskan genggaman tangannya. Rowen menurunkan ranselnya dan membuka wadah makanannya.
"Kamu mau?"-Rowen memakan satu potongan kecil ikan.
"Tidak, terima kasih."-Angel menyilangkan tangannya.
"Ah, ayolaah,"-Rowen menyodorkan ikannya.
"Hmm,"-Angel menyerah, "kau selalu hafal aku ini suka ikan."
Angel mengambil dua potongan ikan dan melahapnya. Mereka makan bersama sampai kenyang dan minum minuman mereka.
"Sudah, sisakan untuk nanti."-Angel
"Baiklah,"-Rowen menutup tempat makannya dan memasukkannya ke dalam ransel.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka sampai akhirnya mereka sampai. Mereka melihat di ujung mereka ada seorang wanita bercadar yang sedang duduk bersila dan memejamkan matanya. Seperti bertapa. Dibelakang wanita bercadar itu ada banyak sekali batu batuan besar. Wanita itu membuka matanya.
Matanya flip-flop-Angel
Apa?-Rowen
Flip-flop, warnanya matanya berbeda satu dengan yang lain-Angel
Memang benar. Mata kanan wanita itu berwarna biru dan mata kirinya berwarna hijau. Wanita itu berdiri tegak menghadap Angel dan Rowen.
"Satu hal pertama yang kuucapkan adalah selamat,"-Wanita bercadar, "kalian sudah bisa sampai sejauh ini."
"Te-terima kasih"-Angel berusaha tersenyum.
"Sama-sama,"-Wanita bercadar, "sekarang kalian harus menjawab pertanyaan sebelum kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan."
Wanita itu duduk bersila lagi.
"Aku tidak bisa dilihat, aku tidak memiliki bentuk dan rupa. Aku hanya bisa dirasakan oleh orang-orang tertentu. Aku datang saat orang tertentu menyerah dengan keadaan. Aku terdiri dari tujuh huruf. Siapakah aku?"-Wanita bercadar
Rowen memegang kepala dengan kedua tangannya, "berikan kami waktu untuk berdiskusi,"
"Baiklah,"-Wanita bercadar.

"Terdiri dari tujuh huruf, aku yakin itu sesuatu yang tidak terlalu kompleks,"-Angel.
"Aku tidak bisa dilihat, aku tidak memiliki bentuk dan rupa, berarti itu bukan manusia, hewan, tumbuhan, bahkan benda sekalipun. Mungkin itu adalah perasaan?"-Rowen memejamkan matanya.
"Aku datang saat orang tertentu menyerah dengan keadaan, tidak mungkin itu sedih dan marah, bukan? Itu terlalu umum."-Angel

Hmm datang saat orang tertentu menyerah dengan keadaan, tujuh huruf, tidak memiliki bentuk dan rupa, harapan?-Angel terbelalak.
Mungkin kau benar! Coba beritahu wanita bercadar itu-Rowen
Tapi aku tidak yakin, bagaimana kalau aku salah dan kita mengulang dari awal?-Angel berkeringat
Percayalah padaku-Rowen.
Angel menghembuskan napasnya.

"Harapan?"-Angel bertanya kepada wanita bercadar itu.
"Selamat! Kau benar!"-Wanita bercadar.
Tiba-tiba wanita bercadar itu menghilang entah kemana dan batu batu besar di belakang wanita bercadar itu runtuh.

Terlihat sebuah ruangan yang sangat luas. Banyak pilar-pilar putih tinggi di setiap sudutnya. Ditengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah pecahan artefak yang terletak di satu pilar yang tidak terlalu tinggi. Cahaya yang dapat ditemukan hanyalah cahaya yang terpancar dari pecahan artefak itu.
Angel menggenggam tangan Rowen dan berjalan menuju pecahan artefak itu. Langkah kaki mereka bergema di ruangan itu. Semakin lama mereka semakin dekat. Angel meraih artefak itu dan menggenggamnya.
Dapat!-Angel
Tiba-tiba gelap gulita.

𝓔𝓷𝓲𝓰𝓶𝓪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang