Dua puluh satu

352 41 7
                                    

Jingoung mengerjapkan matanya setelah ia hanya bisa tidur selama dua jam, dia diam sejenak karna kepalanya terasa berat dan sakit mungkin efek satu harian terlalu banyak fikiran dan menangis satu malaman.

Jinyoung melihat Jackson masih tidur di lantai, miris ngeliat sahabatnya ini ikutan susah karna udah ngebantuin Jinyoung semalam mendengar keluh kesahnya.

Ponsel Jackson berbunyi tanda ada panggilan masuk, Jinyoung gak ada niat untuk menjawab karna sangat gak sopan mengangkat telfon milik orang lain.

Tapi karna nomor itu terus menghubungi Jackson, Jinyoung jadi berinisiatif untuk mengangkat karna mungkin panggilan ini penting.

Jinyoung mengangkat panggilan tersebut, sebelum Jinyoung mengatakan sesuatu seseorang diseberang sana sudah lebih dulu menjelaskan sesuatu yang bikin Jinyoung diam tak berkutik.

Jinyoung mematikan panggilan sepihak, dia mulai geram dan menatap Jackson penuh dengan emosi.

"Bangsat!" Ucap Jinyoung sambil menarik kerah baju Jackson dan menonjok pipi kanannya.

Jackson yang mendapat serangan tiba-tiba hanya bisa pasrah mendapat beberapa kali pukulan dari sahabatnya itu.

"Woy sadar! Lo kenapa? Kenapa lo pukulin gue?" Ucap Jackson sambil memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah segar.

"Lo masih nanya kenapa Jack? Lo yang kenapa?! Kenapa lo tega buat ngehancurin hubungan gue sama Suzy?!" Balas Jinyoung sambil menangis, ia gak nyangka ternyata dalang dari semua masalah ini adalah Jackson, sahabat yang udah Jinyoung anggap sebagai kakak.

"Oh jadi lo udah tau? Bagus deh, gue gak perlu pura-pura baik di depan lo lagi."

Jinyoung yang mendengar pernyataan dari sahabatnya, ah ralat saat ini Jinyoung sama sekali gak nganggep seseorang yang di depannya ini adalah sahabatnya. Saat ini Jinyoung menganggap Jackson sebagai iblis.

Jinyoung langsung pergi dari rumah Jackson, menuju ke kediamannya untuk menemui istri dan anaknya untuk meminta maaf soal masalah semalam.

Jinyoung menancapkan gas tertinggi untuk segera sampai kerumahnya, setelah sampai Jinyoung langsung berlari untuk masuk ke rumah mencari istrinya.

Jinyoung sudah melihat beberapa koper besar milik Suzy dan Hyunjin yang berada tepat dekat tangga, Jinyoung langsung berlari menaiki anak tangga untuk sampai ke kamarnya.

"Ma?"

Suzy tersentak, ia langsung menoleh ke arah pintu tepat dimana Jinyoung berdiri.

Jinyoung langsung menghampiri Suzy yang sedang duduk dilantai, Jinyoung memeluknya dengan sangat erat dengan sesekali meminta maaf atas kesalahan yang ia buat semalam

"Maafin aku ma, maafin aku." Ucap Jinyoung dengan tangisan yang terisak.

Suzy pun makin menangis melihat suaminya seperti ini, ia menakup kedua pipi Jinyoung membersihkan air mata yang membasahi pipinya.

"Gak papa pa, justru aku yang minta maaf udah ngecewain kamu."

Jinyoung menggeleng, dengan air mata yang terus mengalir ia mencium kening Suzy. Menyalurkan seluruh rasa cinta yang dimiliki.

"Maafin aku yang gak bisa ngontrol emosi, maafin aku ma." Ucap Jinyoung sambil berlutut.

"Ma, pa?"

Jinyoung dan Suzy menoleh ke arah Hyunjin, meminta anaknya itu untuk menghampiri mereka. Jinyoung pun tidak henti-hentinya untuk meminta maaf kepada Hyunjin dan Suzy.

Ini jadi pelajaran bagi Jinyoung, untuk mendengar penjelasan dari pihak lain dan tidak gegabah saat mengambil keputusan. Sedangkan Suzy pun menjadikan ini pelajaran untuk lebih jujur kepada Jinyoung agar gak jadi kesalah pahaman yang bikin nasib keluarganya berada di ujung tanduk.

🐥 E N D 🐥
24 oktober - 13 november

Keluarga Park | Jinyoung x Suzy - End✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang