Part 5

10.6K 259 9
                                    

"Kalian, ada apa?"
Pertanyaan itu spontan keluar dari mulut Dani.
Tapi Nadia dan Rinda malah mengernyit bingung melihat gelagat Dani yang grogi.
.
.
.
"Mas, kok bingung gitu?"
Pertanyaan Rinda membuat Dani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kok kamu kesini?"

Sedangkan Nadia berdiri tak jauh dari mereka. Astaga! Ngapain coba?

"Aku nganterin flashdisk kamu. Katanya penting."

"Kan aku ngga nyuruh kamu yang nganter. Aku bilangnya nanti di ambil karyawanku."

"Yaudah sih mas, lagian sekalian aku mau jemput Nesya sekolah."

"Ohh.." lalu manggut-manggut.

Nadia merasa ruangan Dani mendadak panas padahal ber-AC. Ia pun memutuskan keluar saja tapi baru saja melangkahkan kaki, Dani memanggilnya.

"Ya pak?"

"Kemari."

Deg! Kira-kira ada apa ya?
Nadia mencoba menerka-nerka.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya Nadia seramah mungkin. Sedangkan Rinda mengamati Nadia cukup intens membuat Nadia risih.

"Ini, tolong buatkan laporan kernas Surabaya. Di situ udah ada datanya kamu tinggal ngerekap." Ucap Dani sambil menyodorkan flashdisk.

Astaga.. mentang-mentang ada istrinya, Dani mendadak jahad. Memberikan pekerjaan rumit ini pada Nadia. Coba kalau tidak ada istrinya, pasti Satria yang di panggil. Yah.. Nadia berharap Dani hanya akting saja di depan istrinya.

"Siap pak." Jawab Nadia lalu membalikkan badan hendak keluar.
"Nadia,"
Nadia berbalik lagi,
"Ya pak?"
"Hari ini harus selesai!" Tegas Dani.

What the hell!
Nadia melongo.
"Haruskah pak?"

"Apa kamu kurang jelas dengan perintah saya?!" Nadanya Dani naik satu oktaf.

"E-eh baik, pak." Jawab Nadia kikuk. Ia mengumpat kesal pada Dani lalu berbalik lagi.

"Nadia!"
Baru satu langkah, Dani sudah memanggil lagi dengan nada keras.

Nadia menghela napas gusar sebelum berbalik. Lalu i berbalik,
"Iya bapak?"
Jawaban itu sangat lembut ia mencoba bersabar dengan sekuat jiwa dan raganya padahal sebenarnya ia gregetan sekali pada Dani.

"Yasudah, kerjakan dengan baik." Ketus Dani dengan wajah sangarnya.

Fyuh!!!
Ingin rasanya Nadia teriak.

"Siap laksanakan!" Tegas Nadia sambil memperagakan tangan hormat  membuat Rinda terkekeh karena lucu.
Sedangkan Nadia hanya cengengesan lalu buru-buru keluar sebelum Dani memanggilnya lagi dan lagi. Saat sudah di luar ruangan ia menghela napas lega. Akhirnya.. sakit matanya sembuh. Sakit mata karena melihat pasutri itu.

Di dalam ruangan, Rinda menceramahi Dani habis-habisan karena sudah galak dengan Nadia.

"Kenapa kamu belain Nadia?" Tanya Dani yang merasa bingung.

"Nadia itu baik mas, dia ramah. Masa karyawan seperti dia kamu bentakin mulu."

"Biarin aja. Biar ngga lembek seperti yang sudah-sudah."
Rinda tau, tidak ada sekretaris yang betah karena Dani terlalu tegas dan sangar.

"Tapi ngga seperti itu juga dong, mas. Kasihan. Dia kerjanya udah capek masih kamu bentak-bentak."

Dani menahan senyumnya. Padahal ini hanya akting tapi istrinya menanggapi dengan serius. Kasihan memang, tapi mau bagaimana pun juga Dani tak ingin image setianya luntur di depan istrinya. Bahkan sekarang Rinda sedang memuji orang yang salah.

PRIA BERISTRI (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang