Part 17

5.1K 181 11
                                    

"... aku ada di hidupmu tapi tidak ada di hatimu ..."
.
.
.
Setiap orang, pasti punya masa lalu. Kelam atau tidaknya, tetap akan jadi guru perjalanan hidupnya.
Tiba saatnya kini, Nadia mencari penghujung cintanya. Bukan lagi pria beristri, tapi pria single yang berani menerima Nadia apa adanya tanpa syarat. Nadia tahu, mencintai suami orang bukanlah hal yang benar. Apalagi sampai merusak rumah tangga orang lain. Kesalahannya akan jadi pelajaran dalam bahtera rumah tangganya.

Nadia duduk di hadapan cermin, menatap lekat indah wajah yang disulap bak bidadari surga. Hijab anggun dengan setelan kebaya modern ditambah mahkota yang terpampang jelas di kepala Nadia. Menambah aura kecantikan Nadia semakin terpancar.

"Maa syaa Allah... Sahabatku ini cantik banget," ucap Vio yang baru saja masuk ke kamar pengantin.

Nadia tersenyum melihat Vio datang.
"Semoga ini jadi jalan terbaik untukku, Vi."

"Iya, Nad. Semoga jadi keluarga sakinah mawadah warahmah ya."

"Makasih ya, Vi. Mungkin kalau lo nggak maksa Satria untuk nikahin gue, gue makin terjebak dalam hati yang salah."

Vio memeluk Nadia.
"Gue cuma nggak mau lo ngerusak rumah tangga orang, Nad. Beruntung, Satria mau nikahin lo."

Nadia mengangguk.
"Meski sekarang gue nggak cinta sama dia, tapi gue yakin, suatu saat pasti kami saling mencintai."

"Yaudah, yuk turun. Pengantin pria udah datang," ajak Vio pada Nadia.

Semakin berdebar kencang jantung Nadia. Hari ini adalah hari paling bersejarah, dimana ada seorang pria mengucapkan janji suci sehidup semati. Janji yang ia harapkan tak melukai hati. Janji yang selalu ia nantikan dalam sejarah perjalanan hidup ini.

Nadia berjalan anggun keluar kamar. Semua mata tertuju padanya, bahkan banyak yang kagum dengan perubahan Nadia hari ini.
Nadia duduk di sebelah Satria, enggan menatap karena malu. Hingga ia hanya bisa gigit bibir dalam diamnya. Entah kenapa, ia jadi gerogi saat bersanding dengan Satria.

"Sudah siap, mas?" tanya penghulu pada Satria.

Satria nampak gagah dengan balutan jas berwarna hitam dan peci yang bertanggar di kepalanya.
"Siap, pak," jawab Satria secara tegas.

"Baiklah, kita mulai saja akadnya sekarang."

Hanya butuh sekali belajar, Satria langsung mengerti. Dan kini ia berhadapan langsung dengan mertuanya.

"Saya nikahkan, anak saya Nadia Ervina dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar sepuluh juta dibayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Nadia Ervina binti Abdul Aziz dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"

"Sah mboten bapak ibu?" tanya penghulu.

"Sah!" sahut orang-orang yang ada di dalam ruangan ijab kabul.

"Alhamdulillah,"
ucap pak penghulu itu.

Usai berdoa, Nadia mencium punggung tangan pria yang kini menyandang status sebagai suaminya. Satria Alatas, pria baik yang mencintai Nadia apa adanya.

***

"Sayang, boleh aku nanya? Nggak ada maksud apa-apa cuma ingin tau aja."

Satria duduk di samping Nadia yang sedang berganti pakaian. Merasa sudah sah, Nadia tidak malu tanpa busana di depan suaminya. Apalagi, malam pertama Satria tidak bisa menahan diri.

"Nanya aja," jawab Nadia yang masih sibuk memilah baju yang akan ia bawa ke gedung untuk acara resepsi hari ini di gedung yang ada di Bandar Lampung.

PRIA BERISTRI (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang