Part 8

7.6K 212 8
                                    

"Aku ngga takut sama pelakor. Aku percaya dengan suamiku."
.
.
.
NADIA POV

Hari silih berganti, musim kemarau tak jua berganti. Panas dunia ini melebihi panasnya hatiku!
Ingin ku teriak sekencang-kencangnya meratapi nasib yang kini menimpaku. Aku tak juga mengerti, apakah ini cobaan apakah ini memang takdir.

Ku lihat Dani sedang menyeduh kopinya bersamaan dengan rokoknya yang baru ia hisap.
Pria itu kemudian tersenyum padaku yang baru saja masuk kamar. Kamar hotel 101 ialah kamar kami berdua yang kami pesan seminggu hari yang lalu. Kami pergi dinas ke luar kota, bekerja sekaligus bermanja-manja.

Aku sadar, aku tau aku salah. Aku memang hina, aku memang bodoh mencintai orang yang salah. Selepas malam itu aku mempertahankan kesucianku, ternyata benteng kokoh pertahananku hancur lebur oleh Dani yang meniduriku malam itu. Aku bukan lagi gadis suci. Entahlah.. masa depanku seolah kabur begitu saja. Aku merasa diriku rapuh. Aku merasa diriku sangat hina. Sudah aku menyakiti istrinya diam-diam, di tambah lagi aku tidur bersama suaminya. Dosaku mungkin takkan terhitung. Tapi aku yakin, Allah masih mau membukakan pintu taubatnya untukku. Lalu kapan aku akan bertaubat?
Mungkin jika menunggu hidayah, hidayah takkan datang. Tapi aku yakin, suatu saat aku benar-benar bisa menjemput hidayah. Ya, perlahan. Karena tak selamanya aku hidup sebagai wanita hina.

"Kamu darimana?"
Tanya Dani lalu menyeruput kopinya.

Aku duduk di tepi ranjang berjarak cukup jauh darinya.
"Jalan-jalan aja, hirup udara pagi."

Takkan pernah ada yang mengerti perasaanku, kecuali mereka yang sama pernah jadi aku. Mencintai suami orang.

"Gimana liburannya? Seneng ngga?

Aku tersenyum ke arahnya,
"Seneng kak. Cuma.."
Aku menggantungkan ucapanku disaat aku ingat akan kesalahan terbesarku.

"Cuma apa?"

Lalu aku menghela napas berat.
"Cuma, kenapa kita harus melakukan hal itu. Bagaimana nasibku nanti kak, kamu sendiri takkan mungkin meninggalkan istri mu. Lalu bagaimana aku, yang sudah kamu tiduri?" Pertanyaanku sangat menohok Dani membuat pria itu menyeruput habis kopinya. Lalu mematikan rokoknya.
Dani berjalan ke arahku dia duduk di samping ku.

"Maafkan aku, aku khilaf."

What?!
Bahkan aku sudah mengingatkan dia. Tapi pria itu yang merayu. Dengan alasan suka sama suka kenapa tidak? Sungguh tragis bagiku. Kehormatanku ku berikan semudah aku menerima uangnya. Aku benar-benar khilaf.

"Kenapa diam aja?" Tanya nya lagi.

"Apa kamu tidak merasa bersalah?"

"Aku kan sudah minta maaf, lagian kamu juga suka kan."

Aku mendengus sebal semudah itu dia bilang padaku. Aku seperti tidak ada harga dirinya lagi.

"Lebih baik kita pulang sekarang saja. Aku tidak mau hal itu terjadi dua kali."
Jawabku lalu aku beranjak dari dudukku kemudian mengemasi barang-barangku.

***

AUTHOR POV.

"Hai, Nad. Gimana dinas di Batamnya?"
Pertanyaan itu membuat Nadia menghela napas.

"Baik. Tidak ada kendala." Jawabnya setenang mungkin. Nadia menggigit bibir menahan rasa yang teramat sakit di dada. Air matanya hampir terjun membayangkan betapa menyedihkannya dirinya malam itu.

"Oiya, mana datanya? Biar gue buatin laporan. Gue tau lo capek."

"File nya di flashdisk pak Dani."

"Ambilin ya, nanti gue yang bikin laporan."

Nadia tersenyum pada Satria. Ternyata Satria sangat peduli padanya. Entah kenapa ia baru sadar sekarang. Perlakuan Satria yang istimewa seolah tertutupi oleh rasa cinta Nadia yang besar pada Dani. Nadia terlanjur jatuh hati sejatuh-jatuhnya. Kalau tidak, ia tidak akan mungkin membiarkan Dani merenggut kesuciannya.

PRIA BERISTRI (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang