1

111 11 7
                                    

Seoul, Gangnam, Nonhyeon district 13 November 2000

Telah ditemukan satu keluarga yang berisi ayah,ibu,dan kedua anaknya beserta lima asisten rumah tangga dalam keadaan mati mengenaskan. Penyebab kematian masih belum diketahui dan masih dibawah penyelidikan polisi.

Namjoon membaca kembali berita kriminal 19 tahun yang lalu melalui iPad miliknya. Sesekali ia memijat pangkal hidungnya karena tak mengerti kenapa kasus 19 tahun ini diungkap lagi ke publik. Dengan alasan dari pihak keluarga yang meminta. Bahkan Namjoon saja tak pernah bertatap muka dengan orang yang mengaku keluarga dari korban yang meminta kasus ini diungkap kembali.

Perkenalkan namanya Kim Namjoon, detektif ternama Korea Selatan yang sudah menangani banyak kasus.
Kalian pernah mendengar Conan Edogawa atau Kindaichi? Karakter anime Jepang dengan peran detektif SMA muda yang sudah memecahkan banyak sekali kasus pembunuhan dari yang termudah hingga yang paling sulit?
Kalian bisa sebut Namjoon seperti mereka. Perbedaanya hanya di umur, Namjoon bisa dibilang sudah memasuki umur yang sangat matang. Memiliki otak cemerlang turunan sang ayah, seorang ahli hukum terkenal yang berkuliah di luar negeri. Belum lagi ibunya juga memiliki otak yang diatas standard. Jangan heran jika seorang Kim Namjoon menuruni gen ayah dan ibunya itu.

"Bagaimana Joon? Sudah menemukan titik terang?" Ucap salah satu rekannya atau bisa dibilang atasan Namjoon karena ia memiliki pangkat satu tingkat diatas Namjoon.

"Tentu belum. Ini 19 tahun yang lalu. Kau gila? Siapa yang menerima kasus ini dibuka kembali?" Ujar Namjoon sedikit kesal.

"Kau tau keluarganya sendiri yang meminta ini. Kita hanya bisa mengikutinya dan menuntaskan kasus ini"

"Kau pernah bertemu dengan keluarga yang meminta itu? Apa ia menyebutkan alasan yang kuat?"

"Tidak, Pak Kepala hanya menginstruksikan ini kepada kita berdua. Lebih tepatnya kau sih"

Namjoon masih menatap dan membaca berulang kali berita itu. Bagaimana bisa polisi 19 tahun lalu tak menemukan pelakunya.

~

Nana kembali terbangun dari mimpi buruknya dengan kondisi keringat dingin yang sukses membahasi seluruh tubuh serta baju yang ia kenakan. Nafasnya tersenggal-senggal bak orang selesai marathon.
Ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyadarkan dirinya dari mimpinya itu.

Lagi-lagi mimpi itu, dan dengan sosok yang sama yang selalu hadir. Ia sudah mengalami ini dari umur 10 tahun. Dan entah kenapa rasanya masih sama. Perasaan takut itu terus menghantuinya jika mimpi itu datang lagi. Pasalnya ia selalu didatangi anak kecil dengan wajah yang tak bisa Nana ingat karena terlalu buram. Anak kecil dengan nama panggilan "Molly" yang selalu hadir di mimpinya.

Paginya Nana sudah bersiap-siap ke agensi karena ada tanda tangan kontrak dengan perusahaan merk parfum Jepang.
Sebelumnya perkenalkan namanya Im Nana, model ternama keturunan Korea Jepang ini sekarang sedang merintis karirnya di Korea. Memiliki paras yang cantik rupawan dan tubuh bak model runaway membuat siapa saja perusahaan ingin menjadikannya sebagai brand ambassador merk mereka. Apa yang digunakan Nana selalu habis terjual.

"Na, tanganmu kenapa lagi?" Tanya manager Nana yang melihat pergelangan tangannya sedikit biru saat mereka sudah duduk bersebelahan menunggu bos besar datang.

"Biasa, aku mimpi lagi"

"Na, kau yakin tak ingin ke dokter? Atau ke psikiater? Hanya untuk memeriksanya" ucap managernya khawatir.

"Tak perlu. Aku baik-baik, lagipula ini besok akan hilang"

"Bukan begitu Na, aku tak tega padamu jika begini terus"

"Tak apa. Kau percaya padaku kan? Aku dari kecil mengalami ini. Dan aku baik-baik saja sampai sekarang. Tak perlu takut okey? Hanya mimpi"

"Baiklah. Jika kenapa-kenapa langsung hubungi aku ya"

"Siap. Kau tak perlu khawatir soal itu"

~

Namjoon masuk keruangan Pak Kepala karena dipanggil bersama atasannya itu.
Mereka sudah duduk berhadapan sekarang, di depannya terdapat beberapa tumpuk file yang Namjoon tak tahu apa isinya.

"Joon, ini beberapa file yang bisa membantumu menyelidiki kasus ini" ucap Pak Kepala sambil memberikan file itu.

Namjoon membukanya dan melihatnya sekilas. Ia sempat melihat beberapa foto korban disana. Biarpun ia seorang deketif, tapi di hati kecilnya ia sangat miris melihat kondisi korban. Sungguh tak punya hati manusia yang menyelesaikan masalahnya dengan cara membunuh.

"Joon, kau bisa menyelesaikan kasus ini dalam seminggu?" Tanya Pak Kepala lagi.

Namjoon menoleh dan menatap sedikit kurang yakin. Satu minggu? Menangani kasus yang bahkan terjadi saat ia masih remaja. Bahkan tak ada titik terang dalam kasus ini. Kepolisian sebelumnya juga tak mampu mengusut tuntas kasus ini.
Dengan berat hati, karena jabatannya bukan sebagai detektif baru, Namjoon mengangguk meyakinkan Pak Kepala.

"Baik Pak, besok saya mulai selidiki. Hari ini aku pelajari semua file yang kau berikan"

"Terima kasih Namjoon. Kau memang bisa diandalkan"

~

Malamnya Nana sudah kembali ke apartemennya dan berniat ingin tidur. Memang tak ada kegiatan lebih hari ini, tapi ia sangat merasa lelah. Hingga ia sudah terlelap, Nana kembali memimpikan anak itu. Molly yang datang ke mimpinya.
Ia dan Molly sudah berada di depan rumah mewah di kawasan elite Korea. Nana tau tempat ini, tempat yang 19 tahun lalu menjadi kasus paling fenomenal. Pembunuhan satu keluarga beserta para asisten rumah tangga yang mati mengenaskan.
Nana hanya berpikir kasus ini pasti terjadi atas dasar uang. Tentu saja, karena hanya kalangan dengan kekayaan yang tak terhitung yang bisa menempati tempat ini.

Hingga samar-samar Nana mendengar Molly seperti mengucapkan sesuatu.
"Besok kau harus datang kesini, membantuku"
Nana hanya menatapnya dengan kerutan di keningnya. Untuk apa anak ini memintanya datang? Bahkan memintanya untuk menolong anak ini.

Dan saat terbangun, keringat dingin itu muncul kembali. Nana merasa dadanya sangat sesak. Mimpi tadi seperti sangat nyata. Ia memijat pelan keningnya dan mencoba mengatur nafasnya

"Aku harus minum sesuatu" batin Nana dan langsung berjalan kearah dapur.

Sebelum sampai di dapur, ia melihat di meja depan televisi ada secarik kertas. Kertas yang sudah lusuh dan warnanya yang sudah pudar. Rasa penasaran menghantuinya hingga ia mengambil kertas itu dan membaca tulisan yang ada didalamnya.

"Besok kau harus datang dan membantuku - M"

Nafas Nana tercekat membaca isinya. Persis seperti yang dikatakan di mimpinya. Ia melihat kesekeliling apartemennya. Mungkin saja ada seseorang yang mencoba menjahilinya dengan permainan tak lucu ini. Tapi setelah ia pikir-pikir, yang tahu soal ini hanya managernya. Dan jarak dari apartemen Nana dengan sang manager lumayan jauh. Tak mungkin jika anak yang sering muncul di mimpinya itu yang memberi kertas ini.

Nana lalu mengantongi kertas itu dan berjalan kedapur untuk mengambil minum. Sesekali ia menyisir rambutnya dengan jemari ke arah belakang sambil terus berpikir.

"Apa aku harus datang kesana besok? Hanya untuk memastikan siapa yang mengirim ini" batin wanita itu sambil menghela nafasnya pelan.

Vote dan komennya
dikook0901

Trapped (✓)Where stories live. Discover now