2

53 6 3
                                    

Jangan lupa vote dan komennya.
Ceritakan part mana yg bikin kalian suka 🤭🤭

Sebelumnya jangan lupa follow dulu 😁

Happy reading.

---------------------------------------------------------
Namjoon membuang nafasnya kasar. Ia kesal sampai membanting file ke atas meja yang ada di depannya.
Apanya yang membantu? File ini sama saja seperti berita di internet yang ia baca. Sebenarnya apa yang dilakukan polisi saat itu?
Tiba-tiba matanya tertuju pada foto-foto korban. Ia menyadari ada tanda yang sama dari setiap foto. Hingga Namjoon menderetkan foto-foto tersebut. Dan ia menemukan tanda yang sama di setiap foto. Seperti tanda dari sang pembunuh. Entah disengaja atau tidak, pembunuh itu meninggalkan tanda miliknya. Jika iya, pembunuh itu terlalu bodoh karena mungkin saja Namjoon akan menuntaskan kasus ini. Atau jika tidak, mungkin saja pembunuh itu sengaja memancing seseorang untuk datang dan mengusut kembali kasus pembunuhan yang ia lakukan. Yang menjadi pertanyaan siapa yang ia pancing untuk datang?

Namjoon menyatukan kembali foto tersebut dan menyimpannya di atas nakas samping ranjangnya. Hanya foto itu petunjuknya. Ia tak membutuhkan file yang lain untuk ia bawa ke rumah tersebut esok hari.
Sebelum tidur ia sempat mencari di internet makna tanda tersebut. Tapi ia tak menemukannya dimanapun.

~

Hari ini Nana tak mempunyai jadwal apapun. Sudah mengenakan baju yang kelewat casual dengan jeans hitam panjang, t-shirt putih polos dan jaket kulit yang menyamai warna celananya. Berbanding 180° dari style Nana yang biasanya selalu glamour kemanapun.
Wanita itu bimbang dengan keputusannya, apa ia harus mengabari managernya dulu? Atau keluar saja?
Jika ia memberi tahu 1000% Nana yakin ia tak akan di izinkan managernya itu. Tapi rasa penasaran dan keinginan masalahnya cepat selesai yang selalu berputar di otaknya.

Setelah memantapkan hati, sebelum keluar wanita itu tak lupa menggunakan topi dan masker agar tak disadari jika ia Nana sang model papan atas sedang berkeliaran tanpa pengawasan ketat.
Tak lupa juga Nana membawa kertas yang semalam ia temukan. Kertas lusuh dengan pesan pendek mencurigakan didalamnya. Ia memesan taksi agar bisa cepat sampai kesana. Beruntung supir taksi tak begitu menyadari siapa yang ia bawa.

Setelah 45 menit, Nana sampai di tempat tujuan. Tak lupa membayar sebelum turun dan mencari letak rumah yang ia maksud. Sudah 19 tahun pasti sudah banyak yang berubah dari rumah itu. Ia mencoba memasuki area perumahan itu, terlihat tentram seperti perumahan pada umumnya. Ia juga melihat beberapa anak kecil sedang bermain ditaman ditemani baby sitter mereka. Sementara orang tua mereka sibuk bekerja dari pagi hingga malam.
Karena tak kunjung menemui rumah itu, ia mencoba bertanya pada seorang pria tua yang sedang duduk di salah satu bangku. Seperti sedang mengistirahatkan diri dan menikmati angin dan matahari pagi menyapu kulitnya yang mulai mengeriput.

"Permisi Pak, boleh saya tanya sesuatu?" Tanya Nana sesopan mungkin.

"Ah iya Nona muda. Apa yang bisa kubantu?"
Ujar pria tua itu yang sepertinya tak tahu siapa wanita dihadapannya ini. Maklum beda generasi, wajar jika ia tak mengenali Nana.

"Saya mencari rumah blok M nomor 6A"

Pria tua itu sempat terkejut mendengar rumah yang ingin dituju Nana. Ia tahu betul rumah itu, karena ia saksi hidup kejadian 19 tahun yang lalu.

"Apa yang ingin kau lakukan disana nak?" Tanya pria tua itu.

"Ah ini, aku mendengar jika rumah itu disewakan. Aku ingin melihatnya dulu" jawab Nana senatural mungkin. Gila saja jika ia benar-benar ingin meninggali rumah itu. Tinggal dikawasannya saja tak mau. Biar dikata kawasan ini hanya golongan konglomerat yang tinggal. Ia lebih baik tinggal jauh-jauh dari sini. Saat masuk ke area sini saja perasaannya sudah tak enak. Bulu kuduknya berdiri merasakan aura aneh dari sini.

"Lebih baik cari rumah lain nak. Rumah itu tak pernah laku. Mungkin kau juga tahu kasus 19 tahun yang lalu" ujar pria tua itu menasihati Nana.

"Hm, begini Pak. Aku hanya ingin melihatnya dulu. Jadi tidaknya mungkin urusan nanti" jawab Nana sambil tersenyum. Sepertinya pria tua ini sangat tidak menyarankan siapa pun untuk tinggal disana.

"Kau lurus, jika bertemu belokan ke kanan dia berada di rumah kedua. Rumah berwarna coklat. Kau juga akan melihat tulisan disewakan disana. Aku sudah memperingatimu nak sebelumnya. Jika kau ingin tetap melihat tak apa. Itu hak mu" ujar pria itu sambil mengarahkan dimana posisi rumah itu ke Nana.

"Baik Pak. Terima kasih banyak sebelumnya" ujar Nana lalu pamit meninggalkan pria tua itu.

~

Namjoon sudah berdiri didepan rumah yang ia tuju. Sesuai dengan alamat yang diberikan Pak Kepala. Sudah 19 tahun, banyak sekali yang berubah dari rumah ini. Hanya satu yang masih sama, sesuai berita dan info dari masyarakat yang ia ketahui. Rumah ini tak pernah ada yang berani menyewanya semenjak kejadian 19 tahun silam. Pemilik agen pun sempat bingung apa yang harus ia lakukan dengan rumah ini. Sempat ada yang menyewanya, tapi tak sampai seminggu, mereka sudah memutuskan untuk pergi. Agen rumah ini pun sampai banting harga agar rumah ini laku.

Namjoon menoleh saat mendengar derap langkah kaki. Ia melihat wanita dengan tubuh tinggi semampai menggunakan pakaian serba hitam, kecuali kausnya dengan menggunakan topi dan masker di wajahnya. Wanita itu sempat menatapnya bingung juga sebelum melepas maskernya.
Ia berhenti tepat didepan rumah itu juga. Menghadap ke Namjoon.

"Kau ingin melihat rumah ini juga?" Tanya Nana pada Namjoon.

Namjoon bingung ingin menjawab apa. Ia tahu jelas siapa wanita di depannya ini. Nana model terkenal yang mempunyai wajah kelewat cantik. Namjoon juga pria normal seperti biasa. Mana mungkin ia tak mengenali wanita di depannya ini.

"Iya, hanya ingin melihatnya. Seperti yang kau lihat. Mereka menyewakannya" jawab Namjoon.

Nana hanya mengangguk. Ia juga bingung bagaimana agar tidak dicurigai.
"Aku juga ingin melihatnya. Hanya melihat kok, jika kau tertarik, ambil saja tak apa. Aku akan mencari tempat lain"

"Baiklah. Ayo masuk bersama" ajak Namjoon. Ia mengiyakan saja apa yang dikatakan Nana. Sepertinya Nana tak mengetahui siapa dirinya. Tentu saja, walaupun sama-sama terkenal tapi detektif dan model adalah suatu hal yang berbeda. Lingkup bekerja mereka pun berbeda.

Saat mereka memasuki rumah itu, tentu saja disambut dengan hembusan angin yang menyapu kulit mereka. Rumah dua lantai yang memberi aura tak mengenakkan bahkan saat baru berdiri di ambang pintunya. Rumahnya kelihatan bersih dan rapi, mungkin agen rumah ini selalu menjaga kebersihannya agar jika suatu saat ada yang ingin menyewanya. Agar tak dicurigai rumah ini pernah menjadi saksi bisu pembunuhan sadis 19 tahun silam. Hanya warga Korea yang tahu soal ini. Mungkin para turis bisa tahu jika sebelum menyewanya mereka mencari tahu di internet terlebih dahulu. Tapi pada dasarnya karena ini area kelewat elite, tentu saja berita itu akan redup dibawah berita lain yang menunjukkan kawasan ini seakan-akan kawasan yang sangat bagus. Dan mengatakan dengan embel-embel banyak kalangan kelas atas yang tinggal disini.



Vote dan komennya 💜
dikook0901

Trapped (✓)Where stories live. Discover now