7

40 8 3
                                    

Gak bosan-bosannya aku ingetin kalian untuk mengapresiasi karya orang dengan hal kecil seperti vote dan komen ya.

Jangan jadi silent reader okey.

Hal kecil itu bisa menaikkan mood aku secara gak langsung loh.
Kaliannya aktif, akunya juga semakin seneng dan rajin updatenya.

Btw, Happy New Year semuanya 🎉🎉

And Happy reading 💜💜💜

---------------------------------------------------------

Namjoon dan Nana membeku. Membeku karena sangat terkejut akan kenyataan yang mereka dengar sekarang.
Mereka bahkan tak berani saling pandang atau sekedar mentransfer apa yang ada dipikiran mereka walau hanya lewat tatapan.

"Baiklah, karena aku tak ingin mengotori tanganku seperti yang ayahku lakukan dulu. Selamat datang di neraka muka bumi Tuan Detektif dan Nona Model"
Ucap Manager Nana yang sambil berjalan meninggalkan ruangan dan menutupnya. Tak lupa membuang sebatang korek yang masih menyala. Seketika api menjalar dengan cepat karena ruangan ini sudah di basahi oleh cairan yang mudah terbakar.

Nana panik, ia menggerak-gerakkan kursinya kearah Namjoon. Ia tak ingin mati disini.
Namjoon juga menggerakkan kursinya agar lebih mendekat kearah Nana. Hingga mereka sudah dekat, dan saling membelakangi untuk membuka ikatan ditangan masing-masing.
Setengah ruangan sudah habis terbakar. Mereka benar-benar hampir kehabisan oksigen karena kondisi di ruang bawah tanah yang tidak ada ventilasi sama sekali. Setelah berhasil bergelut dengan membuka ikatan tali ditangan, mereka dengan cepat membuka tali di bagian kaki mereka.

Namjoon yang sudah selesai langsung membantu Nana dan menarik wanita itu agar keluar dari ruangan itu. Sialnya pintu terkunci dan mengharuskan Namjoon mendobraknya berkali-kali.
Baju Namjoon sempat terbakar dibagian lengan karena api sudah menjalar ke arah pintu. Hingga dobrakan terakhir pintu berhasil dibuka dan keduanya langsung melarikan diri dari sana.

~

Mereka sekarang sudah berada di ruangan awal saat mereka masuk. Saling mengatur nafas masing-masing. Nana sempat menoleh ke arah Namjoon yang lengan kirinya sudah berdarah akibat api saat mendobrak pintu tadi.
Nana melepas jaket lalu kaus putihnya. Namjoon membulatkan matanya saat melihat Nana hanya menggunakan bra. Sangat terpampang di penglihatan Namjoon tubuh ramping dan kulit putih mulus Nana. Seperti tak ada cacat sama sekali. Belum lagi ukuran dada Nana yang membuat kaum lelaki akan menelan ludahnya saat melihat secara langsung.

"Apa yang kau lakukan bodoh?" Tanya Namjoon tak habis pikir dengan yang dilakukan wanita ini. ia juga laki-laki biasa yang mudah terangsang.

Nana tidak menjawab pertanyaan Namjoon dan kembali menggunakan jaketnya. Kausnya ia ambil dan langsung dililitkan ke lengan Namjoon yang terluka tadi.
"Jauhkan pikiran mesummu disaat seperti sekarang Joon. Lenganmu bisa infeksi jika terbuka seperti ini"
Namjoon menoleh ke Nana dan sedikit tersenyum. Wanita ini bisa pintar disaat yang tepat.

"Ayo keluar dari rumah sialan ini. Dan laporkan keparat itu ke polisi" ajak Nana dengan nada tajam.
Namjoon mengikuti Nana yang berjalan kearah pintu keluar. Sialnya pintu itu justru terkunci.
Nana dengan kesal menendang pintu itu walaupun hasilnya sia-sia. Tubuh tinggi dan ramping miliknya tak akan bisa membuka pintu itu.
Namjoon melihat meja disebelah pintu, diatasnya ada sebuah surat yang langsung ia baca"

"Kunci pintu itu ada di balik lukisan bertuliskan Etiquette. Pintu akan bisa terbuka dengan kunci itu"

Tanpa basa basi Namjoon langsung mengambil pigura lukisan itu dan melihat kunci tertempel dibelakangnya. Tetapi saat ingin mengambil kunci itu, sekujur tubuhnya mati rasa, ia berkeringat berlebihan dan wajahnya pucat. Nana melihat Namjoon dengan panik. Tubuh Namjoon hampir jatuh dan terbujur kaku. Sebelum Nana menahannya.

"Namjoon!! Apa yang terjadi?? Kumohon bangunlah. Namjoon!!!" Panik Nana saat tubuh Namjoon tak merespon.
Ia membaca surat tersebut lalu mengambil kunci itu. Matanya memperhatikan sekitar pigura tersebut, dan surat itu menunjukkan tulisan etiket.
Ia melihat di sisi pigura ada paku-paku kecil.
"Sial paku ini sudah dilumuri racun. Dan arti etiket ini, karena Namjoon tidak menunjukkan etika dan main asal mengambil pigura yang bukan miliknya"

Nana kemudian membuka pintu dengan kunci itu lalu berteriak minta tolong. Tak lama datang sekelompok orang yang datang menyelamatkannya. Tak lupa mereka membawa tubuh Namjoon dan langsung pergi kerumah sakit.

~

Sudah 3 hari mereka dirawat dirumah sakit. Nana selalu datang keruangan Namjoon untuk melihat kondisi pria itu. Disana sudah ada orang tua dari Namjoon yang setia menemani anaknya. Orang tua Nana juga sudah berangkat dari Jepang ke Korea saat mendengar kabar anaknya. Polisi sudah menangkap manager Nana karena ayah Nana dengan cepat bekerja sama dengan agensi yang menaungi Nana untuk memasukkannya ke penjara. Atasan Namjoon juga langsung menutup kasus pembunuhan 19 tahun lalu.
Kasus yang dijadikan ajang balas dendam dan menjebak Namjoon dan Nana didalamnya.

Tentang Molly, Nana masih memimpikan gadis kecil itu. Ia hanya tak ingin ambil pusing dan berencana pergi ke psikiater untuk menyembuhkan itu. Mungkin ini hanya ilusinasinya karena dulu Nana pernah melihat kejadian kecelakaan di depan matanya dan merenggut nyawa dengan korban anak kecil seusianya.

Nana duduk disamping Namjoon yang masih memejamkan matanya. Tangannya meraih tangan Namjoon dan ia genggam secara pelan.
Tiga hari ini ia hanya berharap agar pria didepannya ini cepat sadar. Beruntung dokter dengan cepat menangani Namjoon. Jika tidak,  mungkin pria yang sudah menyelamatkan nyawanya berkali-kali saat terjebak waktu itu sudah meregang nyawa.

"Nak, kau kembalilah ke kamarmu. Kau juga butuh istirahat. Biar Namjoon bibi yang jaga" ucap seseorang di belakang Nana tak lain tak bukan adalah ibu Namjoon.
Ia memegang pundak Nana dengan lembut.

"Boleh sebentar lagi aku disini. Nanti aku akan kembali ke kamar" jawab Nana sambil tersenyum lemah.

"Baiklah. Bibi tunggu diluar ya, jangan terlalu memaksakan dirimu" ucap ibu Namjoon lalu melangkah keluar.

Nana kembali menatap Namjoon yang masih berbaring dihadapannya.
"Cepat bangun, aku ingin mengucapkan beribu-ribu rasa terima kasihku padamu. Aku tidak tahu apa terima kasih saja cukup atau bagaimana. Mengingat kau selalu menolongku dan mementingkan nyawaku terlebih dahulu dibanding dirimu. Bangun Joon, ada hal lain yang ingin kukatakan padamu. Tapi nanti saat kau sudah sadar"ucap Nana sambil terus melihat kearah Namjoon. Terpancar sekali raut wajah khawatir dan sedih di mukanya.

Nana mengecup kening Namjoon sebelum meninggalkan kamar pria itu.

~

Pagi hari Nana terbangun seperti biasa. Ia melakukan rutinitasnya di rumah sakit dengan didampingi perawat. Memang tak separah Namjoon, tetapi Nana membutuhkan terapi akan traumanya saat terjebak kala itu.
Belum lagi tanpa Nana sadari perempuan itu sebenarnya terluka di bagian kaki saat di ruang bawah tanah. Ia harus mengganti perban di kakinya setiap hari.

Pikirannya masih terus ke sosok pria yang belum juga sadar dari tidurnya. Ini sudah hari ke empat dan Nana belum mendapat kabar baik soal Namjoon. Kadang Nana pergi sendiri ke ruang dokter yang menangani Namjoon untuk menanyakan kondisi pria itu. Dokter juga belum memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginan Nana.

Kepalanya terasa sakit jika mengingat Namjoon. Hingga pintu kamarnya terbuka dan muncul sosok ibunya.
"Na, Namjoon sudah siuman"

by.dikook0901

Trapped (✓)Where stories live. Discover now