Tidak tahu ini saat yang tepat atau bukan, tapi, Xuxi sangat imut. Oke, aku tahu bahwa kata imut, dan Lucas sangat amat tidak match.
Bayangkan Lucas, dengan tubuh besarnya, dengan kulitnya yang tidak terlalu putih melainkan warm beige atau honey atau malah dilain kesempatan terlihat sedikit kecoklatan. Menambah kesan manly, yang dimiliki pemuda itu. Tapi, berbeda dengan image Lucas, nama mandarin pemuda itu sudah sangat imut. Huang Xuxi. Xuxi xuxi.
Dan meski mereka adalah kedua orang yang sama, tapi, lihatlah wajah memerah Lucas didepannya saat ini. Ditambah bibirnya yang sesekali terus merengut, lalu tersenyum lebar sendiri, kemudian bergumam-gumam tidak jelas. Sangat imut!
"Xuxi, berhenti minum." Aku mencegah tangannya yang hendak kembali menuang bir yang tersaji dimeja ke gelasnya. Kun, sudah mabuk daritadi, jadi keadaan agak ricuh daritadi karena tidak ada sosok yang mengontrol. Aku sendiri tidak berminat mencegah kalau mereka sendiri merasa mampu minum—hey, Lucas adalah sebuah pengecualian— jadi, ya begitu. Xiao Jun, Hendery, dan Yang Yang tertawa-tawa tidak jelas, dengan suara heboh melengking tinggi menertawakan apa saja yang bisa ditertawakan. Hal tidak lucu sekalipun, misalnya,
"Kun Hyung tertidur~" Hendery, sambil memejamkan matanya, ia tersenyum, lalu tiba-tiba ia terkikik sendiri, "Hehehehehe Kun Hyung tidur."
Yang yang, "Hyung? Kun Hyung? HAHAHAHAHA KUN ADALAH HYUNG."
Lalu disambung oleh Xiao Jun mengacungkan jarinya, seolah membenarkan dan tertawa, "Hyung adalah Kun, ah. Ahahahahaha." Lalu pemuda itu terjungkal dikursinya.
Apa yang lucu? Apa? Win Win sebaliknya, pemuda itu tampak kalem dan anteng, menyesap sedikit sedikit bir miliknya. Meski harus kuakui, kelakuan Win Win juga bukannya normal.
"Pahit." Win Win bersuara, setelah menyesap sedikit bir itu. Lalu dia mencicipi lagi birnya, "Pahit." ulangnya, tapi ia kembali mencicipi bir itu kembali, terus berulang.
Like duh, dude.
Hanya diriku dan manager yang tidak meminum barang sedikitpun, dari minuman memabukkan itu. Kalau aku, aku memang tahu diri, aku betul-betul tidak bisa minum sedikitpun. Aku akan langsung mabuk, dan aku tidak suka mabuk. Aku terlalu banyak menonton cerita dan membaca komik ataupun novel, dan tidak satupun dari media tersebut yang menampilkan sisi baik atau manfaat menjadi mabuk.
Jadi aku memilih menjaga kesadaranku. Apalagi, Xuxi tampak begitu menggemaskan, untuk dilewatkan. Manager kami merasa, ini sudah saatnya untuk pulang, jadi pria itu pergi untuk membayar makanan kami.
Malam ini, kami makan-makan bersama di suatu tempat yang privat untuk merayakan kami akan segera debut. Untuk menambah energi juga semangat, karena mungkin kami terlihat agak stress belakangan ini? Entahlah.
Xuxi dalam keadaan menaruh wajahnya di meja makan, sekarang. Sehingga pipinya terlihat lucu. Aku tersenyum, mengambil kesempatan untuk mengusilinya. Aku menusuk-nusuk pelan jariku pada pipinya, mengganggunya yang kini terlelap.
"Xuxi." Awalnya, pemuda itu hanya menaikkan alisnya, tanpa membuka mata untuk merespon panggilanku.
"Xuxi~" Aku melihat senyuman lebar tercetak jelas di wajahnya. "Tennie Hyung." jawabnya dengan suara serak. "Tenny panda. Tenny bear." gumamnya, tersenyum-senyum sembari masih tidak membuka matanya.
"Tenny bear hyung~" Aku hanya tertawa kecil mendengarnya, tidak merespon. Lucunya, aigu.
Tapi kini Lucas membuka matanya, mendudukkan diri disana dan merengut, memasang wajah ingin menangis, "Tenny Bear Hyung mengabaikanku lagi. HUWAAAAAAAHmmmpt!" Panik, aku membekap bibirnya menahan teriakan kekanakan dari pemuda itu. Pemuda itu terus berusaha bersuara melawan bekapan tanganku.
"Ssh, jangan berteriak, Xuxi." pemuda itu menganggukkan kepalanya, menurut, tapi masih menatapku dengan tatapan berkaca-kaca.
Tatapan itu, bibir tebal pemuda itu yang kini menempel ditanganku, membuatku betulan ingin mengubur diri didalam tanah. Bibir Lucas mencium tanganku kyaaaaa.
Rasanya aku ingin menjerit ala gadis dalam komik begitu, tapi masalahnya aku bukan gadis, aku juga tidak hidup dalam komik, dan yang paling menyebalkan adalah Lucas tidak mencium tanganku melainkan aku sendiri yang membekap bibir tebal nan menggiurkan itu. Kenyataan memang tidak seindah ekspetasi.
Pelan-pelan, aku menurunkan tanganku, tidak lagi membekapnya. "Hyung bohong."
"Tidak, kok." jemariku memainkan rambutnya.
"Hyung mengabaikanku."
"No, no. Kapan aku begitu." Lucas menaruh tangannya pada pahaku, meremasnya pelan, AAAAAA. Clam down CALM DON TEN. CALM AAAAAA.
Ok, be classy, calm. Ok.
"Hyung jangan abaikan aku," Lucas merengut, protes. "Aku sedih jika hyung tidak membalas kata-kataku..."
"...Maaf." Aku mengusak rambutnya kembali, "Aku akan membalas kata-katamu, tidak akan mengabaikanmu. Jangan bersedih ya?" pintaku, menatapnya yang masih memasang wajah ngambek.
"Janji dulu." Ia menyodorkan jari kelingkingnya, terlalu kedepan wajahku, membuatku kembali tertawa pelan. Aku menautkan jari kelingkingku yang jauh lebih kecil dari tangan besarnya.
Tiba-tiba, Lucas mengubah tautan jari itu dan mengenggam erat tanganku. Dan tidak melepaskannya.
Hanya dengan genggaman tangan, tapi bukan hanya telapak tanganku yang merasa hangat.