Warning: cringey at it's finest : )
You have been warned.*
Kalau orang-orang bilang, pacaran akan membuatmu tidak ingin jauh dari orang yang kau sayangi.
Tapi sebaliknya, aku malah ingin menghindari Lucas sebisa mungkin semenjak kami resmi karena... Demi apapun, Lucas membuatku ingin tenggelam sampai inti bumi dan meleleh.
Kalau malam hari didalam kamarku aku merasa wajar jika Lucas -ehem- menyentuhku, akupun juga akan menyentuhnya, menggelitikinya atau menemplokinya tidak ingin lepas. Karena kami dalam tempat privasi, it's ok. Sementara tangan Lucas suka tidak tahu diri dimanapun dan kapanpun.
Seperti barusan, sehabis berganti kostum di ruang ganti tangannya menepuk -ehem- bokongku sementara banyak member lain disekitarku???? Lalu saat kupelototi dia tertawa pelan lalu berkomentar, "Gemas."
Dia sering sekali mencuri kesempatan, menarikku ketempat yang agak sepi lalu menghujaniku dengan kecupan atau ciuman. Meski sepi tapi semua orang bisa saja muncul sewaktu-waktu, tahu?! Bagaimana kalau ada orang lain yang melihat? Kalau aku protes dia selalu menjawab, "Tidak ada yang lihat tuh." Sambil memeletkan lidahnya yang kubalas gigitan, cubitan atau jambakan.
Kalau sudah begitu ia akan memasang wajah sedih seperti guguk yang baru saja ditelantarkan, sambil menggumam protes, "Padahal hyung duluan yang menciumku, menghujaniku dengan kecupan setiap malam, menyentuh—"
"HEY!"
"Hehehe, Ten sayang."
Demi apapun kami belum macam-macam banget, karena pacaranpun sudah masuk kategori macam-macam kan. Aku hanya, tidak ingin kami terciduk lalu harus berpisah. Lucas selalu bilang yang ia lakukan masih normal-normal saja, tapi— ya memang pada dasarnya aku selalu overthinking jadi mau bagaimana lagi.
Kadang merangkulnya saja ditempat terbuka membuatku berkali-kali berfikir atau malah urung melakukannya meski sebelumnya menurutku itu bukan masalah besar? Aku juga merangkul Johnny hyung, Taeyong hyung, atau Winwin atau Yangyang sekalipun tanpa berfikir itu adalah hal yang luar biasa.
Tapi dengan Lucas membuatku over, mungkin karena dengan yang lain, betul-betul tidak ada hal lain yang terjalin. Sementara dengan Lucas sangat berbeda. Reaksi tubuhku pun jelas berbeda, tahu. (:)
Aku terus cemas, tanpa tahu apa yang baiknya kulakukan. Bunyi kenop pintu yang diputar membuatku menoleh, mendapati Lucas didepan kamarku.
"Ten, tidak makan?" Aku yang tengah tiduran di kasur, menggeleng pelan menyahutinya. Dia menutup pintu kamar dan bergerak mendekatiku.
"Aku sudah makan dan sikat gigi, kamu kenapa? Tidak enak badan?" Tangannya yang besar menyentuh dahiku, dan ia menyentuh dahinya sendiri.
"Hangat, apa kau sakit? Pusing? Ada yang tidak enak?"
"My baby is so caring, uwu." Gumamku pelan, yang rupanya terdengar olehnya. Raut wajah Lucas berkerut, "Bahasa apa itu?" Ia terkecoh sesaat, lalu mengembalikan topik, "Sayang, makan."
"Makan kamu?"
Wajah Lucas memerah, "Hxgshs kau selalu sebal saat aku menggodamu sedikit diluar, tapi yang kau lakukan sekarang lebih parah, tahu. Illegal. Denied."
"Pencernaanku sedikit tidak enak, mau yang mudah dicerna saja." Lucas mengangguk, "Aku akan minta manager belikan bubur. Sebentar." Ia segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan aku dan kecemasanku berduaan.
Hmm...
.
.
.
.
.
.
."Ten? Ten? Bangun. Ayo makan." Samar-samar aku mendengar suara Lucas, aku membuka mataku malas. Lucas sudah memegang semangkuk bubur yang terlihat panas, karena asapnya mengepul dan segelas air serta obat di meja kecil samping tempat tidurku.
Aku menghela nafas panjang, rasanya malas sekali. Aku mengantuk, "Cium dulu." Ucapku masih dengan suara yang agak serak.
Tidak perlu menunggu lama, Lucas segera menaruh mangkuk yang semula di genggamannya dan merunduk, dengan sebelah tangan disisiku untuk menahan berat badannya. Bibir tebalnya yang hangat menempel sebentar di bibirku, dan ia menarik dirinya membuatku merengut.
"Itu kecupan." Ucapku memrotes tindakannya, serta merta menahan gerakan tubuhnya. Menariknya kembali mendekat untuk memangkas jarak kami. Aku sedikit memajukan diri untuk menciumnya. Salah satu yang paling kusukai adalah menghisap bibir tebalnya, dan itu yang kulakukan. Aku menghisap dan menjilati bibir bawahnya, sementara ia melakukan hal yang sama pada bibir atasku. Hisapan hisapan berubah menjadi pertengkaran lidah kami.
Secara insting tangan Lucas membelai sesekali mengusak rambutku, sementara tanganku malah menyusup kedalam bajunya. Mengelus kulit punggung Lucas secara langsung. Tanpa sengaja aku menaikkan lututku menyentuh sesuatu -ehem- milik Lucas yang membuat kami berdua, tersadar.
Lucas langsung menyetop kegiatan kami dengan wajah memerah dan bibir yang basah, ia memerbaiki letak duduknya. "Ten, makan."
Aku tidak tahu wajahku sendiri semerah apa, yang jelas rasanya panas. Aku mengelap bibirku yang basah, lalu duduk untuk mengusap bibirnya dan mengecupnya lembut sekali lagi.
Aku mengulurkan tangan, meminta mangkuk bubur tapi ia malah bersikeras untuk menyuapiku. Maksudku, aku bisa makan sendiri kenapa harus repot-repot? Tapi akhirnya aku mengalah dan bersender dengan tumpukan bantal, sementara Lucas yang menyuapiku.
Seperti menyuapi bayi.
"Aa~a. Pesawatnya datang!" Betulan, raut wajah Lucas menggemaskan saat menyuapiku bertingkah aku ini bayinya tapi lama-lama aku sebal juga.
"Berhenti menyuapiku pesawat, atau aku akan memakan roket sekarang juga."
Dengan wajah yang memerah ia yang kali ini berteriak, "HEY!" Membuatku terkekeh pelan.
Untuk saat ini plan yang paling memungkinkan adalah membalas ke-mesumannya di siang hari dengan kemesuman-ku di malam hari.
What a plan.
****
A/n: mari senang-senang dulu sebelum ombak datang menghantam : )