Kata-kata aku menyukaimu dari Lucas berputar-putar sepertinya didalam kepalaku. Semuanya berjalan terlalu cepat— saking cepatnya membuatku ragu apakah ini hayalanku atau betulan terjadi sekarang.
Entah aku yang kadar gilanya semakin parah tidak tertolong. Atau Lucas yang join sebagai orang gila?
Setelah beberapa saat tenggelam dalam keheningan, Lucas bangkit dari sisiku, "Selamat ma—... Hyung?" Aku balas menatapnya, masih bingung dan mencerna keadaan. Ia juga menatapku dengan sama bingungnya, lalu menurunkan arah pandangnya dariku, ke arah pergelangan tangannya. Aku mengikuti arah pandangannya, dan sama terkejutnya.
Ternyata tanpa sadar aku menahannya yang ingin pergi. Tapi, aku memang tidak ingin membiarkannya pergi saat ini.
"..Ten." Ucapku, menarik tangannya untuk kembali duduk. "Aku tidak bilang aku keberatan, aku hanya bertanya-tanya apa alasannya." Aku diam sejenak, dan melepaskan pegangan tanganku padanya, "Jadi kau bisa tetap memanggilku Ten."
Aku menyukaimu aku menyukaimu aku menyukaimu. Kata-kata itu terus berputar dan bergema bagaikan lagu kesukaanku yang terus terngiang. Suara berat dan pelannya akan membunuhku.
Aku menunduk, tertawa pelan kali ini. Kami saling menyukai? Kalau ini mimpi, betul-betul. Tolong jadikan ini kenyataan saja. Kalau ini memang kenyataan, YA KOK BISA INI JADI KENYATAAN.
Suara Lucas yang ikut tertawa pelan membuatku sadar kalau ini mungkin memang bukan halusinasiku, baiklah aku aman.
"Lucas,"
"Xuxi," Balasnya. "Katamu aku menggemaskan, Xuxi paling pas, jadi panggil aku Xuxi." Kami sama-sama diam lagi. Jujur saat ini perasaanku sangat, sangat, senang. Namun juga cemas. Jika kami berpacaran dan hal ini bocor, ini akan menjadi skandal yang besar.
Apalagi di kontrak kami jelas-jelas kami masih belum bisa pacaran. Dan hal ini akan mengganggu grup secara keseluruhan. Karena berpacaran adalah skandal besar bagi fans.
"Ten. Aku hanya bilang saja, jangan terlalu dipikirkan begitu." Suara Lucas-lah yang memecah keheningan. "Aku harap kita tetap bisa seperti sebelumnya, atau kalau itu terlalu muluk, aku harap kau tidak membenciku.." Aku mengangkat wajahku, ternyata pemuda itu tengah memerhatikanku lekat-lekat.
"Malam ini kau mau tidur dikamarku lagi?"
"Hah?" Loading sesaat, Lucas langsung menganggukkan kepalanya dengan semangat, "Mau. Mau mau mau," Lalu ia segera memosisikan dirinya berbaring di salah satu sisi, dan menepuk sisi sebelahnya yang kosong. "Bicaranya sambil tiduran saja."
Aku mengikuti kata-katanya, kini kami berbaring saling berhadapan dengan posisi menyamping. Keheningan kembali melanda, aku merasa gelisah harus mengatakan apa yang kini kufikirkan atau tidak. Tapi Lucas saja sudah begitu jujur padaku, dan aku tahu hal itu bukannya mudah dilakukan. Meski aku cemas kedepannya, aku tidak mau dia dihantui bayang-bayang bahwa ia akan dibenci olehku.
"Xuxi. Aku tidak akan membencimu. Meski kita tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya... Tapi aku percaya, kedepannya pun entah apa yang akan terjadi, aku tetap tidak akan pernah membencimu." Tanganku bergerak, mengusak rambutnya yang terasa halus.
Aku kembali diam, bingung harus memulai darimana. Aku menarik tanganku kembali, karena rasanya canggung, dan... Pegal kalau terlalu lama memertahankan posisi begitu, "Pegal."
Lucas menangkap tanganku, menggenggamnya. "Begini tidak pegal... Kan?" Ingin kujawab, modhus. Tapi aku juga suka, ya gimana.
"Hm.. Iya." Entah apa yang merasukiku, aku membawa tangannya yang menggenggam tanganku lebih mendekat padaku dan mengecup punggung tangan Lucas.
Melihat ekspresinya yang terkejut dan membatu, aku tersenyum puas, mengecup punggung tangannya lagi dan lagi.
"T-ten?.."
"Aku menyukaimu Lucas. Sangat." Aku memutuskan untuk menyingkirkan segala kecemasanku. Entah apa yang terjadi nanti kedepannya. Tapi aku ingin egois dulu saat ini.
"Hdgshsgxjs." Lucas menggumam-gumam pelan, tapi aku tidak bisa mengerti kata-katanya. Pemuda itu segera memangkas jarak yang ada, lalu menempelkan dirinya padaku, memelukku erat membuatku tertawa pelan.
"Ten aku senang sekali- ah bukan mimpi kan. Gila-gila. Kukira tadi kau membenciku, sedang memikirkan cara mengusirku, tapi kenapa kau tetap memerbolehkanku sekamar denganmu? Hhh Teenn." Pemuda itu merajuk, aduh gemas betul.
Posisi ini curang sekali, aku ingin melihat wajahnya, atau mengusap-usap rambutnya, tapi badannya lebih besar dariku, sulit melakukannya karena aku sekarang terperangkap dipelukannya.
Jadi aku melakukan yang bisa kulakukan, mengusap pundaknya, serta menciumi pundaknya, "Aku vampire, Xuxi." candaku, mengingat kata-katanya sebelumnya.
"Jadi kau mau menggigit dan menghisap darahku? Lakukan apa yang kau mau, gigit, cium atau apapun itu. Aku milikmu."
.
.
.
.
.
Ini siapa yang ngetiK MALU WOI PAGI PAGI bERsIhkAN.
Happy valentine guys. 🌚