Belakangan ini, aku semakin merasa sesak jika berada didekat Lucas. Kebingungan, lebih tepatnya harus bertindak seperti apa.
Beruntungnya (atau sialnya?) WinWin belakangan ini terus menempeliku, karena project kami. Jadi waktu yang kumiliki berdua dengan Lucas hampir tidak ada. WayV, WinWin, istirahat. Jadi aku hanya sempat melihatnya saat ada kegiatan bersama sebagai WayV... Rindu sebetulnya. Tapi aku merasa canggung setelah games itu karena otakku terus berspekulasi dan aku terlalu takut untuk berharap, dan kemudian kecewa oleh harapanku sendiri.
Dan meski sebelumnya aku tidak mau mengakuinya, sebetulnya aku sedikit menghindar dari pemuda itu. Hanya sedikit, kok. Toh pemuda itu juga tengah sibuk, jadi tidak ada masalah.
Aku tidak ingin memiliki hubungan seperti itu dengannya. Aku ingin senang saat ia senang, aku ingin berada disisinya sedekat mungkin, tapi tidak melewati batas.
Masalah terbarunya adalah, project kami sudah berakhir, hanya menunggu jadwal video video itu akan di-post dan memulai project baru sebagai team. Dengan segala acara menginap, traveling bersama etc etc. Yang jelas jika aku awkward dengannya, fans akan menangkapnya dan merasa cemas.
Member lainpun juga akan cemas, dan terganggu olehku. Hanya olehku karena, ya pemuda itu tidak salah apapun kan? Semua ini dimulai olehku. Hanya aku.
Tiba-tiba sebuah suara mengganggu lamunanku, "Ten! Ten Ge! Akhirnya RainbowV selesai, video kita telah di-post tadi pagi! Bahkan DJ. Khalid ikut merespon kita, kau sudah melihatnya kah?"
"Hah?" Aku terkejut, sumpah kenapa bisa aku melewatkan hal itu?! "Mana, mana? Aku tidak melihat, feedback fans baikkah?"
"Tentu saja! Respon mereka menggila!! Banyak sekali hastag memenuhi sosmed! Lihat komentar Khalid, kau kan penggemarnya!" WinWin menyodorkan ponselnya, menyuruhku membaca. LIKE HOLY MOLY. DIA BETUL BETUL MENOTICE DANCE KAMI.
Kami heboh berdua, berpelukan, melompat-lompat juga seperti anak kecil, aku tidak peduli. Sesenang ini rasanya, sampai suara pintu terbuka membuat euforia kami terhenti.
Lucas berada disana, lalu mengusap tengkuknya mungkin merasa tidak enak mengganggu kami. "Xuxi!" Dengan lantang aku memanggilnya, WinWin dan aku masih tersenyum lebar dan memisahkan diri.
"Kita akan pergi makan, ayo berkumpul." WinWin menganggukkan kepalanya, dan masih tersenyum lebar, "Aku akan pamer dulu dengan yang lainnya!" Lalu anak itu meninggalkanku dengan Lucas. Ah, betul, aku kan sedang canggung dengannya! Kenapa aku tidak langsung mengekori WinWin juga tadi, duh.
"Kau sudah melihat videoku dan WinWin, feedback yang kudapat baik sekali! Bahkan penyanyi aslinya yang merupakan favoritku pun merespon video kami! Aku-,"
"Aku tahu," Lucas memotong kalimatku, hal yang sangat jarang terjadi kurasa? Apalagi nadanya datar, seolah dia merasa terganggu...
Entah perubahan ekspresiku atau bagaimana, Lucas mengusap tengkuknya lagi, "Aku tidak bermaksud buruk. Tapi aku betul-betul tahu, selamat, Ten." Aku mengangguk, tersenyum. Semoga senyumku tidak terlihat aneh, "Yuk, nanti yang lain menunggu." Tanpa menunggunya lagi, aku bergerak keluar ruangan latihan kami.
Lucas menyejajarkan langkahnya, "Apa... Tadi aku mengganggu?"
"Hm?" Aku menaikkan alis, meliriknya bingung. Sementara ia malah menunduk, berjalan sembari memerhatikan langkahnya.
"Tadi, kau dengan WinWin kan sedang berpelukan."
Aku berusaha mencerna, "Lalu?" Memangnya kenapa kalau kami berpelukan? Kan aku dan dia juga sesekali berpelukan? (Hehe)
Sepertinya pertanyaan tidak terucapku terdengar olehnya, "Kalian tampak dekat akhir-akhir ini. Aku juga menonton video kalian... WinWin sempat err, mencium lehermu saat itu? Dan tadi kalian diam-diam berpelukan... Kukira..." Ia terhenti, aku juga berhenti melangkah.
Kepingan puzzle segera berkumpul, saking kagetnya aku sampai berteriak, "Tidak!" Ia pun ikutan kaget dengan suaraku yang tiba-tiba ngegas.
"Tidak, tidak. Aduh." Aku tertawa pelan, situasi apasih ini, "Tidak seperti itu, dan kurasa tidak mungkin berkembang kearah situ, no no. Never."
Lucas menggumam, "Padahal kau sampai mengacuhkanku dan hanya mau didekat WinWin padahal ada member yang lain..."
....Apa ini. Daripada sibuk menghayal apa arti kata-katanya, aku memilih berpura-pura tidak mendengarnya karena aku juga tidak punya jawaban kenapa aku mengacuhkannya, "Kau bicara apa?"
"Maksudku, err. Kenapa tidak mungkin? Sesama laki-laki juga bisa saling menyukai."
Iya, aku tahu. Karena aku menyukaimu. Tapi mana mungkin aku bicara begitu, kan? Jadi yang kulakukan hanya tertawa hambar, menertawakan diriku.
"Jangan bicara yang aneh-aneh, Lucas. Ayo."
**
.
.
.
W/n: Awkward betul ya? Hehe
Terimakasih untuk vote dan komentarnya! Saya merasa berterimakasih ada yang menyukai cerita iseng-iseng saya ini.
Sebetulnya saya hampir drop cerita ini karena setelah beberapa kali membaca ulang saya merasa, aduh ini awkward betul, malu, apa hapus saja ya?Awal saya membuat cerita ini hanya sekedar iseng, dan yang saya niatkan bukan seperti ini. Lebih ke diary diary, lebih pendek, tidak detail ya... Selayaknya diary. Tapi salahkan jari saya yang mengetiknya begini jshdhsj.
Saya akan berusaha melanjutkan meskipun menurut saya cerita ini cringey awkward dan agak agak nda jelas karena, saya berterimakasih ada yang menyukai cerita ini meski kekurangan dimana mana.
Terimakasih! ^^