-Suatu Perkara yang ditutup rapat tercium juga bau nya atau memang hilang arah?-
Sore itu, gue melihat bunda dibuat heran dengan lawan bicara nya ditelpon. Gue menghampiri bunda dan bertanya ada masalah apa.
"Bun .. kok kayak orang bingung"
"Tadi bunda dapet telpon dari bapak" kata nya mau ngasih tau sesuatu tentang ayah, orang itu mau kerumah habis magrib"
"Ayah kenapa bun? Gara" si pelakor itu?"
"Gatau dhar, bunda pusing sama ayah kamu"
Tepat nya jam 7 malam, ada seseorang yang mengetuk pintu pagar rumah gue. Yaa benar saja ada seorang pria kira" usia nya 30 tahun an.
"Assalamu alaikum"
"Waalaikum salam"
"Ini bener rumah nya bapak wibowo?"
"Iyaa saya anak nyaa ... ada keperluan apa ya pak?"
"Boleh ketemu ibu neng sebentar?"
"Ohh boleehh ..."
Gue mempersilahkan pria tersebut masuk kedalam rumah dan bergegas memanggil bunda.
"Bu, kenalin saya Ari. Saya suami dari perempuan yg ngegodain suami ibu, saya mau kasih tau ke ibu sebelum terlambat"
"Tolong ibu jauhin suami ibu dari istri saya, takut nya istri saya ini pakai guna" ke suami ibu"
"Bukti nya apa kalau kamu suami dari perempua itu dan kenapa kamu kasih tau dan tau tentang masalah keluarga saya?"
"Saya dapat kabar dan ternyata istri saya ada main sama suami ibu, saya kasih tau kejelekan istri saya ini supaya ibu ga panik dan kaget, saya pun sedang proses cerai sama istri saya ini bu"Bunda hanya mematung dan diam seribu bahasa. Betapa shock nya bunda mendengar kabar seperti itu. Gue mengelus punggung bunda dan memeluk bunda. Ketika ayah gue pulang, tatapan dan raut wajah nya berubah 180 derajat dan gue jadi ga mengenali ayah gue sendiri mungkin itu salah satu keunggulan dari ilmu hitam. ahahaaa mungkin.
TIba-TIba ayah bilang ke bunda kalau ayah diajak untuk bersilaturrahmi ke rumah perempuan itu di daerah seikitar kota Lampung, gue ga tau persis nama daerah nya apa.
"Bun, ayah diajak sama Karina kerumah nya. Rumah nya di pelosok daerah kota Lampung".
"kapan? ayah nge iya in?
"Iya bun, ayah mengiya kan ajakan Karina".
Yang gue tangkep dari tatapan muka ayah gue, wajah ayah gue berseri-seri seperti ingin bertemu artis idola nya.
Dihari ketika kami pergi ke Lampung, diperjalanan kami tidak merasakan apapun yang mengganjal. Perasaan kami menjadi ganjil ketika kami sampai dirumah si perempuan itu ya sebut aja lah nama dia Karina.
Gue merasakan keganjilan itu setelah memasuki rumah nya dan ternyata benar saja gue mendengar percakapan dari kakak Karina dengan Karina di kamar tidur Karina sedang membicarakan tentang jimat. Jimat itu bisa dipake untuk menarik lawan jenis supaya berpaling ke orang yang punya jimat tersebut. Ya semacam diguna-guna.
Setelah Magrib, keluarga gue dipanggil untuk makan malam bersama keluarga besar Karina. Tampak seperti makan malam biasa pada umumnya sampai suatu waktu, gelagat Karina ke ayah gue mencurigakan. Karina memperlihatkan kelicikan nya untuk mencuri perhatian ayah gue selayak nya Karina diposisi istri ayah gue (bunda gue). Betapa hebatnya Karina memperlihatkan sihirnya didepan mata bunda gue yang pada saat itu bunda gue hanya bisa menahan air mata dan menjaga harga diri keluarga.
Sehari dirumah Karina, gue merasa ga betah bawaan nya pengen pulang kerumah. Ditambah gelagat Karina yang seperti itu membuat gue semakin ilfeel sebagai perempuan.
Esok nya, gue duduk di teras depan rumah Karina bersama bunda. Tiba-tiba orang tua Karina menghampiri kami dengan membawa pisang goreng yang baru diangkat dari penggorengan.
"Nak maafkan perilaku anak kami yang kurang berkenan yaa .. sejujur nya kami pun sudah dibuat malu sama perilaku dia"
Bunda yang sudah naik pitam langsung menyamber permohonan maaf dari ayah Karina
"Saya sih maafin maafin aja anak bapak. Asalkan jauh-jauh dari suami saya pak, karena bukan mahram nya. Jangan sampai anak bapak dikata orang dia pelakor"
"Iya nak saya mengerti kerisauan hati kamu, memang sudah turun temurun perilaku seperti itu ada di keluarga kami. Dulu, istri saya juga sempat seperti itu, Alhamdulillah sekarang sudah sadar"
"Iya nak ini juga termasuk kesalahan ibu, tidak bisa mendidik anak lebih baik"
Setelah perbincangan penuh emosi, gue memaksa ayah pulang ke rumah. Sebelum gue berkata demikian, gue terlebih dahulu disuguhkan pemandangan si Karina sedang bersolek selayaknya seorang istri. Ia dandan sambil bersenandung tembang melayu, kemudian pergi ke dapur untuk memasak, dan menawarkan untuk menyetrika kan celana panjang ayah gue. Sungguh usaha yang maksimal bagi pelakor haha.
Gue hanya bisa menatap dan mengumpat didalam hati. Semoga saja dia kena karma nya.
Akhirnya kami pulang kerumah. Lega rasanya gue pulang dari rumah penuh kemistisan itu.
Sebulan setelah kami pulang dari rumah Karina. Kami mendapatkan gangguan diluar nalar. Ayah gue yang biasanya jarang marah karena hal sepele, hampir setiap hari. Gue melihat bunda diperlakukan selayak nya pembantu disuruh ini disuruh itu sama ayah dengan nada yang sedikit memaki, setiap hari ayah gue seperti itu.
2 minggu kemudian, Karina datang ke rumah bersama anak dan adiknya untuk minta antar ayah gue pergi ke orang pintar yang memberikan air keberuntungan untuk adiknya yang akan masuk polisi. Gue juga diajak sama ayah untuk menemui orang pintar itu.
"Pantesan kemarin ayah minta kertas pendaftaran sbmptn ternyata buat ke orang pinter" (gumam gue didalam hati).
Ayah gue meminta bunda membelikan makan malam untuk menjamu tamu, akan tetapi sikap yang diperlihatkan ayah ke bunda seperti ke seorang pembantu yang disuruh oleh majikan nya dan tontonan tersebut diperlihatkan didepan si Karina, wah makin seneng aja tuh si Karina.
Setelah makan malam kami pergi ke orang pintar tersebut kecuali bunda dan adik. Selama diperjalanan gue ngantuk banget dan bete melihat pemandangan Karina sedang menggoda ayah.
Percaya ga sih kamu sama orang pinter itu? gue jawab "tidak". Gue memilih pasrah sama Yang Maha Kuasa, toh Tuhan tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya. Kok lu mau aja ikutin kata ayah lu ke orang pinter itu? gue sebenernya udah bilang diawal gue kurang percaya sama ramuan-ramuan ajaib yang bisa jadi pinter lah apalah tapi kalau kita nya ga ikhtiar & tawakal mah sama aja bohong, bukan berarti gue mau yang instant yaa. Gue sadar diri aja apa yang di cita-citakan orang tua gue (masuk ke dokteran) gue merasa keberatan bukan karena otak, lebih kepada biaya nya. Gue juga udah bilang ke ayah gue, kalau gue bakal nunjukin apa yang dipilih yang terbaik sama Tuhan buat gue bukan berkat orang pinter itu, karena ayah gue percaya sama kayak gituan ga sekali ini aja.
Gue ikutin semua apa kata orang pinter itu baca solawat lah, baca dzikir lah, dll. Setelah itu gue dan adik Karina (sebut saja Rio) diberikan air putih yang sudah didoakan oleh orang pinter itu. Minum air putih doa itu, ada aturan nya kayak minum obat wkwk. Gue harus minum air itu sebelum berangkat sekolah setiap hari dan setiap pagi.
Sampai diujung kesimpulan dan gue udah kuliah, ternyata ayah gue ini kena guna-guna kata bunda. Bunda tau dari ustad deket rumah. Akhirnya ayah gue sadar kalau ia di guna-guna sama Karina. Teman ayah gue memberi saran ke orang pintar untuk menghapus mantra guna-guna nya. Tapi apa yang terjadi bukan nya menghapus mantra nya, malah orang pintar itu justru memeras kami. Orang pintar itu meminta pisang emas, sejumlah uang dengan kelipatan dua (10 juta keatas), ayam bekantan, dll. Gue bingung ngapain orang pinter yang orang bilang sih dia ustad tapi minta hal yang cenderung ke pemerasan. Gue bisa berbicara itu karena ga ada hasil nya sama sekali dari konsultasi ke orang pinter itu.
Gue selalu menyarankan ke orang tua gue supaya perbanyak ibadah dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, bunda sih ngerti tapi ayah gue malah kehasut sama ajakan temannya. Gue selalu menenangkan bunda supaya tidak selalu dimasukkan ke hati apa yang ayah lakukan ke bunda seperti memaki karena hal sepele atau tiba-tiba marah lepas kendali (ga ada angin ga ada hujan tbtb marah). Walaupun gue sering nangis di kosan setelah mendengar curhatan bunda di telpon.
Gue bukan nya sok alim atau gimana, tapi kekuatan doa dari seorang istri dan anak kepada Tuhan supaya diberikan jalan yang lurus adalah doa yang paling manjur (menurut gue). Terserah orang lain beranggapan kalau cerita gue ini palsu atau mencari simpati untuk mendapat banyak teman. Gue cuma butuh teman untuk meluapkan ke gusaran gue dan berdiskusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Pertama (Bukan Buku Biografi)
Non-FictionCerita aku, kamu, dan dia. Ada orang asing menjadi dekat, ada orang asing menjadi boomerang, ada orang asing yang mengada-ngada. That's my life :)