Aku sudah terbiasa menerima luka, tapi mengapa kali ini lukanya tertanam terlalu dalam?
Yang lalu biarlah berlalu.
Apa tidak ingat dulu sudah disakitin, sudah dipermalukan, di sia-siakan, dibodohkan, diduakan, disalahkan, direndahkan, dikasarin, dibenci, dan tidak dipedulikan?Untuk saat ini aku belum berani membuka hati kembali karena masa laluku begitu menyedihkan, menyeramkan dan meresahkan.
***Aretha berlari meninggalkan tempat air terjun, Alvaro tidak mengejarnya karena ia tahu ia sudah lega dengan kalimat 'berakhir' Aretha tadi. Ini yang dia mau. Walaupun sekeliling Aretha menatapnya aneh ia terus berlari entah kemana tanpa tujuan sama sekali. Aretha hanya ingin pergi jauh, jauh sekali. Ia ingin berlari dari rasa kecewa yang padahal akan selalu menempel dalam dirinya walaupun pergi ke ujung dunia sekalipun. Mati-matian ia berjuang sendirian kini semua telah berakhir, Alvaro telah menjatuhkan pilihannya.
langkah kaki Aretha terhenti membawanya ke suatu tempat.pantai.
Ia suka sekali dengan pantai. Karena menurutnya pantai adalah penopang kesedihannya.Aretha berdiri di pasir pantai, ia berteriak sekencang mungkin "KENAPA SEMUA INI GAK ADIL TUHAN!!!! hiks"
Aretha tertunduk, menangis, melepas rasa sesak. Ia menjatuhkan tubuhnya ke pasir dan kembali menangis sesegukan, matanya sudah sangat sembab, rambutnya kacau berantakan. Beberapa orang yang berada di pantai telah menatapnya karena teriakannya barusan. Ia tidak peduli. Sekarang Aretha telah kehilangan sosok yang ia cintai, yang ia sayangi selama bertahun-tahun menjalani hubungan bersama Alvaro. Yang Aretha rasakan sekarang adalah ia seperti kehilangan dirinya, padahal dia bersama dirinya sendiri
*Flashback on
"Alvaro, apa kita bakalan terus bersama-sama kaya gini?"
"Kita bakal terus sama-sama kok kamu jangan khawatir, aku akan selalu mencintai kamu dalam kondisi apapun"
"Kalo nanti suatu saat aku bakal pergi ninggalin kamu gimana?"
"Kenapa kamu ngomong kaya gitu?"
"Aku cuma ingin memastikan kekhawatiran kamu aja hehe"
"Dasar, gemasnya babang Al udah mulai nyebelin nih ya?" Alvaro mencubit pipi Aretha
*Flashback off
"Aretha??!" panggil seseorang itu membangunkan lamunan nya
Davina berlari menghampiri Aretha. Karena semenjak kejadian tadi di air terjun teman-teman seangkatannya langsung memberitahu Davina. Ia pun langsung mencari Aretha frustasi dan akhirnya Davina menemukannya ditempat favorit Aretha sejak dulu, Davina sudah tau semua tentang Aretha. toh, emang dia sahabatan sejak kecil.
"Tataaaaaa, maafiin gue!" Davina memeluk tubuh Aretha erat sambil menangis dan keringat yang bercucuran "maafin gue Ta, gue ninggalin lo disaat lo butuh bahu untuk bersandar"
"gue mau pulang hiks, gue mau sama bunda! hiks"
Davina melepaskan pelukannya.
Ia menatap lekat manik Aretha
"tapi temen-temen khawatir nyariin lo Ta, nanti lo dimarahin sama Azriel kalo pulang gak bareng kita. Semua orang dari tadi nyariin lo tau ga. Akhirnya gue sendiri yang memutuskan buat nyari lo kesini" Davina mengusap air mata Aretha"Alvaro jahat Vin hiks, Alvaro jahat hiks"
Davina mengelus punggung Aretha agar ia tenang
"Alvaro gak pantes buat lo Ta, cobaan menimpa lo saat ini karena Tuhan lebih menyayangi lo. Tuhan gak mau liat lo terus-terusan nangis karena cowok brengsek kaya Alvaro, dia lebih dari pencundang Ta!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA
Non-FictionAretha Thalea, Perempuan tegar yang berusaha untuk mempertahankan hubungannya agar tetap bertahan. Tapi di sisi lain, Alvaro selalu tega untuk segera mengakhirinya. "Lo pengen gue ngelupain lo ga, Al? Kenapa kita berdua bisa ada disini?" "Gue nggak...