o f f e r;

905 148 38
                                    

Chaeyoung berjalan gontai menuju kamarnya. Dia itu tipe orang yang tidak suka bermasalah dengan orang lain, makanya saat sedang bertengkar seperti ini, Chaeyoung cenderung terus memikirkannya sebelum berbaikan.

Sekarang saja pikiran Chaeyoung dipenuhi oleh bagaimana cara agar Yunseong tidak marah lagi padanya.

Terlalu sibuk memikirkan Yunseong sampai Chaeyoung tidak menyadari keberadaan Hwall di atas kasur yang terus menatap tajam kearahnya.

"Mikirin apa?" Suara Hwall memang pelan, namun berhasil membuat Chaeyoung sedikit tersentak.

"Enggak, kok."

"Yunseong?" Chaeyoung mengangguk sebagai jawaban, "Dia marah karena kita pacaran, ya?"

"Iya." Chaeyoung menjawab dengan lesu.

Hwall berdecak, ia tidak suka dengan wajah murung Chaeyoung, sungguh.

"Kamu nyesel?"

"Aku nggak nyesel, cuma kepikiran aja. Aku gak suka berantem sama orang."

"Yaudah, sini." Hwall menepuk sisi kosong di sebelahnya, menyuruh Chaeyoung berbaring di sana.

Setelah Chaeyoung berbaring, Hwall merengkuh gadis bermarga Son itu dengan erat sambil sesekali mengusap punggungnya, menenangkan sang gadis.

"Dari pada mikirin Yunseong, mending main sama aku," Hwall menyeringai kecil. Berekspetasi pada rencananya sendiri.

"Main? Ih, kebetulan aku juga pengen main!" Seringaian Hwall bertambah lebar, "Main monopoli, ya? Bentar aku panggil Eric dulu biar rame."

Terkekeh pelan, Hwall maklum dengan tingkah Chaeyoung. Ia tau sebenarnya Chaeyoung paham, namun gadis itu berpura-pura polos dengan mengajaknya bermain monopoli.








"Ah! Masa masuk penjara lagi, sih!"

"Hahaha! Kamu berhenti di daerah aku, sini bayar!"

"Kenapa hamba-Mu ini sial terus, Tuhan... Ah! Gue yang sering masuk pernjara kok lo yang dapet kartu anti penjara, sih, Hwall? Nyogok lo?"

Bohong jika Hwall bilang hatinya tidak menghangat dengan momen kecil seperti ini. Melihat Chaeyoung yang terus tertawa dan juga Eric yang terlihat mengenaskan membuatnya rindu pada masa lalu, rindu pada keluarga kecilnya sebelum insiden itu datang.

Andai waktu dapat diulang, andai kejadian mengerikan itu tidak terjadi, mungkin saat ini hanya ada Hyunjoon, tidak bertemu dengan Chaeyoung, tidak ada Hwall, dan tidak ada kehidupan yang menyedihkan.






🍂🍂🍂







"Hai, Hyunjoon." Yunseong tersenyum miring di depan pintu apartemen milik Hwall, membuat Hwall menaikan alisnya bingung dengan tangan yang mengepal menahan marah.

"Ngapain lo?"

"Mau bikin penawaran."

"Penawaran?"

"Kasih Chaeyoung ke gue,"

"Lo mimpi, nyet?"

"Gue pastiin rahasia lo aman. Rahasia tentang lo yang punya penyakit mental, beberapa kali ke psikiater, dan hampir masuk rumah sakit jiwa."

"Segitu doang yang lo tau?" Kali ini giliran Hwall yang tersenyum miring, meremehkan.

"Lo kira gue gak tau pelaku penusukan itu siapa? Lo pasti tau kalo Chaeyoung takut sama segala sesuatu tentang kekerasan. Coba bayangin gimana perasaan Chaeyoung kalo tau pacarnya itu psikopat gila?"

"Shut the fuck up!"

Yunseong tertawa keras. Ia berhasil memancing amarah Hwall.

"Yunseong, harusnya sebelum lo nyari masalah sama gue, lo persiapin diri lo dulu. Lo pikir gue gak tau rahasia lo, hm?"

Yunseong menghentikan tawanya, "Tau apa lo?"

"Lo itu lebih gila dari gue Yunseong."

"Cepet bilang apa yang lo tau, bangsat!"

Tangan Yunseong makin mengepal saat Hwall terkekeh, menatap dengan tatapan meremehkan. Terlihat jelas jika salah satu kembar Hwang itu tersulut emosi.

"Lo hampir perkosa Chaeyoung waktu dia tidur, kan?"

Yunseong tersentak, ia sudah memastikan jika tidak ada yang tau tentang aksi bejatnya itu. Lalu, bagaimana bisa Hwall mengetahui itu semua?

"Gini, deh, gue kasih waktu seminggu buat lo rebut Chaeyoung. Kalo lo gagal, jangan harap gue bakal lepasin dia. Dan satu lagi—"

"..."

"—lo bilang kalo gue psikopat gila, kan? Kalo sampe lo berani nyentuh apalagi ngelukain dia, lo mati."

Sial!

Kenapa sekarang keadaannya malah berbalik pada Yunseong?

Stuck; [Son Chaeyoung X Heo Hwall]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang