Sepuluh

85K 3.3K 39
                                    

Biar enggak sepi bacanya, nih ... dikasih soundtrack 😝

--------------------------------------------------------

Kara tersenyum di sudut bibirnya, ketika ia mendapati Aaron berjalan mengarah padanya sambil membawa dua bucks popcorn ukuran besar, serta dua minuman cola. Gemas. Kara melihat Aaron begitu menggemaskan. Seperti pria dewasa yang sedang membawa makanan untuk anaknya.

Kara berlarian menghampiri Aaron sambil membawa dua tiket film yang sudah ia pesan.

"Prof, sini aku bantuin," ucap Kara dan langsung menyambar satu buck popcorn yang sedang dipegang Aaron. Kemudian, gadis itu berlari ke arah etalase yang menjejerkan beberapa pilihan makanan.

"Aku mau yang ini, boleh?" Kara menunjuk paket sosis dan kentang.

Aaron mengangguk.

"Sama yang ini juga, ya?" kini Kara menunjuk nachos dengan taburan saus keju.

Aaron meng-iyakan.

"Kayaknya yang ini juga enak, yang ini aku juga mau, hehe." Gadis itu menunjuk makanan yang lain.

Aaron menghempaskan nafasnya, dan ia meng-iyakan lagi permintaan Kara.

"Mas, cepetan ya, filmnya keburu mulai." Pinta Kara pada petugas bioskop itu.

Senyum Kara merekah manis untuk Aaron, "Prof, kalau cowok sama cewek nonton berdua kayak gini, biasanya mereka gandengan tangan, lho."

Entah kode atau apa, perkataan Kara membuat Aaron sejenak terperangah.

"Oh, begitu?"

Kara mengangguk, "iya, biasanya sih, gitu." Kara melihat makanan pesanannya sudah siap, "makasih, Mas." Ucap Kara sambil membawa makananya.

Tangan Kara penuh dengan makanan, hingga gadis itu kesulitan membawa semuanya. Aaron mengambil lagi makanan yang Kara pegang, "biar mereka yang antarkan makanan kita."

Dan Aaron meminta salah satu petugas bioskop itu membawakan makanannya. Kini, Aaron dan Kara berjalan menuju studio. Kara, yang tingginya hanya sebatas dada Aaron, kian mendongakan wajahnya, menatap pria itu penuh harap, menunggu Aaron menggandeng tangannya.

"Ini pertama kali bagi ku ke tempat seperti ini," ucap Aaron. Ia mengedarkan pandangannya kesekitar, memperhatikan orang-orang yang berjejer menunggu di depan pintu studio.

Kara mengerjap heran, "terus? dia kalau mau nonton film di mana? enggak mungkin di layarkaca21 atau indoxx1, 'kan?" gumam Kara.

"Apa? kau bilang apa?"

Kara langsung bergeleng, "enggak, aku heran aja Profesor enggak pernah nonton ke bioskop."

Aaron terkekeh, "aku tidak ada waktu untuk hal seperti ini."

"Ya iyalah, sukanya ke night club!" ucap Kara pelan. Namun kini, Aaron mendengar jelas ucapan Kara.

"Itu bisnis ku, Kara. Walaupun aku kesana, aku hanya bertemu dengan rekan bisnis," sahut Aaron sambil menahan tawanya.

Aaron melihat raut wajah gadis itu, kentara sekali Kara sedang beringsut tak suka.

"Kenapa? kau mau berkenalan dengan rekan bisnis ku?" tanya Aaron.

Tidak. Tidak akan Kara mau bertemu dengan wanita yang nyaris telanjang di sana. Cukup sekali itu saja, dan Kara tidak ingin mengotori pandangan matanya lagi.

Kara merogoh tas ranselnya, mencari keberadaan obat penenangnya. Susu ultra coklat. Entah kenapa, ia merasa panas sekali di tempat ini, ketika ingatannya kini menyeret pada para wanita cantik dan sexy sedang menuangkan minuman pada Aaron. Kara hanya diam, tak berkata apapun, sampai ia menegak habis susu ultranya.

Hello, Professor (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang