"Aaaaaaaaaa!" jerit Nadia, saat ia melihat ada darah yang mengalir.
"Aduh! Aduh gawat! Dia mati! Gue gak mau dipenjara, gue gak mau!" sambung Nadia, sembari tetap--sedikit--menjerit.
"Ini bukan salah lo Nad, ini salah, salah Andini!" timpal Nabila.
"Lah kok ke gue?" tanya Andini, dengan wajah tak berdosanya.
"Iya lah, gara-gara lo Gadis jadi jatoh, dan kepalanya kena paku yang ada dikayu. Jelas lah salah lo!" sahut Nabila.
"Udah lah, gak akan ada yang tau soal ini asal gak ada yang bocorin. Kalo kalian bocorin, kalian juga bakal ikut gue ke penjara! Ya udah yuk pulang." Setelah mengucapkan itu Andini pergi keluar, dan disusul oleh Nabila--yang sedang menenangkan Nadia--, dan Nadia.
Gadis? Ia hanya korban dari ulah mereka bertiga.
👻👻👻
Rasa bersalah, menyesal, masih tertanam diotak Nadia. Nabila, dan Andini hanya bersikap cuek saja, walaupun sebenarnya Nabila pun sedikit merasa bersalah. Tapi ini bukan salahnya, melainkan temannya. Andini.
Dia bukan pembunuh, dia hanya teman pembunuh. Namun, apa bedanya bila sama-sama melakukan kejahatan?
"Udah Nad, udah, lo gak salah. Yakinin diri lo kalo lo gak salah. Si Andini aja yang salah cuek, cuek aja tuh." Ucap Nabila, menenangkan. Andini hanya memutar bolanya.
Alay dan lebay. Itu yang ada diotak Andini tentang sikap Nadia sekarang.
"Udah ah, gue mau pulang. Gue gak mau nyokap bokap gue pergi sebelum pamitan sama gue. Duluan." Setelah itu Andini pergi dari rumah Nadia, menuju rumahnya. Ya, orang tua Andini akan pergi ke luar negri karena urusan bisnis.
Namun, tidak ada rasa sedih dihatinya. Dia hanya marah ketika uang bulanannya dipotong.
Nabila hanya terus menenangkan Nadia. Sampai...
Drrrt... Drrrt...
Hp Nabila berbunyi.
Nabila pun mengambil hpnya dan mengusap tanda berwarna hijau.
"Halo Ma. Ada apa?"
"Nabila kamu dimana?"
"Lagi dirumah Nadia Mah, ada apa?"
"Mama sama Papa mau ke Bandung, kamu mau ikut?"
"Enggak deh Mah, kan Nabila masih sekolah." Tolak Nabila.
"Yaudah, kamu dirumah hati-hati ya. Mamah sama Papah di Bandung cuma tiga hari. Ga papa?"
"Emang Mama ke Bandung mau apa?"
"Jalan-jalan aja sih, Papah punya cuti selama 3 hari. Jadi, itung-itung refreshing, dan ngunjungin nenek disana."
"Oh, gitu. Yaudah Mah hati-hati ya dijalannya."
"Pulang nya mau dibawain oleh-oleh apa?"
"Apa aja deh, yang penting Mamah sama Papah pulang dengan selamat."
"Yasudah, Mamah tutup dulu ya."
"Iya Mah." Telepon pun terputus. Nabila menghela nafasnya.
"Lo udah baikan Nad?" Nadia mengangguk.
"Gue pulang dulu kalo gitu, nyokap bokap gue mau ke Bandung buat refreshing katanya,"
"Ngedadak banget. Nyokap bokap gue belum pulang, gue takut." Sahut Nadia.
"Tapi-" kata-kata Nabila terhenti saat mendengar...
"Mamah pulang." Dan langsung menampilkan sosok wanita, dan disusul oleh pria.
Ya, mereka orang tuanya Nadia.
"Tuh nyokap bokap lo pulang, kalo gitu gue pulang dulu. Tenangin diri lo, jangan sampe ada yang curiga."
Nadia hanya mengangguk, setelah itu Nabila pergi dari rumah Nadia--sesudah berpamitan dengan orang tua Nadia.
Nadia menghela nafas. Ya, ini bukan salahnya. Ini salah Andini. Andini lah yang telah membunuh Gadis. Bukan dirinya.
Nadia menghela napas lagi. Ia tak habis pikir bahwa temannya itu--Andini--bisa merenggut nyawa seseorang. Sungguh diluar dugaan.
Nadia pun merentangkan tubuhnya di kasur, dan terlelap.
👻👻👻
Pendek aja ya,)
Author minta kritik dan sarannya dong. Jangan lupa vote and komen ya;)
I love you♡
I love you too♡
By=Krysta_2106♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tau Ini Bukan Mimpi
Teen FictionBalas dendam. Itulah yang dimimpikan oleh seseorang. Dimimpi itu, dia sering dibully oleh ketiga temannya. Didalam mimpi itu juga, dirinya hampir tiada karena ulah mereka bertiga. Namun, ada keajaiban yang membuat dirinya masih bisa bernafas. Say...