Balas dendam. (2)

29 7 0
                                    

"Gue duluan Dis," kata Vino. Meski berat meninggalkan Gadis sendirian, tapi apa boleh buat.

Gadis hanya tersenyum kecil, dan saat ia melihat angkutan umum ia langsung melambaikan tangannya, dan menaiki angkutan itu ketika angkutan umumnya berhenti.

Seperti permintaan dari 'sang nenek'--yang ia tidak kenali--, Gadis kembali kerumah 'sang nenek'.

Saat Gadis membuka pintu, ia terkejut saat melihat seorang wanita, yang sedang menyiapkan makan.

"Kamu sudah pulang," sapanya. Gadis mengangguk pelan, namun masih terdiam ditempat.

"Kenapa diam saja?" tanyanya.

"Ka-kamu, siapa?"

"Oh, kenalkan nama saya Karin." Sahut Karin.

"Kenapa bisa ada disini?" tanya Gadis.

"Karin adalah anak saya. Berhubung saya tidak akan selalu ada disini, saya menyuruh Karin untuk menemanimu disini. Dan anggap saja Karin itu adalah ibumu, dan saya harap kamu memanggilnya ibu." Gadis terdiam. Saat mendengar penjelasan dari 'sang nenek'. Mana bisa ia memanggil 'ibu' dan 'nenek' pada orang yang ia pun tidak kenal? Entahlah, mungkin ini sudah takdirnya.

"Jika boleh Gadis tahu, sebenarnya Nenek itu...siapa? Kenapa bisa mengenal Gadis? Sedangkan Gadis sendiri saja tidak mengenal Nenek. Dan kenapa Gadis benar-benar dibuat bingung oleh semua ini?" wanita paruh baya itu hanya tersenyum.

"Ada masanya dimana kamu akan hidup biasa saja, dan tidak akan dibuat kebingungan lagi. Tapi, masa itu bukan sekarang," sahut wanita paruh baya itu. Karin hanya diam.

"Lebih baik, jalani dulu hidupmu seperti tidak ada 'tanda tanya'." Usul wanita paruh baya itu. Lalu, ia menengok kearah Karin. Dan membisikkan sesuatu.

"Saya akan pergi dulu, tetap lah disini agar kau tak kesepian." Pesan wanita paruh baya itu, Karin hanya mengangguk.

"Yasudah, lebih baik kamu istirahat saja," usul Karin.

"Saya pergi dulu," sahut wanita paruh baya.

"Eh Nek, Gadis mau tanya satu hal," perkataan Gadis membuat langkahnya terhenti. Dan menengok ke arah Gadis. Lalu Gadis menghampirinya.

"Apakah Gadis boleh diantar pulang oleh teman Gadis?" wanita paruh baya itu, menggeleng.

"Tapi... Kenapa?"

"Karena belum saatnya. Tapi, jika boleh tau, siapa nama temanmu itu?"

"V-vino Nek," sahut Gadis. Wanita paruh baya itu hanya mengangguk saja.

"Nanti akan saya izinkan, tapi bukan sekarang. Jadi, pahamilah," sahutnya. Gadis hanya mengangguk, lalu pergi menuju kamarnya.

"Karin..." sapa wanita paruh baya.

"Iya Bu?" sahut Karin.

"Sifat Gadis memang seperti itu, jadi kamu harus lebih memahaminya," ujarnya. Karin hanya tersenyum sambil mengangguk.

"Saya... Pergi dulu," Karin mengangguk, dan wanita paruh baya itu keluar dari rumah. Dan saat diluar, dia langsung menghilang.

👻👻👻

Setelah Nadia selesai dimakamkan. Diana kembali kerumah ditemani oleh sang suami--Angga--, dan Nabila. Juga Andini.

"Nabila, Andini, boleh Om minta bantuan?" tanya Angga, setelah sampai dirumah.

"Minta bantuan apa Om?" tanya Nabila.

"Apa kamu bisa temenin dulu Tante Diana? Soalnya Om sebentar lagi ada meeting, dadakan. Cuma 3 jam, gapapa?"

Aku Tau Ini Bukan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang