5. Ujian dari Allah

21 2 0
                                    

"Assalamualaikum Za" Ucap sahabat Zahra serempak sambil cekikikan.

"Waalaikumsalam, kalian ini ya kebiasaan ngagetin aku. Kalau aku geger otak gimana?" Kesalnya karena saking terkejutnya.

"Kamu ini aneh bin ajaib tapi lucu ya Za, masa ada orang terkejut kena geger otak baru denger akunya, bukannya serangan jantung ya Za" Ucap Hanna terkikik geli mendengar ucapan Zahra.

"Serah deh..itu kan versinya aku kali".
Sewot Zahra.

"Btw..gimana rumah tanggamu bersama ustadz ganteng?"  Tanya Isya dengan wajah penasaran.

"Baik-baik aja kok..mas Faiq baik banget malahan, romantis, perhatian sama aku". Ucap Zara bohong.

Ya Allah ampuni dosa hamba yang telah berbohong kepada orang-orang yan menyayangi hamba ya Allah, dengan cara membuat drama yang seakan-akan kehidupan rumah tangga hamba begitu bahagia.

"Nggak nyangka ya guys, ustadz ganteng yang katanya Za sedingin es di kutub arktik bisa romantis kek gitu..aaaa..aku juga pengen kek gitu juga dong". Ucap dini.

"Helloooww...Dini semeleketew...mau kaya Za, makanya nikah noh ama Jidan katanya dia siap jadi imammu dari dunia hingga akhirat". Sahut Isya.

"Pan lu Sya..ngomong sekate-kate sama sahabat ndiri....pake acara jodohi aku sama tuh sengklek, aku mah ogah sama orang kaya dia yang nyebelin suka ngeganggu..kamu aja noh, aku ikhlas lahir batin". Keluarlah bahasa Dini yang sesungguhnya.

"Ih nggak ah..dia kan cintanya sama elu napa mesti aku". Sahut Isya tak mau kalah.

"Nah..noh tau, dianya aja nggak mau, pake acara jodoh-jodohin orang segala. Hellooo ini zamannya Dilan dan Milea yang didominasi roman picisan bukan zamannya Siti Nurbaya". Geregetan dengan ucapan Isya.

"Lah napa, bukannya Za dijodohin sama orang tuanya dan kamu lihat rumah tangganya baik-baik aja kan, kamu aja tuh lebay buuuaangggeeett" Dengan nada menahan tawa.

"Sudah...sudah..jangan pada berantem..noh kanan kiri diliatin orang tahu". Menengok ke kanar dan ke kiri.

"Hehehe..jadi malu..Afwan ana khilaf". Kata Dini.

"Ana juga Za..afwan, hehhe". Shut Isya cengengesan salah tingkah.

Mereka kemudian berjalan menuju sebuah taman. Lalu, duduk beberapa saat.

Kepalaku terasa begitu pusing. Entah kenapa sejak beberapa hari yang lalu aku sering mengeluh sakit kepala tapi berbeda dengan hari ini rasanya begitu pusing hingga tak mampu ku tahan. Tapi tetap saja aku tidak ingin membuat siapapun khawatir terhdap kondisiku sekarang ini.

"Guys..aku pulang dulu ya. Udah jam 02.13 WIB nih bentar lagi Asyar, takutnya mas Faiq datang sedangkan aku belu asak apa-apa". Pamitku.

"Kalau gitu, kami antar'OK' . Jawab Nia.

"Eh...nggak usah..ana bisa pulang sendiri..kalau gitu ana pulang dulu ya, assalamualaikum". Tutur Zahra.

"Bener nih..Ucap Nia yang masih ragu.

"Emmm.." Kuanggukkan kepalaku yakin.

"Yaudah waalaikumsalam kalau gitu, kamu hati-hati ya di jalan". Pesan Nia diikuti yang lainnya.

Saat itu Zahra melihat seorang anak kecil berjalan menuju aspal untuk mengambil bolanya yang terlempar ke arah jalanan. Dari arah yang berlawanan ada sebuah mobil yang kini sedang menuju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Tak banyak pikir Zahra langsung berlari ke arahnya.

Takdirku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang