8. Peluang Kecil

15 2 0
                                    

🌾🌾🌾

Perlahan rasa itu mulai muncul dan berangsur-angsur membuatku nyaman.

🌾🌾🌾

Tak pernah ada yang berubah, kini Zahra hanya diam, sendiri bagai terkurung dipenjara kesengsaraan menanti hadirnya sang pangeran.

Wahai yang madengar segala keluh kesahku..sampai kapankah penantian ini akan berakhir. Apakah hanya bilaku tiada baru akan kurasakan bahagia? Salahkah hamba Ya Allah...menanti seorang yang hatinya bukan untuk hamba, yang perhatiannya sebatas iba, yang perlakuannya membawa luka.

Sanggup kah?

Kalimat demi kalimat telah ditorehkan ke dalam kertas putih itu hingga membuat noda keprihatinan tentang cerita hidup yang kualami.

Memang benar semenjak kepulangan kami dari Bali, suaminya sedikit berbeda bahkan ia menjadi sedikit perhatian kepada Zahra...sedikit...ya hanya sedikit...Zahra tidak tahu ini realita atau hanya ekspektasi yang membuatnya seakan-akan menjadi wanita yang begitu beruntung tapi tetap saja tak bisa dipungkiri bahwa Zahra merasa bahagia.

-

Tak jauh berbeda seperti sebelumnya, Faiq suaminya tetap saja dingin padanya walau dibeberapa kesempatan ia bisa tersenyum pada Zahra tapi semenjak seminggu yang lalu mFaiq tidak pernah pulang lagi ke rumah itu. Kesepian yang menyelimuti hari-hari Zahra terkadang membuatnya sesak dengan keadaan, itu sebabnya terkadang Zahra jalan-jalan sebagai bentuk pelariannya. Seperti yang ia lakukan siang ini, karena beberapa hari ini dirinya disibukkan oleh banyak tugas sehingga membuat Zahra terpaku pada hal itu. Karena tugas-tugasnya sudah selesai, jadinya Zahra punya waktu luang yang ia gunakan untuk refreshing.

Semerbak harum bunga taman merasuki rongga indra penciumannya. Hamparan taman bunga yang tersusun rapi. INDAH itulah yang mampu diucapkan olehnya. Hingga pada akhirnya Zahra duduk di bangku taman.

"Bukankah itu mas Annisa, kok dia ada di sini dan tidak memakai kerudung syar'i seperti biasanya..apa yang sebenarnya terjadi.?" Tanyaku pada diriku sendiri.

"Siapa lelaki yang sedang bersamanya itu, sepertinya bukan mas Faiq deh?" Lanjutku.

Suasana di taman itu memang sedikit berbeda dari biasanya, apa mungkin karena insiden itu ya? Ah entahlah.

Zahra terlalu gelisah untuk mengabaikan apa yang sedang terjadi. Annisa dengan lelaki itu tampak mesra. Benaknya bertanya..otaknya berputar memikirkan hal itu dan berusaha mencernanya.

Karena terlalu penasaran Zahra mendekat, tapi kehadirannya tak diketahui mereka. Sayup-sayup perbincangan mereka terdengar oleh Zahra.

"Mas, aku bahagia banget bisa selalu seperti ini terus". Kata wanita itu.

"Iya sayang , mas harap tidak ada yang memisahkan kita kecuali maut". Sambil memeluk wanita itu dengan sayang.

What...apa..naon..narai...sayang? Kaya ada yang gak beres nih😲😲😲

"Astafirullahaladzim..ya Allah apa saya salah dengar..apa itu barusan?..sayang...". Membekap mulutnya dengan kedua tangan.

Zahrapun pergi meninggalkan tempat itu. Begitu terkejutnya dia, ternyata Annisa mempunyai kekasih selain Faiq suaminya. Bagaimana dengan Faiq, jika ia mengetahui semua ini pasti mas Faiq akan sangat terpuruk.

Sepanjang jalan pikirannya terus menerawang entah kemana. Zahra tidak ingin suaminya diperlakukan seperti itu oleh Annisa, tapi di sisi lain dia tidak ingin suaminya terluka.

"Mba...mba...mba..". Ucap seseorang ke arahku.

"Eh..iya pak..apa ada yang bisa saya bantu pak?". Tanyaku spontan.

"Itu loh mba, kita sudah sampai". Ucapnya sambil menujukki rumahku.

"Oh..eh..maaf pak..terima kasih ya pak". Ucapku kikuk.

"Sama-sama mba". Balasnya.

Begegas keluar dari dalam taksi, namun ucapan bapak itu menghentikan aksi Zahra, dan pada akhirnya Zahra kembali duduk.

"Maaf mba kalau saya ikut campur..sepertinya mba sedang banyak pikiran ya? Sebab selama perjalanan saya lihat mba gelisah. Apa mba sedang mengkhawatirkan sesuatu?" Tanyanya beruntun.

"Kok bapak bisa tahu kalau saya sedang mengkhawatirkan sesuatu". Tandas Zahra.

"Saya sudah banyak menemukan orang yang mengalami apa yang mba alami, jadi saya tahu mba". Tersenyum tanpa menatap satu sama lain.

"Saya baik-baik saja kok pak". Sahut Zahra.

"Semua orang punya masalah dan tidak tahu seberapa besar masalah itu serta berbagai macam pula cara penyelesaiannya. Tapi saya yakin, mba orang yang kuat yang pernah saya temui, jika para penumpang yang sebelumnya selalu menangis dan menumpahkan segala kesedihannya ketika saya menyadari perubahan pada orang tersebut, akan tetapi berbeda halnya dengan mba. Saya tidak bisa membantu karena saya tidak ingin mencampuri urusan orang lain, saya hanya bisa berdoa semoga Allah senantiasa melindungi mba dan saya harap mba jangan sampai melupakan siapa yang membuat mba berada di bumi ini dan apa yang sebenarnya alasan mba hadir". Ucapnya panjang lebar.

Nyess..

Perasaan gelisah seorang Zahra perlahan menghilang begitu saja setelah mendengar perkataan dari bapak itu, Zahra hanya diam.

"Terima kasih pak, kalau begitu saya pamit dulu..assalamualaikum warrahmatullahi wabarrakatuh". Ucap Zahra.

"Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarrakatuh". Jawab bapak tersebut.

Taksi itu pun melaju setelah aku keluar.

###
###

Siapa ya kira-kira lelaki yang bersama Annisa?

Apa itu kekasinya atau suaminya?

Udah..udah daripada penasaran mending ke part selanjutnya.

Takdirku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang