2. Pertemuan Yang Tak Terduga

50 2 0
                                    


🌾🌾🌾

Berdesir hanya karena mendengar sapamu.
Terpaku hanya karena tak sengaja menatapmu.

Terbesit rasa, melahirkan kata-kata yang kusebut cinta.

🌾🌾🌾


Di sisi sebuah danau terlihat seorang gadis yang sedang memainkan air dengan tangan mungilnya namun tak sekalipun ia beranjak berlalu meninggalkan tempat itu. Segala keluh kesah seakan lenyap tak berbekas kala ia singgahi tempat itu. Begitu banyak kenangan yang ia habiskan di tempat itu bersama kedua saudara lelakinya.

Baginya danau itu memiliki daya tarik tersendiri setiap kali ia singgah untuk beristirahat sejenak ketika she have a freetime.

"Abang..Syifa rindu." Lirihnya.

Zahra pov

Flashback on

"Abang Fathan, curang ih." Ucap  Zahra sambil memanyunkan bibirnya kesal dengan sikap abangnya.

"Siapa yang curang coba, kan tadi udah negosiasi nih. Siapa yang paling dulu dapat ikan, nah dialah pemenangnya. Kok adek marah sama abang. Adek kali tuh, kalah nggak terima...hahahha." Tawanya pun seketika pecah.

"Ih abang mah kek gitu sama aku, nggak asyik deh." Dengan raut wajah yang masih kesal.

Untuk beberapa saat, menyusun rencana agar bisa mengalahkan sang abang.

"Ok. Bagaimana kita ulang sekali lagi. Kalau Syifa yang dapat ikannya paling dulu abang harus nambahahin uang jajan aku 3x lipat dari yang biasanya." Ucapku antusias.

"Loh kok gitu, adek mau bikin abang bangkrut. Masih kecil juga, ngapain jajan banyak-banyak." Tidak terima dengan persyaratan sang adik.


Alasan karena nggak mau ngasih..apa memang nggak punya uang sih si abang😂😂😂

"Kalau abang pikir-pikir boleh juga tuh, baiklah abang akan terima tantangan kamu.
Eiitss...jangan seneng dulu, kalau misalnya abang yang menang abang mau kamu masakin abang setiap hari tanpa ngeluh..emm satu lagi, nggak boleh membantah apa pun perintah dari abang...OK. Gimana....deal." Menyodorkan tangan kanannya.

Dengan segala pertimbangan atas syarat yang diajukan oleh sang abang, akhirnya ia setuju.

"Baiklah abangku yang super ganteng..deal! Menyambut tangan abangnya dengan semangat yang menggebu-gebu.

Sementara Fathah memilih untuk diam dan menyaksikan keduanya dengan senyum yang tak pernah luntur karena tak tahan dengan sifat mereka yang kekanakkan.

"Abang fathah yang baik hati, ganteng, sopan, ramah, bersahaja, dan suka menabung, hari ini kok imutzz buanget deh sampai-sampai pangling aku ngeliatnya." Ucapku dengan nada selembut mungkin.


Mengambil kesempatan dalam kesempitan rupanya😁😁

"Abang jadi curiga deh, biasanya kalo muji-muji kek gini, pasti ada maunya. Ya kan, ngaku aja." Sambil terkekeh geli mendengar pujian sang adik.

"Paham deh sekarang, pasti kamu mau suruh abang yang mancingin buat kamu kan?". Sambungnya

"Hehehe..nah tu tahu. Boleh ya bang, boleh ya..ya..ya..ya..ya..ya." Kukeluarkan jurus andalanku yakni wajah paling memelas yang pernah ada yang pastinya abangku tak pernah tega untuk menolak keinginanku.

Takdirku MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang