8. Date in the Park (Dae Won's POV)

76.6K 304 1
                                    

Malam ini, aku mengajak Daveeka ke salah satu taman, yang berada di kota ini. Sebenarnya, tadi aku berniat untuk mengajaknya makan malam, di sebuah restoran rooftop. Tapi niat itu segera kuurungkan, saat aku teringat kalau hal tersebut, sudah cukup sering dilakukan oleh para muda-mudi, yang berpasangan. Dan kuyakin, pasti Daveeka akan menolaknya. Karena katanya, ia tidak suka dengan kencan, yang sudah sering dilakukan, oleh para pasangan di luar sana. Maka dari itu, aku mengajaknya ke sini, ke sebuah taman. Dan semoga saja, ia menyukai tempat berkencan kami malam ini.

Kami pun segera berjalan memasuki taman ini, dan ia langsung memerhatikan sekitar.

"Kau ingin membeli apa? Permen kapas? Atau ice cream?" tanyaku, sambil berjalan di sebelahnya, dan menggandeng tangannya.

Segera ia menoleh ke arahku, dan menatapku, "Ice cream saja" jawabnya, yang disertai dengan senyuman, yang mengembang di wajahnya.

"Baiklah, di depan sana ada penjual ice cream, kita ke sana ya" ucapku, sambil menunjuk ke arah depan, dan ia hanya menjawabnya dengan anggukkan saja.

Sesampainya di depan penjual ice cream, kami pun langsung menghentikan langkah.

"Permisi pak, kami ingin membeli ice cream" sapaku, pada si penjual ice cream.

"Iya tuan, ingin rasa apa?" tanya si penjual padaku.

"Sebentar pak" ucapku, yang segera menoleh ke arah Daveeka, yang berada di sebelahku, "Kau ingin rasa apa?" tanyaku.

"Emm, rasa coklat saja" jawabnya.

"Yang rasa coklat 1, dan yang rasa vanilla juga 1" ucapku pada si penjual.

"Baik tuan, mohon tunggu sebentar" jawab si penjual, yang segera membuatkan pesanan kami.

Namun aku hanya mengganggukkan kepalaku saja, sambil menoleh ke arahnya Daveeka, yang sedang sibuk memperhatikan sekitar.

"Sedang memperhatikan apa?" tanyaku, sambil merangkul bahunya.

"Memperhatikan taman ini" jawabnya, sambil menoleh ke arahku sesaat, dan setelah itu ia memperhatikan ke sekitarnya lagi.

"Ini tuan, ice creamnya" ucap si penjual, sambil memberikan dua cone ice cream padaku.

Segera aku mengambil 1 cone ice cream, yang rasa coklat, dan memberikannya pada kekasihku, "Sayang, ini ice cream mu" ucapku, sambil menyunggingkan senyuman.

Ia pun segera menoleh ke arahku, dan mengambil ice cream dari tanganku, "Terima kasih, sayang" ucapnya, yang disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

"Sama-sama, sayang" jawabku, sambil tersenyum. Lalu aku mengambil dompetku di saku celana, dan mengambil beberapa lembar uang, "Ini pak, uangnya" ucapku, pada si penjual ice cream. Kemudian, aku mengambil satu cone ice cream rasa vanilla, dari tangannya di si penjual.

"Baik tuan, terima kasih. Dan ini--"

Belum selesai ia berbicara, tapi aku sudah memotong ucapannya, "Tidak usah pak, kembaliannya ambil saja. Terima kasih" ucapku, yang disertai dengan senyuman.

"Baiklah tuan, terima kasih" jawab si penjual, sambil tersenyum.

Namun aku hanya tersenyum saja, dan setelah itu kami segera beranjak pergi, dan mencari tempat duduk.

Tak lama kemudian, kami menemukan sebuah kursi panjang, yang kosong. Segera aku mengajaknya berjalan menuju kursi itu, dan mendudukinya.

"Kau capek, sayang?" tanyaku, sambil menatap Daveeka dari samping, yang sedang sibuk menjilati ice cream.

"Tidak sayang" jawabnya, tanpa menoleh ke arahku.

Tapi aku hanya tersenyum, dan segera menjilati ice cream, yang sedang kupegang.

"Kau tahu?" ucapnya, sehingga membuatku langsung menoleh ke arahnya, dan menatapnya dari samping, "Sebelumnya, aku tidak pernah diajak ke taman, saat malam hari seperti ini" sambungnya.

"Benarkah?" tanyaku, dengan dahiku yang mengerut.

"Benar sayang. Makanya, aku senang sekali, kau mengajakku berkencan di sini" jawabnya, sambil mengganggukkan kepalanya, dan menyunggingkan senyuman di wajahnya.

Mendengar jawabannya, membuatku merasa begitu lega, dan juga senang. Bagaimana tidak? Karena awalnya, aku sempat berpikir, kalau ia tak suka kuajak ke tempat seperti ini. Tapi rupanya aku salah, karena ia bilang, ia begitu senang kuajak ke tempat ini.

Segera kurangkul bahunya, dan tetap menatapnya dari samping, "Tadinya, aku berniat untuk mengajakmu makan malam, di sebuah restoran rooftop. Tapi aku segera mengurungkan niat itu, karena aku berpikir, hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh pasangan di luar sana. Maka dari itu, aku lebih memilih untuk mengajakmu ke tempat ini" tuturku.

Namun ia malah terkekeh, dan memelukku dengan satu tangannya, "Benar sayang, aku sudah bosan dengan hal yang seperti itu. Dan aku lebih suka, kencan yang sederhana seperti ini. Dan lagipula, aku tidak suka tempat kencan yang ramai" ucapnya, dengan bibirnya yang sengaja ia kerucutkan, sehingga membuatku jadi gemas.

Aku pun langsung terkekeh, dan mengecup bibirnya sesaat, "Maka dari itu, aku mengajakmu ke sini. Karena aku tahu, kekasihku ini lebih suka tempat kencan, yang tak ramai di datangi oleh pasangan lain" ujarku.

Tapi ia hanya tersenyum saja, dan kembali memakan ice cream. Sedangkan aku, kembali memakan ice creamku juga, dan segera menghabiskannya.

"Sayang, ice creamnya enak sekali" ucapnya, sambil memakan ice creamnya sampai habis. Lalu ia menoleh ke arahku, dan menatapku.

Namun dahiku malah mengerut, saat melihat sisa ice cream di bibir atasnya, sehingga membuatku langsung tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" tanyanya, dengan dahinya yang mengerut.

Tapi aku tak menjawabnya, dan segera mendekatkan wajahku pada wajahnya. Lalu aku menjilat sisa ice cream pada bibir atasnya. Setelah kurasa sudah bersih, aku pun menjauhkan wajahku dari wajahnya, dan menyunggingkan senyuman, "Ada sisa ice cream di bibirmu, sayang" jawabku.

"Benarkah? Tapi sekarang sudah tidak ada, kan?" tanyanya, dan aku hanya menjawabnya, dengan anggukkan saja, "Di bibirmu juga ada sisa ice cream" ucapnya, sehingga membuat dahiku jadi mengerut.

Lalu aku hendak mengusap sisa ice cream di bibirku, dengan menggunakan jariku, tapi dengan cepat Daveeka menahannya, dan segera mendekatkan wajahnya pada wajahku. Kemudian, ia menempelkan bibirnya pada bibirnya, dan melumatnya dengan lembut.

Ia terus saja melumat bibirku, dan aku berusaha untuk menyeimbanginya. Tapi tak lama kemudian, ia melepaskan ciumannya, dan menatapku.

"Sebenarnya, tidak ada sisa ice cream di bibirmu, aku hanya ingin menikmati bibirmu saja" ucapnya, sambil terkekeh.

Namun aku hanya terkekeh saja, sambil mengacak rambutnya dengan gemas.
















To be continue. . .

My Partner in BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang